“Astagfirullah, maaf Mas. Saya gak sengaja.” Ucap Inna yang langsung mengambil buku yang berserakan dilantai. Milik seorang lelaki yang ia tabrak. Inna sama sekali tidak memperhatikan wajah lelaki itu. Berbeda dengan lelaki itu, ia hanya diam sambil memperhatikan Inna.
“Ini Mas bukunya, saya….” ucapan Inna tertahan saat ia melihat wajah lelaki itu dengan jelas.
“Kak Jidan?” Inna memberikan tatapan tidak percaya.
Lelaki yang bernama Jidan itu hanya tersenyum dan menganggukkan kepalanya pada Inna. Karena terlalu senang, Inna langsung berhambur kepelukkannya.
“Kenapa Kakak gak kasih tau Nana sih kalau kakak pulang ke Indonesia?” Kesal Inna dengan air mata yang siap tumpah di pelupuk matanya.
Jidan Hermansyah adalah teman masa kecil Inna yang sudah Inna anggap seperti kakak sediri. Mereka memiliki hubungan yang sangat dekat. Namun, mereka harus terpisah jarak, karena Jidan pindah keluar negri untuk melanjutkan pendidikannya. Saat itu Inna baru menginjak bangku SMP. Dan umur keduanya terpaut 5 tahun.
“Tadinya ingin membuat kejutan,” sahut Jidan seraya membalas pelukan Inna. Jujur, ia sangat merindukan gadis kecilnya yang kini sudah beranjak dewasa.
“Kakak jahat, kenapa baru pulang sekarang sih? Nana kangen banget sama Kakak.” Ucap Inna yang kini sudah menangis dalam dekapan Jidan.
“Hey, kok nangis? Ternyata masih belum berubah ya, Cengeng.” Ledek Jidan yang berhasil membuat Inna kesal. Inna menarik diri dari dekapan Jidan.
“Ck, jahat banget sih.” Inna mengerucutkan bibirnya. Jidan yang melihat itu cuma bisa tersenyum. Tingkah gadis itu sangat menggemaskan menurutnya.
Selama ini, hanya Inna yang selalu ia pikirkan, bahkan tujuannya pulang ke Indonesia juga hanya untuk orang yang selama ini ia cintai yaitu Inna. Namun semua itu tidak pernah diketahui oleh Inna, karena Inna hanya menganggap Jidan sebagai kakak laki-lakinya, tidak lebih.
“Ya ampun, Nana ada jam Kak. Mampus, pasti dosennya marah karena Inna terlambat." Inna menepuk jidatnya. Ia baru ingat bahwa ia sudah terlambat masuk kelas.
“Nanti kita ngobrol lagi ya kak, sekarang Nana harus pergi. Dadah." Inna langsung berlari menuju kelasnya. Meninggalkan Jidan yang masih teridam di tempat.
Dengan napas tersengal, Inna memasuki kelas, ternyata suasana masih sangat riuh. Karena dosen yang mengajar belum masuk. Inna berdecak kesal, padahal ia sudah susah payah berlari dari gedung satu ke gedung yang lain.
“Inna, dari mana Lo?” tanya Dita sambil bertolak pinggang. Inna yang mendengar itu tidak berniat untuk menjawab. Dan memilih untuk langsung duduk. Begitu pun dengan Dita.
“Pak Yono belum masuk ya?” Inna malah balik bertanya.
“Belum, katanya diganti sama dosen baru. Tapi udah jam segini belum juga nongol tu dosen. Gak jadi masuk kali,” jawab Dita.
Tidak berapa lama, dosen baru yang mereka maksud pun datang.
“Assalamualaikum.” Ucap seorang pria tampan.
“Wa’alaikumsalam.” Jawab mahasiswa kompak.
“Ya ampun gila tu orang, ganteng banget.” Seru Dita menatap kagum pria yang saat ini berdiri di depan. Berbeda dengan Inna, ia malah memberikan tatapan kaget dan tak percaya dengan apa yang ia lihat.
“Kak Jidan?” Bisik Inna dengan raut bingung di wajahnya. Dita dan Juju yang masih bisa mendengar ucapan Inna langsung menatap bersamaan.
“Mohon perhatian semuanya.” Perintah dosen muda itu yang tak lain adalah Jidan. Semua mahasiwa yang awalnya bising kini mulai hening dan terpokus pada Jidan.
“Ok, perkenalkan nama saya Jidan Hermansyah. Di sini saya akan menggantikan pak Yono sampai beberapa pertemuan kedepan. Apa ada yang ingin kalian tanyakan?”
Jidan melempar pandangan pada seluruh mahasiwa dan berakhir pada gadis pujaan hatinya, Inna.
“Bapak sudah nikah?” tanya salah seorang mahasiswi.
“Saya masih single.” Jawab Jidan yang berhasil membuat semua mahasiwi heboh seketika.
“Inna, lo kenal ama tu dosen?” tanya Dita yang mulai curiga karena pandangan Jidan selalu mengarah padanya. Inna hanya mengangguk sebagai jawaban.
“Kamu...." Jidan menunjuk ke arah Dita. "Apa yang ada ingin kamu tanyakan?”
Sontak Dita yang kaget karena merasa ditunjuk pun mulai kalang kabut. Bahkan ia sama sekali belum menyimpan pertanyaan.
“Sa... saya pak?” Tanya Dita gugup sambil menunjuk dirinya sendiri.
“Iya.”
“Itu Pak... Bapak kok gak pernah keliatan sih di kampus?” tanya Dita dengan cepat.
“Saya baru selesai study di Jerman, dan baru kembali hari ini.” Jawab Jidan singkat. Dan lagi-lagi pandangannya terpokus pada Inna.
“Pak, boleh saya nanya?” teriak Juju sambil mengangkat tangan dan berhasil mendapat perhatian dari semua orang.
“Ya, silakan.” Sahut Jidan seraya tersenyum manis.
“Kok bisa sih Inna kenal sama Bapak? Tadi dia bilang, dia kenal sama Bapak." Celetuk Juju yang berhasil membuat semua orang terkejut. Terutama Inna dan Dita yang tak kalah terkejut saat mendengar pertanyaan sahabatnya itu.
“Mati gw.” Umpat Inna sambil menutup wajah dengan kedua tangan, karena saat ini semua mata tertuju padanya. Dan merasa terintimidasi.
Jidan tersenyum saat melihat apa yang Inna lakukan. "Dia kekasih kecil saya.” Jawab Jidan yang kembali membuat Inna terkejut, sangking terkejutnya ia tak sengaja menjatuhkan buku milik Dita.
“Wah gak nyangka ya Inna punya pacar dosen ganteng?"
“Ya ampun, enak benget sih jadi Inna.”
“Mau dong jadi Inna. Dapat pacar dosen ganteng."
“Inna kan cantik, jadi pates aja dong dapat pak Jidan.”
Begitulah tangapan beberapa mahasiwi terhadap Inna. Inna yang mendengar semua itu hanya bisa menghela napas dan menatap Jidan dengan tatapan membunuh.
Jidan yang sadar akan tatapan Inna malah tergelak. Membuat gadis itu semakin kesal.
"Ok ok, maafkan saya. Tadi itu cuma bercanda. Inna itu teman masa kecil saya dan dia juga sudah saya anggap seperti adik sediri. Jadi tolong jangan salah paham ya.” Jelas Jidan yang mulai ngeri melihat tatapan Inna.
Sebenarnya dalam hati yang sesungguhnya, ia menyayangi Inna bukan sekedar adik dan kakak. Ia memiliki perasaan lebih pada gadis itu. Gadis yang menjadi cinta pertamanya.
“Ya sudah, kita mulai saja pelajarannya.” Sambung Jidan yang kemudian membuka laptopnya. Pelajaran pun berlangsung dengan baik. Meski selama perlajaran berlangsung, Jidan lebih banyak mendapatkan tatapan kagum dari para ladies. Tetapi itu sama sekali tak mempengaruhinya.
***
“Nana Tunggu sebentar.” Pinta Jidan saat Inna ingin masuk kedalam mobil.
“Iya kak.” Sahut Inna seraya membalik tubuhnya.
“Nanti malam kita dinner?” ajak Jidan dengan memasang wajah penuh harap.
“Emmmm….” Inna terlihat berpikir keras.
“Jika tidak bisa gak papa kok.” Lanjut Jidan meski sebenarnya menyimpan perasaan kecewa.
“Ok, bisa kok.” Jawab Inna semangat, sebenarnya ia ingin mengerjai Jidan.
Jidan sangat senang mendengar jawaban Inna.
“Baik lah, nanti malam Kakak jemput kamu.” Jidan mengedipkan matanya dan langsung pergi meninggalkan Inna.
Saat Inna hendak masuk ke dalam mobil, lagi-lagi seseorang memanggil namanya. "Mama cantik.”
Inna pun menoleh, dan mendapatkan Elya tengah berlari ke arahnya. Inna tersenyum ramah dan menutup pintu mobilnya.
“Hey... Elya belum pulang?” tanya Inna yang langsung memeluk Elya sekilas.
“Belum Ma, tadi Elya main dulu sama Papa. Mama liat deh, Papa beliin Elya gelang, cantik kan?" Elya mengadu pada Inna sambil menujukkan gelang yang melingkar di tanganya.
“Cantik banget Sayang, apa lagi kalau anak Mama yang pake.” Sahut Inna sambil mencubit pipi Elya.
“Mama, nanti malam Elya sama Papa mau makan di restoran Jepang. Mama ikut ya?” Ajak Elya dengan wajah sumringah. Inna yang mendengar itu langsung merubah raut wajahnya.
“Maaf, Sayang. Mama sudah ada janji dengan teman Mama, jadi lain kali deh Mama ikut ya, Sayang?" Jawab Inna merasa bersalah.
“Yah....” Elya menatap Inna penuh kekecewaan.
Inna sadar dan bisa melihat raut kecewa di wajah Elya.
“Maaf ya Sayang? Mama janji deh, lain kali Mama pasti bisa.” Ujar inna sambil mengulurkan jari kelingkingnya.
“Janji ya ma?" Ucap Elya mengaitkan jari kelingkingnya dijari inna. Ia juga tersenyum lebar, membuat perasaan bersalah Inna sedikit memudar.
“Elya, ayok kita pulang.” Suara datar seseorang berhasil membuat Inna sangat terkejut. Inna menoleh dan mendapatkan Samuel sudah berdiri tak jauh darinya, sambil memasukkan kedua tangan kedalam saku celana.
“Mama, Elya pulang dulu ya. I love you Mama.” Ucap Elya mencium pipi Inna.
“Love you to, Sayang.” Inna balas mencium pipi Elya.
“Dah, Mama.” Elya meninggalkan Inna dan menyusul Samuel yang sudah berjalan lebih dulu menuju parkiran khusus dosen.
Inna menggelengkan kepala saat melihat sikap dingin Samuel pada Elya.
“Ya Allah, kenapa masih ada sih orang dingin sepertinya?" Gumam Inna sambil menatap punggung Samuel yang mulai menjauh. Lalu ia pun langung masuk ke dalam mobil. Menghidupkan starter dan melajukan mobilnya meninggalkan pekarangan kampus.
Lima belas menit, Inna sampai di rumah. Ia berjalan malas, karena tubuhnya terasa sangat pegal dan lelah. Lalu, pandangannya teralih pada pintu rumah yang sudah terbuka. Dan di sana ia bisa melihat seorang gadia cantik seusianya sudah beridir di depan pintu.
Mata Inna membulat sempurna, masih tidak percaya dengan apa yang ia lihat saat ini. Bahkan gadis itu juga tengah menatapnya penuh kerinduan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
meris dawati Sihombing
Mata kuliah kali thor mosok mata pelajaran..
2025-02-28
0
Ilyloveme
Tanpa sengaja bertemu
2022-07-19
0
Ilyloveme
Dari pada ga dijawab ma Inna lebih baik tanya langsung ke yg bersangkutan😂😂
2022-07-19
0