CEKLEK....
Pintu tiba-tiba terbuka dan menampakkan seorang pria tinggi sedikit kurus keluar dari ruangan. Lalu tatapannya langsung tertuju pada tiga gadis yang masih berdiri mematung sambil menatap dirinya.
Inna menghela napas lega. "Untung bukan tu orang," ucap Inna pelan. Ia bersyukur karena yang keluar dari ruangan itu bukan dosen killer yang selama ini ia hindari.
"Ada perlu apa?" tanya pria bernama Rizal. Ia menjabat sebagai sekretaris Dekan.
Samuel merupakan pemiliki kampus ternama ini dan sekaligus menjabat sebagai Dekan di salah satu fakultas. Yaitu fakultas ekonomi di mana Inna kuliah saat ini.
Dan hebatnya, Inna sama sekali tidak tahu akan hal itu. Yang ia tahu, Samuel hanya sebatas dosen dan Dekan dikampusnya. Untuk urusan lain, ia tidak pernah ambil pusing. Karena tujuannya hanya belajar dan menyelesaikan pendidikan tepat waktu.
"Saya ingin berjumpa dengan Prof. Sam, apakah beliau ada?" Tanya Inna mulai bersuara.
"Maaf, untuk saat ini Prof tidak bisa diganggu, sebaiknya kamu hubungi beliau terlebih dahulu untuk membuat janji." Sahut Rizal apa adanya.
"Begitu ya? Baiklah, sebelumnya saya ucapkan terima kasih banyak, Pak. Saya pamit dulu, permisi." Balas Inna yang dijawab anggukan oleh Rizal. Lalu mereka bertiga pun beranjak pergi dari sana.
"Ta, Lo ada nomor Prof?" tanya Inna.
"Ada dong, bentar ya gw kirim." Jawab Dita mengambil ponselnya dari dalam tas . Lalu ia pun langsung mengirim pesan pada Inna.
Ponsel Inna pun bunyi, menandakan jika pesan Dita sudah masuk. Inna pun langsung membuka pesan sahabatnya, karena ia harus segera menghubungi Samuel. Dan betapa terkejutnya Inna saat melihat isi pesan Dita.
"What? Lo simpan nomor Prof dengan nama ini, Ta? Gila Lo!" Seru Inna saat melihat nama kontak yang Dita kirimkan. Dan ternyata Dita menyimpan nomor Samuel dengan nama 'My Hubby'. Menggelikan bukan?
"Hehe, siapa tau aja jadi. Jodohkan gak ada yang tahu," celetuk Dita sambil cengengesan.
"Stress Lo, Ta." Timpal Inna. Dita yang mendengar itu terkekeh geli.
"Inna, Lo kan tau Dita itu emang stres sejak lahir. Jadi... Lo gak usah heran lagi ama ni anak." Kali ini Juju ikut menimpali. Inna yang mendengar itu pun langsung terkekeh.
"Tumben kali ini Lo bener, Ju." Sahut Inna yang dibarengi tawa Juju.
Lain dengan Dita, ia mengerucutkan bibirnya beberapa senti.
"Ck, bt gw sama Lo pada." Dita pura-pura ngambek seperti anak kecil. Ia menghentakkan kakakinya ke lantai beberapa kali.
"Eleh, gak cocok Lo ngambek gitu, Ta. Muka Lo terlalu garang." Ledek Inna yang kemudian tertawa lepas.
"Betul itu." Sahut Juju dengan semangat.
"Serah Lo pada aja deh." Kesal Dita kembali memasang wajah jutek.
"Uluh uluh, jangan marah dong, Beib. Nanti jeleknya nambah." Timpal Inna yang berhasil membuat Dita semakin kesal. Lalu Inna dan Juju pun tertawa bersama. Karena mereka berhasil membuat sahabatnya kesal setengah mati.
Sambil becanda ria, mereka bertiga pun beranjak menuju kantin.
"Lo mau pesan apa?" tanya Dita pada Inna dan Juju yang sedang asik dengan ponsel.
"Gw bakso ama jus melon," jawab Inna masih pokus dengan gawainya.
"Gw samain aja deh kayak Inna, biar gak lama." Jawab Juju sambil tersenyum manis.
"Plagiat Lo." Hardik Dita.
"Emang gak boleh ya plagiat pesanan?" tanya Juju serius.
"Kagak." Sahut Dita dan Inna bersamaan.
"Owh." Juju mengangguk-anggukan kepalanya. Inna dan Dita pun saling melempar pandangan. Lalu kembali menatap Juju.
"Owh doang, gak rencana ganti?" tanya Dita.
"Enggak," jawab Juju sambil cengengesan.
Dita berdecak kesal mendengar jawaban Juju.
"Udahlah, sana lo pesan terus. Kalau ladenin dia mah gak akan selesai sampe Lo tua." Perintah Inna.
"Ok deh," sahut Dita yang langsung pergi untuk memesan makanan. Sedangkan Inna masih asik dengan ponselnya. Ia terlihat mengetik sebuah pesan untuk Prof. Sam.
Assalamualaikum Prof. Mohon maaf saya mengganggu waktunya, saya Zainna Keisha Nugraha mahasiswa angkatan xxxx, saya ingin bertemu dengan Prof. Apakah hari ini saya bisa bertemu dengan Prof? Terima kasih.
Send.
Jantung Inna pun berdetak kencang saat pesan yang ia kirim sudah dibaca oleh sang penerima. Tetapi ia tak kunjung mendapat jawaban.
"Udah Lo chat?" tanya Dita sekembalinya memesan makanan. Inna pun mengangguk kecil.
"Di read doang." Jawab Inna sambil menunjukkan pesannya pada Dita.
"Sibuk kali, tunggu aja tar juga dibales."
"Emang siapa yang Lo chat, Na?" tanya Juju yang berhasil membuat Inna dan Dita menatap Juju tajam.
"Suami gw, Ju." Sahut Inna sambil memutar kedua bola matanya.
"Beneran? Lo udah nikah, Na? Kapan? Kok Lo gak undang gw sih? Tega banget sih. Lo tau juga Ta, Inna udah nikah?" seru Juju dengan wajah kagetnya.
Ya ampun kapan anak ini bisa waras ya? Batin Inna semakin pusing dengan kelemotan sahabatnya yang satu ini.
"Kemaren gw nikah di Amerika." Jawab Inna asal. Tentu saja hal itu dianggap serius oleh Juju.
"Tuh kan, masak iya gw gak diajak sih ke Amerika? Padahal kan gw pengen banget kesana. Jahat banget sih kalian." Rengek Juju yang berhasil membuat Inna dan Dita tertawa.
"Itu sih dl... derita lo." Ucap Inna dan Dita bersamaan. Lalu keduanya pun tertawa bahagia karena selalu berhasil mengerjai Juju. Meski lemot, Juju cukup menghibur mereka berdua ditambah Juju juga anak yang cukup baik. Lain halnya dengan Juju, gadis itu menyebik kesal karena baru sadar sedang dikerjai kedua sahabatnya.
***
Waktu sudah menunjukkan pukul 14.00 WIB. Seperti biasa, Inna menghabiskan waktu kosongnya di taman kampus. Ia tampak sibuk dengan laptop di depannya, jari-jari lentiknya terus menari diatas keyboard sambil sesekali menyeruput capucino kesukaannya. Kedua sahabatnya sudah terlebih dahulu pulang karena ada keperluan mendesak, Inna pun tidak mempermasalahkan hal itu meski sekarang ia jadi sendirian.
Tidak berapa lama, suara deringan ponsel berhasil mengalihkan perhatiannya. Lalu ia membuka ponselnya, di sana terdapat notifikasi pesan masuk dari seseorang yang sejak tadi ia tunggu balasannya.
Dosen killer
Besok. Pukul 10. TEPAT WAKTU.
Inna membulatkan kedua matanya karena terkejut melihat isi pesan dari Samuel. Singkat padat dan cukup memepengaruhi mental Inna.
Kemudian Inna pun mengetik balasan. Dan menekan tanda send dengan kesal.
Baik, Pak. Terima kasih banyak.
Inna menghela napas berat, dan meletakkan ponselnya di atas meja.
"Untung aja Lo dosen. Kalau enggak, udah gw maki." Omel Inna sambil menatap isi pesannya dengan Prof. Sam kesal. Lalu ia pun kembali pokus pada layar laptop.
Namun beberapa saat kemudian ia tersentak. Sepertinya ia melupakan sesuatu, dimana dirinya sudah membuat janji pada sang Papa akan pulang tepat pukul dua siang.
"Ya ampun, gw lupa kalau hari ini ada janji sama Papa." Inna memekik saat melihat arloji miliknya dan sudah menunjukkan pukul dua lebih. Inna pun bergegas untuk membereskan barang barang miliknya.
Namun, baru beberapa langkah Inna beranjak, pergerakkannya langsung terhenti. Sayup-sayup ia mendengar suara tangisan anak kecil. Karena penasaran, Inna langsung mencari dimana sumber suara itu. Kakinya terus melangkah menuju sebuah pohon besar yang ada di taman. Karena ia yakin di sanalah sumber suara itu.
Benar saja, suara tangisan itu semakin jelas. Inna memutari pohon itu, lalu ia melihat gadis kecil terus menangis. "Papa jahat, semua tidak ada yang sayang Elya."
Inna pun langsung menghampiri gadis kecil berambut tebal itu. Ia tidak bisa melihat wajah anak itu, karena gadis kecil itu menenggelamkan wajahnya diantara kedua lutut. Inna mengerutkan keningnya, karena anak itu masih mengenakan seragam sekolah yang Inna ketahui itu pakaian taman kanak-kanak.
Inna menghampiri gadis kecil itu dengan hati-hati. Lalu menyejajarkan tubuhnya. "Hai sayang, kok kamu nangis sih?" tanya Inna sambil menepuk pelan pundak gadis kecil itu. Karena kaget gadis kecil itu mengangkat kepalanya dan menatap Inna.
Cantik, satu kata yang Inna ucapkan dalam hatinya.
"Kamu sendirian? Orang tua kamu mana?" tanya Inna sambil celingak celinguk melihat keberadaan orang tua anak itu.
Namun, anak itu justru semakin mengencangkan tangisannya. Inna kaget dan bingung harus bebuat apa. Tanpa sadar naluri keibuannya pun keluar, Inna langsung membawa anak itu dalam pelukan.
"Hey, anak cantik tidak boleh nangis. Nanti cantiknya hilang loh." Inna mencoba untuk menenangkan gadis kecil itu. Dan itu berhasil, gadis kecil itu menghentikan tangisannya.
"Siapa nama kamu sayang?" tanya Inna sambil mengusap lembut rambut lebat gadis kecil itu.
"Elya, Tante." Jawab gadis kecil yang bernama Elya itu sambil mengurai pelukan Inna. Inna tersenyum dan menatap wajah polos itu lamat-lamat.
"Wah, nama yang cantik, sama seperti orangnya, cantik. Kenalin nama tante Inna." Balas Inna sambil mengulurkan tangannya. Lalu Elya pun membalas uluran tangan Inna dengan tangan mungilnya.
"Tante juga cantik." Ucap Elya sambil tersenyum dan mengusap jejak air matanya, entah kemana wajah sedihnya tadi. Semuanya sirna begitu saja dan kini berganti dengan wajah ceria.
"Masak sih? Lebih cantik Elya kok. Oh iya, kok kamu sendirian sih di sini?" Tanya Inna sambil melihat ke sekeliling taman.
Mendengar pertanyaan itu seketika wajah Elya pun kembali murung. "Papa jahat, Tante. Papa tidak mau temenin Elya main. Papa selalu bilang kalau Papa itu sibuk. Padahal, Elya kangen sama Papa, tapi Papa tidak pernah ada waktu buat Elya."
Inna terhenyak mendengar jawaban polos anak itu. Inna bisa menebak umur gadis kecil itu sekitar lima tahunan. Namun cara bicaranya sudah seperti orang dewasa.
Pasti orang tuanya pinter ini mah, anaknya aja sepintar ini. Batin Inna.
"Sayang, itu artinya Papa Elya memang sibuk. Elya sebagai anak baik, tidak boleh cengeng dan membuat Papa Elya marah. Tante yakin, jika Papa Elya tidak sibuk lagi, pasti Papa ajak Elya main." Jelas Inna meyakinkan Elya sambil mengelus pipi halus anak itu.
"Beneran, Tante?" Seru Elya dengan mata berbinar.
"Iya, sayang. Oh iya, kamu belum jawab pertanyaan Tante, di mana Papa kamu?" tanya Inna lagi. Elya hendak menjawab pertanyaan Inna. Namun, seseorang lebih dulu memanggil namanya.
"Elya!" Teriak orang itu yang berhasil membuat Elya dan Inna kaget. Lalu keduanya langsung menoleh. Seketika tubuh Inna menegang, saat melihat sosok lelaki berperawakan tinggi besar itu. Perlahan Inna bangkit dari posisinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
Mat Grobak
👣👣👣
2022-07-27
0
Ilyloveme
Dita nanti nerima kenyataan ga yah klo justru Inna lahyang berhak atas nama tsb “my hubby”
2022-07-19
0
Ilyloveme
Terkadang ada dosen yg kita hindari, pas semester akhir pembagian pembimbing dapat dosen killer(WD pulak) 😂 ga banyak dapat masukan, jusru yg membimbing malah dosen penguji. yg jadi pembimbing justru menguji, kebalik🤣
2022-07-19
0