Lima

"Elya...."

Samuel dan Diana teriak bersamaan. Dengan langkah cepat Samuel menghampiri putrinya yang sedang memegang pecahan gelas.

"Jangan dipegang, Elya." Perintah Samuel yang khawatir pada putrinya. Perasaan itu semakin menjadi saat melihat darah segar mengalir dijari putri kecilnya. Tetapi gadis itu sama sekali tidak merasa kesakitan.

"Elya haus, jadi Elya ambil gelas dan gak sengaja gelasnya jatuh, Pa." Jelas Elya takut ketakutan. Ia takut Samuel kembali memarahinya.

Melihat ketakutan di mata putrinya, Samuel mendekati Elya dan meminta Elya untuk menjatuhkan pecahan gelas itu. Elya pun menuruti perintahnya.

"Kenapa tidak minta tolong Papa atau Oma? Lihat, jari kamu berdarah, Sayang. Sini biar Papa lihat." Samuel menggendong Elya dan membawanya ke ruang tengah.

"Cuma luka kecil, Papa. Kata tante cantik, Elya gak boleh cengeng. Nanti Elya tidak cantik lagi." Jawab Elya yang berhasil membuat Samuel terperangah.

"Tante cantik?" tanya Samuel bingung.

"Iya, Papa. Tante cantik yang ada di taman tadi." Sahut Elya sambil melihat darah di jarinya. Tidak ada rasa takut sedikit pun di matanya.

Samuel kembali mengingat gadis yang tadi bersama putrinya. Ia mengakui jika gadis itu sangat cantik.

"Tante cantik siapa El?" tanya Diana membawa kotak P3K di tangannya. Lalu duduk tepat di sebelah Elya. Dan mulai mengobati jari sang cucu.

"Tadi siang Elya ketemu tante cantik, Oma. Tante itu baik banget. Tante cantik juga bilang, kalau Elya gak boleh cengeng lagi." Jawab Elya dengan senyuman yang terus mengembang di bibirnya yang tipis.

"Tapi... Papa jahat, Oma. Papa larang Elya buat ketemu Tante cantik, padahal Elya suka banget sama tante cantik. Elya mau tante cantik jadi Mama Elya. Pasti nanti... Tante cantik mau deh tiap hari Elya ajak main." Sambung Elya yang berhasil membuat Samuel terkejut. Tubuh lelaki itu seketika menegang.

Diana yang memahami situasi ini langsung menepuk pundak anaknya.

"Papa kamu bukan jahat, Sayang. Papa cuma takut kalau Elya akan dijahati oleh orang asing." Ujar Diana sambil sesekali melirik putranya.

"Enggak, Oma. Tante cantik itu baik banget. Kalau nanti Oma ketemu, pasti Oma suka juga." Timpal Elya dengan mata berbinar.

"Benarkah? Oma jadi penasaran seperti apa tante cantik itu." Sahut Diana kembali melirik Samuel.

"Tante cantik itu cantik banget, Oma. Papa juga ada lihat tadi. Iya kan, Pa?" Kata Elya yang berhasil membuat Samuel kalang kabut.

"Eh, iya dia cantik." Jawab Samuel dengan cepat. Diana yang melihat itu cuma bisa tersenyum. Ia tahu, putranya masih belum siap untuk menikah lagi.

"Tuh kan, Oma. Papa aja suka dengan Tante cantik. Elya harap, Elya bisa ketemu lagi dengan Tante cantik dan Elya juga akan minta Tanye cantik jadi Mama Elya." Celetuk Elya yang berhasil mebuat Diana dan Samuel kaget.

Diana tersenyum simpul dan memeluk cucunya dari samping.

"Emang Tante cantik mau jadi mama Elya yang nakal dan suka merajuk ini, hah?" Tanya Diana sambil menggelitik perut Elya. Dan berhasil membuat gadis kecil itu tertawa kerena geli.

"Geli, Oma. Elya janji, akan buat Tante cantik mau jadi mama Elya." Ujar Elya disela tawanya. Samuel hanya menggelengkan kepalanya saat mendengar ocehan putrinya. Ia tidak menanggapi perkataan Elya sama sekali.

***

"Inna, Sayang. Kamu sudah siap?" Tanya Randy yang saat ini sudah berdiri di depan pintu kamar putrinya.

"Sedikit lagi, Pa." Sahut Inna sedikit berteriak.

Inna merapikan rambutnya yang ia biarkan tergerai, agar menutupi bagian dadanya yang terbuka.

"Cepat sedikit, jangan buat Papa terlambat. Papa tunggu di mobil," perintah Randy yang langsung bergegas pergi.

Berbeda dengan Inna, ia masih seibuk dengan penampilannya.

"Ya ampun, kenapa Papa suruh pake baju beginian sih?" Omelnya sambil memperhatikan penampilannya di cermin. Saat ini, ia terlihat cantik dengan gaun berwarna maroon selutut. Dengan potongan dada yang lumayan rendah.

Sebenarnya Inna tidak terlalu menyukai gaun yang saat ini ia pakai. Karena ia terbiasa mengenakan kaos dan celana jeans untuk pergi ke kampus atau pun jalan-jalan. Tapi ia tidak bisa menolak pemberian Papanya. Lagian ini merupakan acara formal, tidak mungkin Inna berpenampilan seperti biasanya. Ia tidak mau membuat sang Papa malu.

Setelah merasa dirinya sudah sempurna, Inna langsung menyusul Randy yang menunggunya di mobil.

Benar saja, di sana Randy sudah berdiri dengan gagah menungu putrinya. Lelaki paruh baya itu memang masih sangat tampan jika dibandingkan dengan usianya yang sudah memasuki kepala lima. Randy semakin mempesona, karena mengenakan jas warna senada dengan gaun Inna. Bahkan mereka terlihat seperti pasangan kekasih.

"Kamu cantik sekali, Sayang." Puji Randy. Inna yang mendengar itu tersipu malu.

"Papa juga sangat tampan." Balas Inna dengan tulus.

"Kamu cantik dan Papa juga tampan. Sekarang kita berangkat." Ujar Randy yang langsung membukakan pintu mobil untuk putrinya.

"Terima kasih, Ayahanda." ucap Inna yang langsung masuk ke dalam mobil mewah milik sang Papa.

"Sama sama tuan putri." Balas Randy dengan senyuman yang begitu manis. Tidak perlu di tanya lagi, dari mana asal senyuman manis Inna berasal. Tentu saja dari sang Papa.

Tidak perlu memakan waktu lama, mereka sudah sampai disalah satu restoran berbintang di Jakarta.

Randy menuntun putrinya memasuki restoran yang tampak sepi. Tentu saja hal itu membuat Inna merasa heran.

"Pa, kok restorannya sepi ya?" tanya Inna.

"Sudah diboking mungkin." Jawab Randy sambil menarik tangan Inna dan mengaitkan di tangannya.

"Diboking? Hanya untuk dinner keluarga? Sekaya apa sih sahabat Papa itu?" tanya Inna sangat penasaran. Randy yang mendengar itu pun tertawa.

"Dia pemilik restoran ini, Sayang." Jawab Randy yang berhasil membuat Inna membuka kaget dan tanpa sadar membuka mulutnya.

"Wah, hebat ya sahabat papa itu." Puji Inna karena merasa kagum dengan sahabat Papanya itu.

"Itu mereka," ucap Randy menunjuk sebuah ruangan yang di tata dengan begitu indah.

Disana sudah duduk sepasang suami istri dan seorang pemuda yang sangat tampan. Ketiganya tersenyum saat melihat kedatangan Randy dan Inna.

"Randy... selamat datang my best friend." Seru seorang pria paruh baya yang langsung bangkit dari duduknya lalu memeluk Randy.

"Owh... Alex, kau semakin tampan saja." Balas Randy yang juga pelukan Alex, sahabatnya.

"Kau juga semakin berkarisma sobat." Ujar Alex yang disambut tawa oleh keduanya. Lalu Randy beralih memandang wanita cantik yang sudah lama ia kenali.

"Hai... Diana, apa kabar?" sapa Randy mengulurkan tangan pada wanita cantik itu yang tersenyum padanya.

"Kabar baik, Ran." Diana membalas uluran tangan Randy.

"Ini putrimu?" tanya Diana sambil menatap takjub ke arah Inna.

"Ya, ini Putriku namanya Inna. Dan Inna, ini om Alex dan tante Diana, sahabat Papa." Kata Randy memperkenalkan putrinya.

"Inna Om, Tante." ucap Inna sambil bergantian mencium tangan keduanya.

"Kamu cantik sekali, Sayang. Sangat mirip dengan Ibu kamu." ucap Diana menarik Inna dalam pelukkan. Inna terdiam sesaat. Ia merasa sedih saat Diana menyebut kata Ibu.

"Makasih, Tan." Inna melerai pelukannya. Lalu pandangannya tertuju pada lelaki yang saat ini berdiri di hadapannya. Lalu lelaki itu bergerak menghampiri Randy.

"Oh iya, kenalkan ini putra keduaku namanya Reynaldi." Alex memperkenalkan putranya.

"Rey, Om." Rey mencium tangan Randy.

"Rey." ucap Rey mengulurkan tangan pada Inna.

"Inna." Inna membalas uluran tangan Rey.

"Silakan duduk." Perintah Alex pada Inna dan Randy. Lalu keduanya duduk di kursi yang sudah disediakan.

Inna melihat ada dua kursi kosong dihadapannya. Diana yang meyadari itu langsung tersenyum.

"Itu untuk putra sulung dan cucu kami." Ujar Diana. Inna yang mendengar tersenyum malu, karena Diana berhasil membaca pikirannya.

"Kemana mereka, kenapa belum hadir?" tanya Randy.

"Cucu kami ingin ke kamar mandi, jadi Putraku mengantarnya." Jawab Alex. Randy pun mengangguk tanda mengerti.

"Nah itu mereka." Tunjuk Alex.

Spontan Randy dan Inna pun menoleh kebelakang.

Deg!

Seketika jantung Inna berdetak kencang, ia mengedipkan matanya beberapa kali dan berharap yang ia lihat itu tidak benar. Namun, semua itu buknlah hayalannya, karena semuanya nyata. Samuel dan Elya bergerak menghampiri mereka.

"Tante cantik." Elya berteriak saat mengetahui Inna ada di sana. Dengan semangat Elya langsung berlari dan berhambur kepelukan Inna.

Karena masih kaget, Inna terdiam tanpa membalas pelukan Elya.

"Tante cantik, Elya seneng banget bisa ketemu tante cantik lagi. Oma, ini tante cantik yang Elya bilang. Elya benar kan Oma, kalau tante cantik itu sangat cantik?" Celoteh Elya dengan penuh semangat. Sedangkan yang lain hanya mengerutkan keningnya karena bingung.

Samuel yang sedari tadi berdiri, kini sudah duduk tepat berhadapan dengan Inna.

"Kami bertemu di taman kampus tadi siang." Ujar Inna saat menyadari tatapan bingung dari semua orang. Kecuali Samuel yang bersikap seakan tidak tahu apa-apa.

"Wah awal yang baik dong." Sahut Alex yang disambut tawa oleh semua orang.

Berbeda dengan Samuel, ia masih mempertahankan wajah datarnya.

"Ya sudah, mari kita cicipi hidangannya. Kasian dianggurin." Ajak Diana dengan semangat.

"Ok, mari." Timpal Alex. Lalu mereka pun mulai menyantap hidangan.

"Elya duduk di sebelah, Papa." Perintah Samuel pada Elya yang masih duduk dipangkuan Inna.

"Elya mau duduk sama Tante cantik." Jawab Elya begitu manja.

"Elya... "

"Tidak apa-apa, biar Elya duduk dengan saya." Potong Inna mematap Samuel.

"Yee... Elya sayang tante cantik." Seru Elya langsung mencium pipi Inna. Hal itu berhasil membuat Inna terkejut, karena ia tak pernah diperlakukan seperti itu oleh anak kecil. Jika boleh jujur, ini pertama kali ia begitu dekat dengan anak kecil.

Kemudian mereka pun makan dalam keadaan tenang. Sesekali Samuel melirik Elya yang sedang disuapi oleh Inna. Dengan tangan gemulainya Inna menyuapi Elya. Ada sedikit perasaan hangat dihati Samuel saat melihat Inna melayani Elya dengan begitu lembut. Dalam hati, ia juga memuji kecantikan Inna malam ini.

"Elya sudah kenyang." Elya mengusap perutnya yang terasa penuh.

Semua orang yang juga sudah selesai makan. Kini tatapan mereka tertuju pada Inna yang tengah membersihkan bibir Elya. Jika diperhatikan, mereka lebih mirip seperti ibu dan anak. Inna tidak menyadari jika semua orang tengah menatapnya.

Elya memutar tubuhnya menghadap Inna. Menatap wajah cantik itu begitu dalam.

"Ada apa?" Tanya Inna seraya meletakkan tisue di atas piring, lalu mengambil gelas berisi air minum. Karena ia belum sempat minum air putih. Lalu meneguknya perlahan.

"Tante cantik, mau kan jadi mama Elya?"

"Uhuk Uhuk.... " Inna tersedak air minum karena mendengar lontaran pertanyaan Elya. Randy mengusap punggung putrinya dengan lembut. Sebenarnya ia juga terkejut mendengar pertanyaan Elya untuk putrinya.

Elya memberikan tatapan rasa bersalah pada Inna. Lalu mengusap ujung bibir Inna dengan lembut.

"Elya minta maaf, gara-gara Elya tante tersedak. Elya cuma mau punya Mama. Elya gak mau terus-terusan di ejek sama teman-teman, kalau Elya gak punya Mama. Mama Elya jahat, Mama Elya pergi ninggalin Elya sama Papa. Padahal Elya gak bandel, tapi Mama tetap ninggalin Elya. Elya berharap Tante cantik mau jadi Mama Elya." Elya memeluk Inna dengan sangat erat. Membuat Inna terdiam seribu bahasa. Pengungkapan Elya membuat semua orang ikut terdiam.

Tanpa sadar, air maat Inna mengalir begitu saja dipipi mulusnya. Ingatannya sepuluh tahun yang lalu kembali berputar dikepalanya. Di mana sang Mama benar-benar pergi meninggalkannya tanpa sepatah kata pun. Hingga saat ini, sosok Mamanya tak pernah kembali. Bahkan Inna tidak tahu di mana wanita itu berada.

Randy yang memahami situasi, langsung menggenggam tangan putrinya. Mencoba untuk memberikan kekuatan. Sejak lama, ia tidak pernah mengungkit hal itu. Karena ia tahu, putrinya akan terpukul. Tetapi kali ini ia tidak dapat berbicara, gadis kecil itu telah membuka luka lamanya.

Semua orang yang melihat itu merasa canggung. Terutama Alex dan Diana yang tahu apa yang terjadi. Berbeda dengan Samuel dan Rey, mereka terlihat bingung.

Suara isakkan Inna berhasil menarik perhatian Elya. Gadis kecil itu mengangkat kepalanya untuk menatap Inna.

"Tante kenapa nangis? Tante bilang, kita gak boleh cengeng jadi perempuan." Elya menghapus air mata Inna.

Inna tersenyum, karena merasa diperlakukan manis oleh anak kecil yang baru ia kenal tadi siang.

"Tante mau kan jadi mama Elya?" Tanya Elya lagi dengan tatapan memohon.

"Tidak...."

Terpopuler

Comments

Inyhhlstryyy

Inyhhlstryyy

Mama Inna dmna thor?

2022-07-31

1

Ilyloveme

Ilyloveme

Yang jawab Sam

2022-07-19

0

Ilyloveme

Ilyloveme

Apakah akan terjadi cinta segiempat?

2022-07-19

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!