Sepuluh

"Inna...." seru gadis itu seraya melambaikan tangannya pada Inna.

"Didi?" Balas Inna dan langsung berlari menghampiri gadis cantik berambut panjang itu.

Cindy Ladisya Angel, atau lebih dikenal dengan panggilan Didi. Ia merupakan sahabat kecil Inna selain Jidan. Didi juga sama seperti Jidan, melanjutkan studinya di luar negeri karena orang tua Didi bertugas di sana. Saat itu usianya masih 15 tahun.

"Ya ampun rindunya?" Didi memeluk Inna dengan erat.

"Sama, aku juga rindu." Balas Inna memeluk erat sahabatnya.

"Hey, kenapa kalian gak kasih kabar sih kalau mau balik ke Indo?" Tanya Inna seraya melerai pelukan mereka.

"Kalian?" tanya Didi bingung dengan pertanyaan Inna.

"Iya, Kak Jidan juga udah balik ke Indo, dan kamu tahu? Kak Jidan sekarang jadi dosen dikampus aku, Di." Jelas Inna begitu antusias. Dan itu berhasil membuat Didi membulatkan matanya seakan tak percaya.

"Serius?" Tanya Didi penasaran.

"Iya, aku serius. Baru tadi Kak Jidan masuk ke kelas aku." Jawab Inna.

Didi yang mendengar jawaban Inna cuma bisa tersenyum.

"Btw, kamu masih naksir sama kak Jidan?" Tanya Inna yang membuat wajah Didi seketika memerah.

"Apa sih Na? Udah ah, gak usah bahas itu lagi. Udah basi tahu," jawab Didi sambil menundukkan kepalanya karena malu. Sejujurnya ia memang masih memiliki rasa pada lelaki itu. Sangat sulit untuk melupakan cinta pertamanya.

"Ya ampun, jadi belum move on nih ceritanya?" Ledek Inna untuk menggoda Didi.

"Nana, udah dong... jangan bahas itu. Ganti topik deh. Btw, aku gak disuruh masuk ni?" Sanggah Didi untuk mengalihkan pembicaraan.

"Ya ampun lupa, ya udah masuk yuk." Ajak Inna menarik tangan Didi memasuki rumah. Ia membawa Didi ke ruang keluarga. Karena di sana mereka bisa lebih santai.

"Nih, aku buatin jus apel kesukaan kamu." Ujar Inna membawa dua gelas jus. Lalu memberikan satu gelas pada Didi.

"Thanks, Beib." Ucap Didi menerimanya dengan senang hati.

"Oh iya, nanti malam kak Jidan ngajak aku Dinner loh," ucap Inna membuat Didi tersedak karena kaget mendengarnya. Inna kaget, lalu memberikan tisue pada sahabatnya itu.

Didi mengusap bibirnya dengan lembut, lalu beralih menatap Inna lagi.

"Kamu serius Na?" Tanya Didi yang dijawab anggukan oleh Inna.

"Kamu ikut ya?" ajak Inna yang langsung ditolak mentah-mentah oleh Didi.

"No Inna, aku gak mau ganggu kalian. Lagian sejak dulu...." Ucapan Didi pun terpotong.

"Hey Siapa bilang mengganggu, pokoknya kamu harus datang karena aku mau buat kejutan sama Kak Jidan. Aku yakin, Kak Jidan akan terkejut melihat kamu. Secara kamu udah banyak berubah, lebih cantik dan feminim." Potong Inna dengan penuh semangat.

"Tapi...." Lagi-lagi Inna memotong ucapannya.

"Tidak ada tapi-tapian. Pokoknya harus datang titik." Tegas Inna penuh pemaksaan.

Didi terdiam sejenak. "Baik lah." Pada akhirnya Didi pun mengalah. Ia tahu sahabatnya itu cukup keras kepala.

"Yeee...love Didi." Inna terlihat bahagia dan langsung memeluk Didi.

Cukup lama mereka berpisah, dan akhirnya dapat bertemu kembali. Keduanya mengobrol ria, saling bertukar cerita tentang kehidupan mereka yang sempat terlewatkan. Tak ada yang mereka tutupi, karena sejak awal mereka sudah membuat perjanjian. Yang mana dalam persahabatan itu harus saling terbuka satu sama lain, agar tidak terjadi kesalahpahaman yang fatal dan mempengaruhi kedekatan mereka.

***

"Pa, Inna izin keluar malam ini ya?" Inna duduk di samping Randy untuk meminta izin. Jika malam ini ia sudah membuat janji dengan kedua sahabatnya.

"Kemana? Tumben banget anak Papa mau keluar malam?" Tanya Randy yang sedikit aneh melihat Inna yang tiba-tiba meminta izin untuk keluar malam. Karena selama ini, anak gadisnya itu memang jarang sekali keluar malam. Keculai ada keperluan mendesak.

"Papa ingat Kak Jidan?" Tanya Inna dengan semangat.

"Jidan? Jidan anak pak Dirga itu ya?" Tanya Randy mencoba mengingatnya.

"Iya Pa. Kak Jidan sekarang udah di Indonesia lagi, dan ngajak Inna Dinner." Lanjut Inna semangat. Randy yang mendengar jawaban Inna pun tersenyum penuh arti.

"Wah, ternyata anak Papa sudah dewasa ya?Mulai berani kencan dengan seorang pria, huh?" Ujar Randy menggoda putrinya.

"Ya ampun Pa, Kak Jidan itu cuma temen kecil Inna. Lagian, Inna cuma nganggap Kak Jidan itu seperti kakak Inna sendiri kok. Jadi Papa jangan berpikir yang aneh-aneh. Didi juga ikut kok." Inna mencoba menjelaskan. Randy pun tergelak mendengarnya. Inna yang melihat itu pun mengerucutkan bibirnya.

"Iya iya, Papa tahu kok. Ya sudah, kalau begitu Papa izinkan kamu keluar." Ujar Randy sambil mengusap lembut rambut Inna.

"Makasih, Papa." Ucap Inna yang langsung memeluk Randy.

"Anak Papa sudah besar," ucap Randy memegcup dalam pucuk kepala Inna. Lalu keduanya terhanyut dalam kemesraan.

Malam hari, Inna menatap pantulan dirinya dicermin. Ia merasa penampilannya sudah bagus. Saat ini, ia mengenakan gaun biru laut selutut dengan lengan yang panjang. Inna juga membiarkan rambutnya tergerai. Membuat aura kecantikannya semakin terlihat jelas.

Randy memasuki kamar putrinya, ia penasaran dengan penampilan putrinya malam ini. "Wah, anak Papa sudah cantik rupanya." Randy merasa takjub melihat aura kecantikan putri semata wayangnya. Ia pun mendekati Inna.

"Papa bisa aja." Balas Inna yang sedikit merona. Randy hanya tersenyum melihat putrinya yang tersipu malu.

Randy memutar badan Inna agar menghadap dirinya. Lalu memeluk gadis itu penuh kasih sayang. Tentu saja Inna kaget, karena yang Randy lakukan itu terlalu mendadak.

"Pa?" Panggil Inna merasa aneh.

"Kamu sangat cantik, Sayang. Sangat mirip dengan Mama kamu." Randy bicara dalam dekapan Inna.

Inna mengerti arah pembicaran sang Papa. Jika saat ini, Papanya sangat merindukan sang Mama. Sama seperti dirinya, juga merindukan dan mengharapkan Mamanya kembali.

"Inna juga rindu Mama, Pa." Bisik Inna. Tanpa sadar air matanya mulai mengalir dan membasahi pipi.

Randy tersadar, dan melerai pelukannya. Ia merasa bersalah, karena sudah membuat putrinya menangis. Randy menangkup wajah Inna dengan kedua tangan kekarnya.

"Maafkan Papa, Sayang. Jangan menangis lagi." Randy menghapus jejak air mata Inna. Inna pun menggelengakan kepalanya karena ia tak ingin membuat Papanya merasa bersalah.

"Papa gak pernah salah, Inna sayang Papa." Inna pun kembali memeluk Randy. Dan dibalas dengan pelukkan hangat Randy.

"Sudah lah, sana berangkat. Sepertinya Jidan sudah sampai." Randy melepas pelukannya.

Inna menatap wajah Randy, dan tersenyum manis.

"Baiklah, Inna berangkat dulu ya Pa? Assalamualaikum." Inna mencium punggung tangan Randy.

"Wa'alaikumusalam, hati-hati di jalan." Balas Randy yang dijawab anggukan oleh Inna. Lalu Inna pun bergegas keluar dari kamarnya. Meninggalkan Randy yang masih betah di tempatnya.

"Hai kak, sudah lama sampai?" Tanya Inna pada Jidan yang ternyata sudah menunggunya di depan pintu.

"Baru saja sampai." Jawab Jidan tersenyum dan ia terpesona melihat penampilan Inna yang sangat cantik.

"Kamu cantik." Puji Jidan spontan. Ia tidak dapat membohongi diri sendiri, jika Inna benar-benar sangat cantik.

"Kakak juga tampan, mirip artis korea yang bernama Lee Min Ho." Inna sambil tertawa riang setelah mengeluarkan gurauannya.

"Dasar." ucap Jidan mencubit hidung Inna hingga meninggalkan bekas merah disana.

"Ck, sakit kak." Protes Inna.

"Maaf, cantik. Ya sudah, ayo berangkat." Ajak Jidan. Lalu keduanya berangkat menuju tempat yang sudah mereka rencanakan, yaitu restoran Jepang ternama di Jakarta.

"Tokoyaki dan green tea nya dua porsi." Pesan Jidan pada seorang waiters.

"Tiga porsi mbak." Sanggah Inna yang berhasil membuat Jidan terkejut.

"Kamu yakin bisa habiskan dua porsi?" tanya Jidan.

"Bukan buat Nana kak, tapi buat seseorang yang akan bergabung dengan kita. Kejutan." Jawab Inna membuat Jidan mengernyit bingung.

"Nah itu dia." Inna melambaikan tangannya kearah pintu masuk.

Jidan pun menoleh ke belakang, ia terkejut saat melihat seorang wanita cantik memakai gaun pick berdiri tepat di depan pintu masuk.

Didi, ia terlihat sangat cantik dengan gaun yang melekat ditubuh rampingnya. Memperlihatkan lekukan tubuhnya yang indah. Gadis itu tersenyum lebar dan bergerak menghampiri Inna dan Jidan.

"Didi?" Jidan sedikit ragu saat menyebutkan nama itu. Karena begitu banyak perubahan pada penampilan Didi saat ini. Jidan masih ingat betul, dulu Didi berpenampilan seperti anak laki-laki dan selalu melakukan hal konyol yang paling tidak ia sukai. Kejadian yang paling lengket diingatkan Jidan adalah saat Didi memintanya untuk jadi kekasihnya di depan orang ramai. Lebih parahnya lagi, Didi tak sengaja menumpahkan kopi di baju kesayangan Jidan. Dan betapa malunya Jidan saat itu. Kejadian yang masih tersimpan jelas dalam rekaman hidupnya.

"Hai kak, apa kabar?" sapa Didi menyadarkan lamunan Jidan.

"Eh baik, kamu beneran Didi?" Sahut Jidan yang masih tak percaya bahwa gadis dihadapannya itu adalah orang yang selalu ia hindari selama ini.

"Ya, kenapa? Kakak tidak percaya?" tanya Didi sambil duduk di sebelah Inna.

"Kamu berubah." Kata Jidan sambil menatap Didi lekat.

"Hanya penampilanku yang berubah kak, semuanya masih sama seperti dulu." Balas Didi tersenyum ramah. Lalu keduanya terdiam saling diam.

Inna yang memahami keadaan pun kembali mencairkan suasana.

"Ekheem... Maaf kak, Nana gak kasih tahu lebih dulu, kalau sebenarnya Nana undang Didi ke sini. Habis kalian pulang ke Indonesia gak kasih kabar. Jadi kan pas banget memanfaatkan momen ini buat ngumpul. Kapan lagi cobak kita seperti ini?"

"It's Ok, tak jadi masalah." Jawab Jidan tersenyum begitu manis. Membuat jantung Didi berdetak kencang, sama seperti sebelumnya.

"Bagaimana kuliah kamu Di?" tanya Jidan pada Didi. Sontak gadis itu pun kaget.

"Ah... Lancar, minggu depan aku kembali ke L.A." Jawab Didi yang berhasil membuat Inna terkejut, pasalnya tadi siang Didi sama sekali tidak membahas akan kembali ke Amerika.

"Kok gak cerita?" tanya Inna kesal.

"Maaf Na, tadi Daddy kasih kabar. Katanya masih banyak urusan disana jadi aku belum bisa menetap lagi di Indonesia." Jawab Didi dengan penuh penyesalan. Didi juga sangat ingin kembali menetap di Indonesia, tetapi keadaan masih belum mengizinkannya.

"Gak apa-apa Di, kita kan masih bisa berkomunikasi." Ujar Inna yang dapat memahami posisi sahabatnya.

Didi mengangguk tanda setuju. Jidan hanya bisa menyaksikan kedua wanita yang ada di hadapannya, tanpa bisa berkata apa-apa.

"Selamat menikmati." Ucap seorang waiters yang membawa pesan mereka.

"Terima kasih, Mbak." Ucap Inna tulus. Lalu waiters itu pun beranjak pergi.

Kemudian mereka menikmati hidangan dengan obrolan-obrolan kecil. Bahkan sesekali tersengar suara tawa mereka.

"Kak, Di. Aku Izin ke toilet sebentar." Inna bangun dari posisinya. Lalu kedua sahabatnya itu mengangguk tanda setuju.

Inna beranjak menuju toilet dengan langkah pati. Namun, saat Inna baru melewati beberapa meja yang tak jauh dari tempatnya duduk. Sebuah suara berhasil menahan langkah kakinya.

"Mama cantik...."

Terpopuler

Comments

Eman Sulaeman

Eman Sulaeman

mmh muda elya

2022-06-16

0

◉‿◉♡-Ƥυтrу Ƴαѕмιη-♡◉‿◉

◉‿◉♡-Ƥυтrу Ƴαѕмιη-♡◉‿◉

Ini bocah berkeliaran dimana² perasaan 🤣

2022-06-10

0

Zika'shiteru

Zika'shiteru

ni anak ada dimana2 ya

2022-02-14

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!