Tiga

Seorang pria tampan dengan stelan jas yang pas ditubuh ateltisnya kini tengah duduk di kursi kerja. Sesekali ia memijat pelepisnya, karena ia merasakan kepalanya berdenyut hebat. Mungkin ia kelelahan karena akhir-akhir ini terlalu sibuk dengan pekerjaan.

Samuel Arlandska Willson. Seorang Professor muda yang saat ini berusia 33 tahun. Ia menjabat sebagai Dekan di salah satu fakultas di kampus miliknya. Bukan tanpa alasan ia memilih posisi itu. Alasan itu tak lain adalah ia tak ingin waktunya tersita penuh jika memegang posisi rektor. Ia juga masih ingin bebas mengajar dan membimbing para mahasiswa. Karena itu adalah cita-citanya sejak dulu.

Tidak lama seseorang mengetuk pintu.

Tok tok tok

"Masuk." Perintahnya. Ternyata sang asistenlah yang datang.

"Permisi, Pak. Saya cuma ingin mengingatkan, 15 menit lagi ada pertemuan dengan seluruh Rektor di Indonesia." Ujar sang asisten mencoba mengingatkannya. Sebagai pemilik kampus, tentu saja Samuel harus mengikuti berbagai pertemuan. Meski ia sudah memiliki seseorang yang ia tunjuk sebagai rektor. Tanggung jawabnya masih sangat besar di sana.

"Baik Rizal, saya ingat." Sahut Samuel.

"Bapak tidak apa-apa? Sepertinya Bapak sakit, wajah Bapak terlihat pucat." Ujar Rizal saat melihat kondisi atasannya saat ini.

"Saya tidak apa-apa." jawab Samuel singkat.

"Baiklah, Pak. kalau begitu saya permisi." Ucap Rizal yang dijawab anggukan oleh Samuel.

Setelah Rizal keluar dari ruangannya, tak lama ponsel Samuel berdering. Ia melihat ada sebuah pesan masuk dari nomor tak dikenal. Ia tidak kaget lagi, karena sudah terbiasa mendapat pesan dari para mahasiwanya.

+682367xxxxxx

Assalamualaikum Prof. Mohon maaf saya mengganggu waktunya, saya Zainna Keisha Nugraha mahasiswa angkatan xxxx, saya ingin bertemu dengan Prof. Apakah hari ini saya bisa bertemu dengan Prof? Terimakasih.

Samuel sedikit mengernyitkan alisnya saat melihat nama mahasiswa di dalam pesan. Ada gelenyar aneh saat melihat nama itu. Padahal begitu banyak nama yang sering ia lihat. Tetapi kali ini ada sesuatu yang aneh.

Tidak ingin banyak berpikir, ia hendak membalas pesan itu. Namun, tiba-tiba seseorang menelponnya. Samuel langsung menerima panggilan itu.

"Halo," ucap Samuel.

"Baiklah, lima menit lagi akan kita mulai." Samuel berbicara pada seseorang di telpon.

"Ok." Pungkas Samuel dan langsung menutup telponnya. Niat untuk membalas pesan dari mahasiswa itu ia urungkan, karena meeting kali ini harus di percepat. Ia bangkit dari posisinya sambil merapikan pakaian. Kemudian dengan langkah cepat, Samuel langsung beranjak menuju tempat dimana pertemuan itu akan dilangsungkan.

***

Setelah pertemuan selesai, Samuel kembali ke kampus dan bergegas menuju ruangannya. Sesampainya di sana, ia langsung merebahkan tubuhnya di sofa. Hari ini benar-benar sangat melelahkan, ia pun memejamkan matanya yang sudah sangat berat sejak tadi. Namun matanya kembali terbuka karena teringat soal mahasiswa yang menghubunginya pagi tadi. Ia segera merogoh ponselnya dan membalas pesan itu dengan singkat. Setelah itu menaruh ponselnya di atas meja.

Tidak lama dari itu, terdengar suara pintu terbuka. Sontak Samuel menoleh dan hampir memaki orang tersebut yang tidak tahu sopan santun masuk sembarangan ke ruangannya. Namun semua itu langsung menguap begitu saja karena putri kecilnya lah yang tidak tahu sopan santun itu.

"Papa!" Gadis kecil itu langsung berlari dan berhambur kepelukan Samuel.

"Elya, kenapa kamu kesini?" tanya Samuel dengan nada lemah.

"Elya kangen sama Papa, Elya mau main sama Papa. Jadi tadi Elya minta paman Rey untuk antar Elya kesini." Sahut Elya berceloteh ria. Elya adalah putri semata wayang Samuel. Usianya saat ini baru menginjak 5 tahun.

"Iya, Sayang. Papa juga kangen kamu, tapi kamu harus ganti baju dulu dan lihat ini, sudah waktunya untuk tidur siang." Ujar Samuel sambil melihat jam ditangannya. Lalu ia mendorong tubuh mungil putrinya dengan hati-hati.

"Enggak Papa, Elya mau main sama Papa. Pokoknya Elya mau Papa temenin Elya main." rengek Elya sambil bergelayut di tangan Samuel.

"Tapi Papa sibuk, Sayang. Lain kali kita main ya? Sekarang kamu pulang dengan paman Rey." Ujar Samuel seraya menatap Rey yang bersandar di depan pintu. Rey atau pria tampan dengan nama lengkap Reynaldi Zulliyan Willson adalah adik kandung Samuel yang kini berusia 25 tahun dan menjabat sebagai CEO di salah satu perusahaan milik ayahnya. Perusahaan 'Willson Corp'.

"Aku sibuk, Kak. Lima belas menit lagi ada meeting. Lagian dia kan anak Kakak, ya Kakak yang antar dong. Dari tadi dia terus merengek mau ketemu Kakak." Ujar Rey. Dengan tanpa rasa bersalah, ia melenggang pergi meninggalkan ruangan Samuel.

Samuel bangun dari posisinya. "Rey, kamu yang membawanya kemari. Jadi kamu juga yang harus antar Elya pulang." Teriak Samuel, tetapi sama sekali tidak ditanggapi oleh Rey. Karena lelaki itu sudah meninggalkan tempat.

"Papa... Elya mau es krim. Ayo Pa kita beli." Rengek Elya sambil menarik narik tangan Samuel. Kini denyutan dikepala Samuel semakin menjadi.

"Papa sibuk, biar Om Rizal yang antar kamu ya?" Tawar Samuel yang kembali duduk di sofa.

"Gak mau Pa, Elya maunya sama Papa. Elya gak mau sama Om Rizal. Ayok Papa Elya mau es krim." rengek Elya lagi yang berhasil membuat Samuel emosi.

"Cukup, Elya! Papa capek, kalau kamu mau beli es krim. Pergi dengan Om Rizal, atau tidak sama sekali." Hardik Samuel lepas kendali.

Elya tersentak kaget, ini pertama kalinya Samuel meninggikan suara di depan putrinya. Entah apa yang terjadi pada lelaki itu. Sejak kepergian istrinya, sikap Samuel memang berubah drastis. Emosinya sering tak terkontrol.

Mata Elya mulai berair. Ia juga berjalan mundur, menjauhi Samuel. "Papa jahat, Papa tidak sayang Elya lagi. Elya benci Papa!" Teriak Elya dan langsung berlari keluar ruangan. Samuel kaget, ia mengusap wajahnya frustasi. Ia menyesal karena sudah membentak putrinya.

"Elya tunggu, Sayang... Arghhh...." Samuel hendak mengejar Elya, tetapi pandangannya mendadak kabur. Ia juga merasakan kepalanya sangat sakit dan membuat tubuhnya tak seimbang. Samuel terjatuh lemas. Ini adalah pertama kalinya Samuel terlihat lemah.

"Ya ampun, Pak. Bapak kenapa?" tanya Rizal yang baru saja masuk. Ia sangat kaget saat melihat Samuel terduduk di lantai.

"Saya tidak apa-apa, lebih baik kamu kejar Elya. Dia sendirian di luar sana." Perintah Samuel sambil memijat kepalanya.

"Kalau begitu saya pamit untuk mengejar Elya, Pak." Pamit Rizal yang dijawab anggukan oleh Samuel. Lalu lelaki jangkung itu langsung pergi meninggalkan Samuel.

Samuel berusaha bangun, ia terlalu lemas untuk mengangkat tubuhnya. Dengan susah payah, akhirnya ia berhasil duduk di sofa. Samuel memejamkan mata sambil memijat pelepisnya. Mungkin ia terlalu lelah bekerja.

Tak berapa lama, masuklah seorang wanita cantik dengan penampilan seksi. Juga bibirnya yang merah merona. Tentu saja wanita itu kaget melihat kondisi Samuel.

"Ya ampun, Sayang. Kamu kenapa?" Wanita itu langsung menghampiri Samuel.

Samuel berdecak kesal saat mendengar suara yang tak asing lagi di telinganya. Ia membuka matanya dan menatap wanita itu sekilas.

"Rayya, buat apa kamu kesini?" Tanya Samuel yang sebenarnya tidak memperdulikan kehadiran wanita itu. Karena ia memang tidak suka dengan kehadiran wanita bernama Rayya itu.

Rayyana Sasmita adalah adik kandung dari mantan istrinya. Mayya Naditha. Wanita yang pernah hadir dan menghiasi hatinya. Rayya tertarik pada Samuel sejak lama, tetapi malah Kakaknya yang mendapatkan lelaki itu. Sekarang, Mayya tidak ada lagi dalam kehidupan Samuel. Jadi ia berusaha untuk merebut poisis itu kembali.

"Ya ampun, Sayang. Aku cuma mau lihat keadaan kamu. Lihat kamu pucat banget." Rayya sambil menyentuh kening Samuel.

"Keluar!" Hardik Samuel yang berhasil membuat Rayya kaget.

"Tapi...."

"Keluar sebelum aku panggil security." Perintah Samuel terkesan dingin. Hal itu berhasil membuat nyali Rayya ciut.

"Ok aku keluar, tapi besok aku akan kesini lagi." Sahut Rayya dengan ekspresi kesalnya. Lalu wanita itu langsung pergi meninggalkan Samuel.

Rayya menutup pintu dengan kencang, hingga menimbulkan suara nyaring. Beruntung ruangan Samuel jauh dari tempat umum. Lelaki itu menghela napas berat, ia tidak habis pikir dengan tingkah mantan adik iparnya itu.

Selang beberapa waktu, Rizal kembali dengan napas tersengal.

"Permisi, Pak. Mohon maaf sebelumnya. Saya sudah mencari Elya, tapi saya tidak dapat menemukannya." Ungkap Rizal dengan keringat bercucuran di wajahnya.

Samuel meringis, ungkapan Rizal semakin menambah sakit kepalanya.

"Kalau begitu biar saya yang cari sendiri." Samuel bangkit dari posisinya dengan sedikit terhuyung. Rizal hendak membantu, tetapi Samuel langsung menahannya.

"Tapi pak...." belum selesai Rizal bicara. Samuel langsung mengangkat tangannya, memberi isyarat agar Rizal tak menahannya. Lalu bergegas keluar dari ruangan.

Samuel terus menyusuri kampus dan berharap Elya ada di sana. Namun hasilnya nihil, sudah semua penjuru kampus ia telusuri. Akan tetapi ia belum menemukan keberadaan putrinya. Hanya satu tempat lagi yang belum Samuel datangi, yaitu taman belakang. Dengan langkah besar, Samuel melangkahkan kakinya menuju taman.

Setibanya di taman, mata Samuel tertuju pada dua orang yang sedang berbincang di bawah pohon besar. Ia bernapas lega, karena itu adalah putrinya. Tetapi ia tidak tahu siapa wanita dewasa yang saat ini bicara dengan putrinya itu. Samuel menghampiri mereka.

Anak ini, berani sekali bicara dengan orang asing. Bagaimana jika wanita itu memiliki niat jahat? Pikir Samuel.

"Elya." Samuel sedikit berteriak. Dan berhasil membuat dua orang itu menoleh bersamaan.

"Papa." Sahut Elya dengan wajah berbinar. Namun, Samuel menarik Elya untuk menjauh dari wanita itu.

"Pak, jangan kasar dong sama anak kecil." Protes gadis itu tak terima melihat perlakuan Samuel pada Elya.

Samuel mengabaikan perkataan gadis itu dan memilih untuk menyejajarkan tubuhnya dengan Elya.

"Papa sudah bilang, jangan bicara dengan orang asing." Samuel mengatakan hal itu seolah-olah gadis itu berbahaya.

Gadis cantik itu menggeram kesal. Emannya dia pikir gw penjahat apa?

"Tapi tante ini baik, Pa." ucap Elya sambil menatap gadis cantik itu yang tak lain adalah Inna.

"Ayo kita pulang." Ajak Samuel kembali menarik Elya.

"Pak tolong jangan kasar sama anak. Dia masih kecil." Seru Inna namun Samuel sama sekali tidak menghiraukan ucapan Inna. Ia terus menarik Elya menjauh.

"Ya Tuhan, ternyata masih ada ya manusia sekejam dia? Pantas aja istrinya kabur. Bukan cuma dingin sama semua orang, ternyata sama anaknya sendiri juga sama." Oceh Inna begitu kesal melihat sikap dosennya itu.

Inna tidak bisa membayangkan, bagaimana ia sanggup berhadapan dengan lelaki itu. Bahkan untuk kedepannaya ia akan sering bertemu degannya. Inna menghela napas berat, lalu melirik jam ditangannya dan ternyata sudah menunjukkan pukul 14.30 WIB.

Ya ampun, Papa pasti udah menunggu dari tadi. Pekiknya dalam hati. Dengan sedikit berlari ia menuju parkiran. Dengan terburu-buru Inna masuk ke dalam mobil dan langsung melajukan mobil miliknya dengan kecepatan sedang. Hingga di persimpangan jalan, tiba-tiba sebuah mobil menyebrang sembarangan di depan mobil Inna. Alhasil mobil miliknya sedikit menyenggol mobil orang itu.

Terpopuler

Comments

Ilyloveme

Ilyloveme

Kasian Elya🥺

2022-07-19

0

Eman Sulaeman

Eman Sulaeman

baru awal udah tegang nih

2022-06-15

0

💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕

💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕

Samuel ketus banget sih jd orang bikin pengen nampol😤😤😤😤

2022-05-21

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!