Delapan Belas

"Inna..."

Inna langsung menoleh dan melihat Jidan yang sudah duduk disebelahnya.

"Kak Jidan? Kok bisa di sini?" tanya Inna terkejut.

"Beli sesuatu dan kebetulan liat kamu di sini. Boleh gabung kan?" Tanya Jidan. Sejujurnya pertanyaan itu cukup konyol, karan Jidan sendiri sudah bergabung di sana.

"Boleh kok," jawab Inna,

"Hai Pak dosen ganteng." Sapa Dita pada Jidan.

"Hai mahasiwa teladan, sedang apa kalian disini?" Tanya Jidan.

"Biasa Pak, jalan-jalan buat hilangin stres. Habis bosan dikampus terus. Tugas juga bejibun." Ujar Dita yang disambut tawa oleh Inna dan Jidan.

"Oh ya Na, suami kamu gak ikut?" tanya Jidan yang berhasil menghilangkan senyuman diwajah Inna. Jidan pun merasa ada yang aneh pada sahabat kecilnya itu.

"Mas El sedang ada urusan." jawab Inna dengan cepat.

Jidan pun mengangguk pelan dan tak ingin memperpanjangnya.

"Teman kalian yang satu lagi kemana? tumben cuma berdua?" Tanya Jidan yang baru menyadari hanya ada Inna dan Dita. Dan tidak ada miss lola yang biasa mengekori mereka di belakang.

"Cie cie, Bapak kangen ya sama Miss lola?" Ledek Dita sambil cengengesan. Jidan yang mendengar itu hanya menggelengkan kepala. Lalu mata lelaki itu tak sengaja menangkap sosok Samuel tengah berbincang dengan seorang wanita.

"Nana, bukankah itu suami kamu?" tanya Jidan seraya menunjuk kearah meja yang tak terlalu jauh dari tempat mereka berada. Inna langsung mengikuti arah pandangan Jidan dan mendapatkan Samuel yang sedang tersenyum begitu manis pada Gina.

Dia tersenyum? Bahkan setelah menikah dengannya, aku belum pernah melihat senyuman itu sekali pun. Dan sekarang dia tersenyum untuk wanita lain? Sungguh mengejutkan.

Seketika hatinya berdenyut perih. Inna langsung berbalik, dan mendadak matanya terasa panas. Ia pun menunduk lesu.

"Inna, are you ok?" tanya Dita seraya menyentuh tangan Inna. Inna mengangkat kepalanya dan tersenyum pada Dita.

"I'm ok." Jawab Inna berusaha untuk tetap tersenyum. Lalu beralih menatap Jidan yang juga tengah memberikan tatapan penuh selidik.

"Ikut aku sebentar." Ajak Jidan yang langsung menarik tangan Inna dan membawa Inna pergi dari sana. Dita yang bingung pun langsung mengikuti mereka.

Tanpa di sadari, sejak tadi Samuel terus mengawasi istrinya. Tentu saja ia melihat saat Inna ditarik oleh Jidan. Dan itu cukup mempengaruhinya.

"Sebentar," ucap Samuel pada Gina dan langsung meninggalkan tempat itu untuk menyusul istrinya.

"Kak, aku mohon jangan seperti ini." Pinta Inna terus memohon agar Jidan melepaskan tangannya. Lalu lelaki itu menghentikan lanhkahnya dan melepaskan tangan Inna setelah melihat sekitarnya yang cukup sepi.

"Jelaskan padaku, apa alasan kamu menikah dengannya, Nana?" Tanya Jidan dengan tatapan tajam.

"Maaf Kak, ini bukan urusan kakak. Kakak tidak berhak ikut campur dalam mengurusi rumah tangga Nana." Kesal Inna yang kemudian hendak pergi. Namun, dengan sigap Jidan menahan tangannya dan memeluk dirinya dengan erat. Pertahanan Inna pun runtuh, ia menangis dalam dekapan Jidan. Sejak dulu, lelaki itu selalu saja memahi keadaannya.

Tidak jauh dari sana, Samuel melihat adegan mesra itu dengan tangan terkepal erat. Ia tak menyadari hatinya mulai panas.

"Kak...."

"Cukup! Sudah Kakak katakan jangan pernah menangis, Kakak benci saat mendengar isakkan kamu, Nana. Itu sangat menyakitkan." Mendengar itu, tangisan Inna samakin kencang. Andai saja Samuel bersikap manis seperti ini, mungkin Inna akan sangat bahagia.

Lihat, bahkan aku masih memikirkan lelaki brengsek itu.

Samuel sudah tidak tahan, hatinya memanas dan mului tersulut emosi. Dengan langkah cepat Samuel menghampiri istrinya. Menarik pakasa gadis itu dari dekapan Jidan. Inna terhenyak dan langsung menatap Samuel. Dengan kasar Samuel membawa Inna pergi. Jidan hendak menyusul, tetapi Dita langsung menahannya.

"Biarkan mereka menyelesaikan urusan rumah tangganya sendiri, Pak. Kita tidak berhak ikut campur."

Jidan terdiam, sebelum menganggukkan kepalanya tanda setuju. Lalu mereka pun memutuskan untuk meninggalkan tempat itu.

"Sakit, Mas." Inna berusaha menarik tangannya yang digenggam erat oleh Samuel. Namun, hal itu sama sekali tidak dihiraukan oleh suaminya.

"Masuk." Perintah Samuel membuka pintu mobilnya. Inna pun patuh dan langsung masuk ke dalam mobil. Duduk di sana dengan perasaan yang berkecamuk. Inna bisa melihat kemarahan di mata suaminya. Ia mengigit ujung bibirnya karena perasaan takut. Ia takut akan kemarahan suaminya. Tangannya juga ikut bergetar dan berusaha untuk memasang seatbelt.

Entah sejak kapan Samuel masuk ke dalam mobil. Dan saat ini lelaki itu sudah siap untuk melajukan mobilnya. Tanpa aba-aba Samuel menekan pedal gas mobilnya dan melajukan mobilnya dengan kecepatan penuh. Membuat tubuh Inna tersentak kebelakang.

"Ma... mas, Inna takut. Jangan terlalu kencang," ucap Inna gugup. Ia terus mengigit bibirnya sambil mencengkram ujung baju, matanya juga ikut terpejam karena ketakutan. Samuel yang melihat itu langsung menghentikan mobilnya ditepi jalan. Lalu memberikan tatapan membunuh pada Inna.

Inna menghela napas lega karena mobil itu benar-benar berhenti. Lalu ia pun memberanikan diri untuk menatap suaminya. Samuel yang masih dirasuki amarah pun langsung menarik tengkuk istrinya dengan kasar dan....

Cup! Samuel menyambar bibir tipis istrinya begitu kasar. Inna membulatkan kedua matanya karena terkejut. Serangan dadakan yang Samuel lakukan membuatnya tak bisa bergerak. Samuel terus memperdalam ciumannya dan menekan tengkuk Inna dengan kuat. Tidak membiarkan penolakan dari istrinya. Meski ia tahu, itu adalah kali pertama untuk Inna.

Inna mendorong dada kekar Samuel sekuat tenaga, karena merasa pasokan oksigen di dadanya semakin menipis. Samuel yang menyadari itu langsung melepaskan ciumannya. Inna merasa sesak di dadanya dan napasnya tersengal, bahkan jantungnya yang berdetak sangat kencang sedikit menimbulkan rasa sakit. Melihat itu, Samuel membuka kaca jendela. Dan Inna langsung menghirup udara sebanyak mungkin. Beruntung ia masih bisa bernapas.

Samuel melajukan kembali mobilnya dengan kecepatan sedang. Tidak ada pembicaraan yang keluar dari mulut mereka. Keduanya tenggelam dalam pikiran masing-masing.

Inna yang masih dalam mood terkejut hanya bisa diam menatap lurus kedepan. Bahkan ia belum bisa mengontrol detak jantungnya. Ia benar-benar syok.

Sesampainya di rumah, Samuel langsung keluar dari mobil tanpa menghiraukan Inna yang masih terdiam di sana. Miris memang, habis manis sepah dibuang. Itu lah yang Inna rasakan saat ini. Jika bukan suaminya, mungkin Inna sudah membenci lelaki itu. Tetapi ini berbeda, Samuel adalah suaminya dan dia berhak atas dirinya.

"Bahkan kamu sama sekali tidak ingin bicara sama aku, Mas. Setelah apa yang kamu lakukan." Suara Inna tenggelam dalam kesedihan yang mendalam.

Huh, apa yang kamu harapkan Inna? Dari awal dia sudah mengatakan untuk tidak mengharapkan apa pun dalam hubungan ini. Apa yang senenarnya kamu harapkan Inna? Cinta, kasih sayang? Bermimpi. Inna memejamkan matanya, buliran air bening mulai membasahi pelupuk matanya. Ia memukul-mukul dadanya yang terasa sesak. Membiarkan dirinya hanyut dalam kesedihan yang mendalam.

"Kamu harus kuat Inna." Ucapnya berusaha untuk bangkit dan terus menyemangati diri sendiri. Inna menghela napas panjang dan menghapus jejak air matanya. "Aku harus bicara dengannya."

Inna keluar dari mobil dan langsung beranjak masuk ke rumah. Saat memasuki rumah, ia mendengar Samuel tengah bicara dengan seseorang. Perlahan ia mendekati suaminya.

"Ma, titip Elya. Iya Ma, El tahu. Assalamualaikum."

Setelah memutuskan sambungan telepon, ia pun langsung berbalik dan betapa kagetnya saat melihat Inna sudah berdiri di sana. Gadis itu memberikan tatapan yang sulit di artikan dan....

Sial! Lagi-lagi Samuel terperangkap dengan bibir istrinya yang sedikit membengkak karena ulahnya dan itu benar-benar menggoda. Jika terus berada di dekat gadis itu, bisa-bisa Samuel hilang kendali.

Samuel hendak pergi, tetapi Inna mencekal lengannya. Dan saat ini posisi mereka terlalu dekat.

"Kita harus bicara, Mas." Inna menatap Samuel penuh harap.

"Tidak ada yang perlu kita bicarakan." Sahut Samuel yang langsung bergegas pergi dari hadapan Inna. Ingin sakali rasanya ia memaki lelaki itu, tetapi itu tak mungkin. Ia masih ingat dosa.

"Mas," panggil Inna dengan suara lantang. Dan itu berhasil menghentikan langkah Samuel.

Inna menghela napas panjang. "Apa sama sekali tidak ada tempat untukku di hati kamu, Mas? Apa salah jika seorang istri berharap kasih sayang dari suaminya? Apa salah jika seorang istri mengemis cinta dari suaminya? Meskipun kamu tidak bisa memberikan itu, tolong hargai aku sebagai istri kamu, Mas."Inna menatap punggung Samuel lamat-lamat.

"Aku lelah terus kamu abaikan, aku juga bosan bicara terus menerus tapi kamu sama sekali tidak peduli. Dan itu rasanya seperti menikahi patung. Apa salahku, Mas? Setidaknya cobalah untuk memahami satu sama lain. Bahkan kamu bisa tersenyum pada orang lain, apa sangat sulit melakukan hal yang sama padaku?"

Samuel memejamkan matanya setelah mendengarkan jeritan hati istrinya. Tetapi ia tak mampu melakukan apa pun. Ia tak ingin menaruh harapan untuk saat ini, karena ia masih menyimpan rasa kecewa yang cukup menyakitkan. Ia terlalu pengecut untuk mencoba membuka lembaran baru.

"Jangan pernah berharap apapun dariku. Karena aku tak akan bisa memberikan apa pun padamu," ujarnya yang kemudian berlalu pergi.

Inna memejamkan matanya, menahan rasa sakit di hati. Kali ini ia benar-benar kesal. Inna menjatuhkan dirinya di atas sofa, berusaha untuk menenangkan pikirannya. Lalu, ia pun kembali teringat pada mobilnya yang tertinggal di mall. Tanpa banyak berpikir ia pun kembali berlari keluar dari rumah. Tidak peduli rumah itu terkunci atau tidak. Ia juga tidak peduli dengan keberadaan suaminya.

"Pak, ke mall Matahari ya." Perintah Inna pada supir taxi.

"Baik, Non." ucap supir taksi yang langsung melajukan mobilnya.

Tidak perlu lama, mereka pun tiba di tempat tujuan. "Ini uangnya Pak. Kembalianya ambil aja." Inna memberikan uang seratus ribu dan langsung turun dari taxi.

"Terima kasih, Non."

Inna tersenyum dan langsung memasuki basement untuk mengambil mobilnya.

"Zainna." Panggil seseorang saat Inna hendak masuk ke mobilnya. Merasa terpanggil, ia pun menoleh. Tidak jauh darinya terlihat seorang laki-laki bertubuh tinggi melambaikan tangan padanya. Inna mengernyit bungung, karena tidak mengenali lelaki itu.

"Maaf siapa ya?" tanyanya bingung.

"Ya tuhan, ini aku Marcel. Apa kamu lupa?" Jawab lelaki itu mengakui jika ia pemilik nama Marcel.

Inna semakin bingung, karena seingatnya ia tak memiliki teman bernama Marcel.

"Marcel, kelas IPA 2. Apa kamu masih ingat?" Lanjut Marcel terus berusaha mengingatkan Inna.

Inna terlihat berpikir keras. Lalu ia pun mengingat sesuatu dan menepuk jidatnya pelan. Ya, dia ingat pada seorang anak laki-laki culun yang pernah ia tolong saat dibully oleh teman-temanya yang lain.

"Marcel yang dulu pake kacamata ya, yang sedikit culun itu? " tanya Inna untuk meyakinkan.

Marcel yang mendengar pertanyaan Inna hanya tersenyum. Memang kenyataan dulu Marcel adalah anak yang begitu polos dan lugu, karena itu banyak teman temanya yang membully dirinya. Dan kini anak culun sudah berubah menjadi lelaki tampan dan penuh wibawa.

"Ya, akhirnya kamu ingat juga." Marcel merasa lega karena Inna berhasil mengingatnya.

"Ya ampun, aku pikir siapa tadi. Tapi kamu berubah drastis ya? Sekarang jadi ganteng banget." Puji Inna dan itu berhasil membuat Marcel tersipu malu.

"Marcel, aku harus pergi dulu. Lain kali kita bicara lagi ya. Dah Marcel." Pungkas Inna yang langsung masuk ke dalam mobil.

Marcel harus menahan rasa rindunya saat mobil yang Inna kebdarai mulai menghilang dari pelupuk mata.

"Kamu tidak pernah berubah Zainna. Aku akan dapatkan kamu apa pun caranya. Aku berubah demi kamu Zainna. Bukankah kamu yang selalu mengatakan bahwa kita harus berusaha untuk bisa mendapatkan sesuatu, maka mulai sekarang aku akan terus berusaha untuk mendapatkan kamu." Gumam Marcel tersenyum penuh arti.

Terpopuler

Comments

Tri Puji Hastuti

Tri Puji Hastuti

klo sikulkas bisa pergi sama cewek lain knp Lo gak coba na..😀

2022-11-11

0

Ilyloveme

Ilyloveme

Semangat!

2022-07-19

0

Ilyloveme

Ilyloveme

Bagus lah banyak lelaki yg menghampiri Inna, setidaknya itu bisa membuka mata Sam

2022-07-19

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!