"Elo!" Teriak wanita itu menatap wajah Inna tajam. Wanita itu adalah orang yang kemarin mobilnya tak sengaja Inna serempet.
Inna dapat mencium bau keributan pun langsung beranjak pergi dari hadapan wanita itu. Namun, baru selangkah Inna pergi. Wanita itu sudah terlebih dahulu menarik baju Inna bagian belakang hingga koyak. Sontak Inna kaget.
"Astagfirullah." Inna memekik sambil berusaha menutupi punggungnya yang terbuka karena ulah wanita itu. Inna sendiri bingung, kekuatan apa yang wanita itu miliki sampai membuat pakainnya terkoyak?
"Jangan Lo kira bisa kabur dari gw." Hardik wanita itu tanpa ragu. Inna yang mendengar itu merasa jengah. Sejak awal, ia sudah menduga jika wanita itu gila.
"Maaf, Mbak. Urusan kita sudah selesai. Apa uang kemarin belum cukup?" Tanya Inna sedikit kesal. Inna sama sekali tak ingin mencari keributan.
Inna hendak pergi meninggalkan wanita itu lagi. Namun, lagi-lagi wanita itu dengan sengaja menarik baju Inna hingga robekannya semakin melebar.
Inna pum mulai panik, karena bagian tubuhnya bagian belakang terbuka cukup lebar.
"Rayya apa yang kamu lakukan?" teriak Samuel yang baru saja keluar karena mendengar keributan. Ia juga melihat langsung apa yang wanita itu lakukan pada Inna. Tanpa ragu, ia melepas jas miliknya dan menutup bagian tubuh inna yang terbuka.
Inna sangat berterima kasih pada Samuel. Jika tidak, semua orang akan melihat punggung mulusnya.
"El, dia yang memulai duluan. Dia sengaja menabrakku karena dia mau balas dendam. Karena kemarin aku serempet mobilnya." Hardik Rayya tak mau kalah.
Inna yang mendengar ucapan Rayya membulatkan matanya, ia terkejut ternyata wanita ini sangat pandai bersilat lidah.
"Maaf, Mbak. Saya sama sekali tidak pernah menyimpan dendam pada, Mbak. Dan satu lagi, sejak awal saya tidak pernah mencari musuh. Lagian Mbak sudah minta ganti rugi kan? Lalu apa lagi masalahnya?" Ungkap Inna penuh penekanan.
Rayya tidak memapu membalas perkataan Inna. Ia merasa malu pada Samuel.
"Saya permisi, Prof. Besok akan saya kembalikan jasnya. Terima kasih atas bantuannya, assalamualaikum." Ucap Inna yang langsung pergi tanpa menghiraukan lagi Samuel dan Rayya.
"Wa'alailukussalam," sahut Samuel menatap kepergian Inna. Lalu, ia pun beralih menatap Rayya.
"Apa yang kamu mau Rayya?" Tanya Samuel dingin.
"Aku rindu sama kamu, El." Rayya merengek dan bergelayut manja di tangan Samuel.
"Cukup Rayya! Jaga sikap kamu." Samuel menarik tangannya dari dekapan Rayya. Ia sama sekali tidak menyukai wanita itu.
"Tapi aku cinta sama kamu, El." Teriak Rayya frustrasi.
"Pergi dari sini Rayya." Perintah Samuel datar.
"Tapi El...."
"Pergi!" Hardik Samuel yang berhasil membuat Rayya terkejut.
"Ok aku pergi, tapi ingat El. Aku tidak akan menyerah dan dengan mudah melepaskanmu. Aku akan mendapatkanmu apa pun caranya." Ancam Rayya yang langsung pergi meninggalkan Samuel.
Samuel mengusap wajahnya dengan kasar, dan kembali ke dalam ruangan. Ia duduk di kursi kebesarannya. Kepalanya kembali berdenyut, saat mengingat berbagai masalah yang terus menimpa dirinya.
Pertama, istri yang sangat ia cintai pergi meninggalkannya tanpa sebab. Lalu tak lama dari itu, adik kandung istrinya yang tak lain Rayya datang dan terus mengganggu dirinya. Hal itu benar-benar membuat kepalanya seakan mau pecah. Samuel memejamkan matanya dan berharap semuanya cepat berlalu. Ia sudah lelah dengan semua drama ini.
***
"Ya ampun Inna, Lo kenapa?" Dita berteriak saat melihat inna memakai jas kebesaran milik Samuel. Kedua sahabatnya itu memang sengaja menunggu Inna di depan kelas.
"Gak kenapa-napa kok, cuma masalah kecil." Jawab Inna dengan santai.
"Terus, Ini jas siapa, Na?" Tanya Juju merasa penasaran.
"Punya Prof. Sam." Jawab Inna jujur.
Dita dan Juju pun merasa kaget. Karena curiga, Dita langsung menarik jas yang menutup punggung Inna. Lalu mereka pun terkejut saat melihat baju yang Inna kenakan terkoyak cukup lebar.
"Siapa yang berani buat begini sama Lo, Na? Kok bisa, baju semahal ini koyak sampe separah ini? Jangan bilang, macan betina yang nyerang lo. Bener kan dugaan gw?" Seru Dita tanpa ragu.
"Ck, apaan sih, Ta. Gw gak apa-apa kok, santai aja. Tadi cuma dapat serangan tak terduga aja." Jawab Inna dengan senyum manisnya.
"Emang ada ya macan di kampus?" tanya Juju yang berhasil membuat Dita dan Inna saling melempar pandangan.
Dita dan Inna pun tertawa geli.
"Ada dong, banyak banget malah. Lo harus hati-hati, bisa jadi Lo orang selanjutnya yang bakal diserang." Ujar Dita samakin terkekeh.
"Tapi kok gw gak pernah liat ya ada macan betina di kampus?" tanya Juju sambil berpikir keras. Otak gadis itu tidak bisa berpikir cepat.
"Masak sih, Ju? Nanti, kalau Lo ada waktu. Coba Lo liat di cermin, nah di situ pasti keliatan deh macannya." Celetuk Dita yang langsung disambut tawa oleh Inna.
"Ya ampun, Ju. Jangan Lo denger ucapan Dita. Dia itu ngaco. Udah ah, gw mau pulang dulu, ganti baju. Bye." Pungkas Inna yang langsung pergi meninggalkan kedua sahabatnya.
***
"Tante cantik...." sapa Elya saat Inna baru tiba di rumah.
"Elya? Kok kamu disini sih?" tanya Inna heran sambil menyejajarkan tubuhnya dengan Elya.
"Papa yang bawa." Jawab Randy yang baru saja muncul dari arah dapur.
"Kok bisa, di mana Papa ketemu Elya?" tanya Inna penasaran.
"Tadi Papa liat Elya di jalan sendirian, jadi Papa bawa dia ke sini." Jawab Randy apa adanya.
"Kok bisa? Elya ada apa sayang? Kenapa kamu melakukan itu?" Tanya Inna sambil mengelus pipi Elya.
"Elya kangen Tante cantik, jadi Elya kabur deh dari sekolah." Jawab Elya jujur. Inna cukup kaget mendengarnya, ia juga menatap Randy yang menggeleng pelan.
"Ya ampun, Sayang. Kamu tidak boleh seperti itu, kalau Papa cari gimana? Kalau Elya ada yang culik gimana, Sayang?"
"Elya kangen Mama." Elya langsung memeluk Inna dengan erat.
Inna yang mendengar ucapan Elya terdiam. Hatinya teriris, ia juga bisa merasakan seperti apa yang Elya rasakan saat ini. Inna pun memeluk gadis kecil itu penuh kasih sayang. Randy ikut sedih melihatnya, lalu memutuskan untuk meninggalkan mereka berdua.
"Ya sudah, kali ini Tante maafkan. Tapi lain kali jangan lakukan lagi ya?" Ujar Inna yang dijawab anggukan oleh Elya.
"Elya sudah makan?" tanya Inna melerai pelukannya.
"Belum tante." Jawab Elya jujur. Karena Elya memang belum sempat memakan bekalnya.
"Ya sudah, kalau begitu kita makan ya? Elya mau makan apa, biar tante buatkan?" Tanya Inna sambil mencubit pipi cubby Elya.
"Elya mau makan udang goreng, Tante." Sahut Elya.
"Ok, kalau begitu Tante masak dulu buat Elya. Elya tunggu sebentar ya, Tante ganti baju dulu?" Pinta Inna yang dijawab anggukan oleh Elya.
Setelah berganti pakaian, Inna langsung beranjak menuju dapur. Memasak udang goreng kesukaan Elya.
Selesai memasak, Inna langsung menghampiri Elya. "Udangnya sudah matang."
Mata Elya berbinar, karena tidak sabar untuk menyantap udang goreng buatan Inna.
"Emmm enak Tante." Seru Elya saat ia mencoba hasil masakan Inna.
"Kalau begitu makan yang banyak, Sayang." Inna tampak bahagia.
"Tante gak makan?" tanya Elya dengan mulut yang masih dipenuhi makanan.
"Tante udah makan tadi, Elya aja yang makan." Jawab Inna sambil mengusap kepala Elya.
"Elya mau punya Mama seperti Tante, Tante itu baik." Ujar Elya yang berhasil membuat Inna terkejut.
"Elya boleh kan panggil Mama? Elya pengen banget punya Mama." Sambung Elya dengan wajah penuh harap. Inna menatap Elya lekat lalu ia mengangukkan kepalanya.
"Yeee... Asik Elya punya Mama." Seru Elya kegirangan. Elya turun dari kursi dan langsung berhambur memeluk Inna.
"Iya Sayang, tapi habiskan dulu ya makannya. Setelah itu Elya harus pulang, Papa pasti cemas." Ujar Inna yang dijawab anggukan oleh Elya.
Seteleh Elya selesia makan, Inna dan Elya menghampiri Randy yang berada di ruang tengah.
"Pa, Inna pamit ke kampus dulu. Elya juga ikut dengan Inna." Pamit Inna pada Randy yang sedang asik dengan tabletnya.
"Baiklah, hati-hati di jalan." Balas Randy mengalihkan pandangan dari tab.
"Assalamualaikum, Pa." Ucap Inna sambil mencium tangan Randy.
"Wa'alaikumusalam."
"Mama, Elya ikut Mama ke kampus aja ketemu Papa. Elya gak mau pulang," rengek Elya saat mereka sudah dalam perjalanan.
"Ok, tapi Elya harus janji sama Mama, jangan pernah kabur dari sekolah lagi ya?"
"Iya Mama, Elya janji." Jawab Elya dengan senyuman manisnya.
Sesampainya di kampus, Inna langsung mengantar Elya menuju ruangan Samuel. Namun, saat Inna ingin mengetuk pintu, tiba-tiba pintu sudah terbuka lebih dulu. Memperlihatkan Samuel dengan wajah khawatir. Namun, raut wajahnya berubah saat melihat putrinya bersama Inna.
"Elya... Ya ampun, kamu kemana aja Sayang?" Tanya Samuel menyejajarkan tubuhnya dengan Elya. Samuel memang baru mendapat kabar dari Rey, bahwa Elya tidak ada di sekolah. Karena biasanya yang menjemput Elya adalah Rey.
"Elya kangen Mama Inna, Pa. jadi Elya kabur dari sekolah terus ketemu kakek Randy di jalan." Jawab Elya dengan polos.
Samuel mengerutkan keningnya karena bingung dengan panggilan Elya pada Inna.
"Elya, Papa sudah bilang. Jangan menyusahkan orang lain." Ucap Samuel datar.
"Elya tidak menyusahkan saya kok Prof, dia anak yan baik." Sahut Inna sambil mencubit pipi Elya. Samuel hanya bisa menatap Inna dengan tatapan dingin.
"Kalau begitu, saya pamit. Elya, Mama pergi dulu ya? Assalamualaikum." Ucap Inna mengecup pipi Elya.
"Wa'alaikumsalam." Jawab Samuel dan Elya bersamaan. Lalu Inna langsung bergegas pergi dari sana. Ia sedikit berlari menuju kelasnya, karena sudah terlambat sekitar 15 menit. Karena terburu-buru dan tidak memperhatikan jalan. Inna tak sengaja menabrak seseorang yang berjalan berlawanan arah dengannya. Alhasil buku yang orang itu bawa berjaruhan di lantai.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
Sahril Banon
spalgi juga peran wanitanya lembek mudah di bullly orang nga bisa tegs juga jga diri hadee mending bca crita mafia sja bgusanya
2022-07-23
0
Sahril Banon
duhai nga suka banget sma laki2 yg mudah banget di setuh wanita sdkitpun dan parahnya lgi perginya istrinya ko knp nga di selidiki istrinya mlah diam sja dan sik2 an cuek gtu pdahal kembek juga hatinya krn mudah di sntuh wanita murahan coba the klo lakinya serba bisa bgus the critanya
2022-07-23
0
Eman Sulaeman
nabrak siapa tuh inna
2022-06-16
0