Sudah sekitar puluhan menit aku berkeliling sekolah, tapi hampir sepanjang jalan aku selalu dilihat oleh banyak siswa. Ini bermula ketika aku berjalan di area kelas dua dan hampir saja terkena bola baseball.
Banyak siswa kelas dua yang sedang menonton pertandingan baseball di lapangan dan sesekali aku juga ikut melihat pertandingannya sambil berjalan santai.
Tapi sangat disayangkan pertandingan sudah memasuki babak akhir, jika sang pemukul berhasil memukul jauh bolanya maka tim mereka akan menang atau jika sang pemukul gagal memukul bolanya maka kemenangan akan didapatkan oleh tim pelempar dan pertandingan pun berakhir.
Suara sorak sorai terdengar jelas dari para siswa yang sedang menonton.
Sekarang adalah babak penentuan yang menegangkan, tatapan para siswa termasuk aku sedang fokus melihat pertandingan tanpa berkedip sekalipun.
Sang pelempar langsung melempar bolanya kearah pemukul dengan kencang, sebagian penonton berharap agar pemukul tidak bisa memukulnya dan sebagian berharap agar pemukul dapat memukulnya dengan keras dan jauh.
Bola pun melaju dengan kencang, namun sangat disayangkan sang pemukul dapat memukul bolanya dengan keras.
Bola terpukul dengan keras dan jauh hingga mengambung tinggi, itu menandakan kemenangan bagi tim pemukul dan membuat seisi lapangan menjadi lebih heboh. Peluit dibunyikan dan pertandingan benar-benar berakhir.
Walaupun pertandingan sudah berakhir, para penonton tidak beranjak pergi melainkan malah melihat keatas.
Satu hal yang hampir tidak kusadari, yaitu bola yang dipukul masih mengambung tinggi dan sedang mengarah kepadaku dengan kecepatan tinggi.
Sebenarnya aku sedikit menyadarinya saat cahaya matahari sekejap mendadak gelap dalam penglihatanku. Karena itulah aku secara reflek bisa menangkap bolanya dengan tangan kananku.
Awalnya kupikir menangkap bola baseball adalah hal biasa, tapi saat aku melempar bolanya ke lapangan dan hendak kembali ke kelasku, banyak para penonton yang berisikan siswa kelas 2 ini langsung menatap kearahku kemudian saling berbicara setelahnya.
"Seriusan?! Dia menangkapnya dengan tangan kosong?"
"Siapa dia? Murid baru?"
"Sepertinya dia murid kelas 1 yang baru masuk, dia boleh juga, bisa menangkap pukulan sang Ace sekolah kita"
"Tanganku bisa saja patah jika menerimanya dengan tangan kosong seperti itu, pukulan Anthony memang mengerikan!"
Pendengaranku sangat bagus hingga bisa mendengar suara kecil maupun bisikan orang lain, tapi karena kelebihan ini aku juga sensitif terhadap suara dengung dan terkadang itu bisa membuatku tidak fokus.
Dari yang kudengar, mereka seperti mengagumiku karena bisa mengangkap bola yang dipukul oleh orang itu. Sepertinya orang itu bernama Anthony dan juga dia adalah seorang Ace sekolah.
Mendengar hal ini membuatku berpikir apakah aku harus terlihat kesakitan untuk menjaga nama baiknya sebagai Ace.
Jika aku terlihat biasa saja, itu mungkin akan berdampak pada kehidupanku disini. Tapi jujur saja, aku tidak merasakan apapun saat menangkapnya, yang kurasakan hanyalah sensasi bola baseball yang bulat dan itu terasa lembut bagiku.
Sesaat setelah berpikir aku memutuskan untuk berakting dengan memegang tangan kananku agar terlihat seperti sedang kesakitan.
Kali ini aku benar-benar ingin kembali ke kelasku untuk mencari pasangan, namun tidak kusangka banyak siswa kelas 2 yang mendatangi dan mengerumuniku.
"Hei, bagaimana caramu menangkapnya? Itu sangat keren!"
"Bisa sebutkan nama dan kelasmu?!"
"Kau boleh juga! tapi tanganmu seperti kesakitan, apa kau baik-baik saja?"
"Pemukul terakhir tadi adalah seorang Ace di sekolah kita dan pukulannya sangat liar, kau sangat hebat bisa menangkapnya!"
"Yo..Yow! Tangkapan yang bagus kawan, bahkan murid baru pun bisa terlihat sangat keren!"
Aku dihujani berbagai pertanyaan dan rasa kagum oleh mereka, tapi aku hanya bisa mendengar beberapa karena mereka hampir berbicara secara bersamaan.
Sekarang aku harus menjawab beberapa pertanyaan yang kudengar. Jika aku kabur begitu saja maka aku akan dianggap sombong oleh mereka.
"Emm.. namaku Satomi Adney dari kelas 1-E, terimakasih atas perhatiannya, walaupun terasa sakit tapi tanganku baik-baik saja, haha!"
Aku menjawab mereka sambil tertawa kecil, paling tidak aku sudah buka suara dan menjawab sedikit pertanyaan yang mereka ajukan.
"Kalau begitu permisi, aku ingin kembali ke kelasku!"
Selesai berpamitan singkat, perlahan aku menerobos kerumunan dan pergi meninggalkan mereka. Untungnya mereka memberiku jalan dan tidak ada yang menghalangi.
Aku masih berjalan sambil memegangi tangan kananku, itu akting agar aku terlihat seperti sedang kesakitan. Kini aku kembali ke tujuan pertamaku yaitu kembali ke kelas, namun aku merasakan banyak tatapan mata yang sedang mengarah kepadaku.
Ini berbeda dengan aku yang berkeliling sebelumnya, memang banyak para siswa yang menatapku juga, tapi mereka hanya melihatku sebagai murid baru. Kali ini aku merasakan tatapan yang jauh lebih tajam dan itu jelas sangat berbeda dari sebelumnya, sebelum aku menangkap pukulan dari sang Ace sekolah.
Aku juga berharap agar telingaku tidak berfungsi dengan baik supaya tidak mendengar perkataan mereka, namun itu sia-sia karena aku tetap bisa mendengarnya dengan jelas.
"Lihatlah anak itu! Kudengar dia bisa menangkap pukulan Anthony dengan tangan kosong!"
"Eh... tangan kosong? Seriusan..!?"
"Dia memang kesakitan, tapi dia sudah cukup hebat bisa menangkapnya dengan sempurna, lagipula dia hanya kelas E kan?"
"Itu benar, tapi entah kenapa tanganku juga ikut merasakan sakit!"
"Boleh juga dia, kalau tidak salah namanya Satomi kan? Tapi apa dia tidak salah kelas?"
"Entahlah"
Menyerah pada harapan bisa mematikan fungsi telinga, aku memutuskan untuk mengabaikannya dan lanjut berjalan.
Ini waktu yang bagus untukku berpikir dan merencanakan banyak hal kedepannya, aku akan berhenti memikirkannya setelah sampai di kelas nanti.
Pertama-tama, aku dilihat banyak siswa berhasil menangkap bola baseball dari pukulan sang Ace, jadi kabar ini akan dengan cepat menyebar ke seluruh sekolah karena ucapan dari mulut ke mulut. Jika sudah seperti itu, aku benar-benar akan menjadi populer dan hal ini akan berdampak besar pada kehidupanku disini.
Kedua, dengan memanfaatkan kepopuleranku sendiri, mungkin aku bisa mendapatkan pasangan dengan lebih mudah.
Tidak terasa aku sudah berada di area kelas satu, padahal aku masih memikirkan sedikit hal dan masih banyak yang belum terpikir olehku. Kelas 1-E berada di ujung jadi masih ada waktu sekitar 2 menit untuk sampai di sana.
Entah kenapa waktu ini malah kupakai untuk memikirkan apakah perempuan di sebelahku sudah memiliki pasangan atau belum, padahal aku sangat yakin kalau orang sepertinya sudah pasti mendapatkannya.
Jujur saja, saat pertama kali melihatnya, jantungku langsung berdetak dengan kencang dan menurutku dia memang sangat cantik.
Aku berubah pikiran sekarang, kuharap aku bisa akrab dengannya sebagai pasangan, bukan sebagai teman sebangku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
anggita
anthony~ Ace 👆
2022-08-13
1