Byur!
"Hah! Hah! Hah!" Yurika kembali terbangun. Ia merasa seperti dibangunkan secara paksa setelah terjun ke dalam sungai. Napasnya tersengal-sengal saking kagetnya.
"Dasar pemalas! Cepat bangun dan bersiap-siap! Hari ini kita akan bekerja di ladang!" Seorang wanita bertubuh besar yang wajahnya tampak galak memegangi ember di tangannya.
Sepertinya itu ember yang ia guyurkan kepada Yurika sampai dirinya terbangun paksa. Ada yang aneh dengan wanita itu. Wajahnya begitu asing, tidak pernah ia lihat sebelumnya. Wanita itu pergi meninggalkan Yurika setelah berhasil membangunkannya.
Yurika kebingungan. "Bukankah seharusnya aku sudah mati? Semalam aku bunuh diri. Kenapa aku bangun lagi?" gumamnya.
Ia mengarahkan pandangan ke sekeliling. Saat ini, ia berada dalam sebuah bangunan seperti kandang ternak yang terbuat dari pagar kayu dan atap daun jerami. Tempat tidurnya ternyata juga berasal dari tumpukan jerami. Pakaian yang ia kenakan seperti model pakaian lama yang berbahan kaku, berwarna putih lusuh.
"Apa aku sedang syuting film baru?" Ia terus bertanya-tanya saking bingungnya.
Yurika bangkit dari tempatnya, menyingkirkan beberapa batang jerami yang menempel di tubuhnya. Ia mendekat ke arah jendela, memperhatikan ke arah luar. Tampak beberapa orang yang berpakaian sama dengannya tengah bersiap-siap di halaman membawa alat pertanian.
"Kenapa mati saja sulit sekali? Mentang-mentang aku artis malah bangun lagi disuruh syuting. Film apa ya, kira-kira?"
Yurika tidak pernah terpikir jika di alam baka masih juga ada acara syuting seperti yang selama ini ia jalani. Semuanya begitu membingungkan saat ia kembali terbangun setelah memutuskan untuk mati bunuh diri.
"Tapi, kenapa tidak ada kru film? Peralatan syuting juga tidak ada. Siapa wanita yang tadi kurang ajar menyiramkan air ke wajahku?" Yurika menggerutu. Seumur-umur belum pernah ada yang bersikap kurang ajar padanya, apalagi dia seorang artis terkenal. Ibaratnya lecet saja tidak boleh.
Kepalanya dipenuhi dengan banyak pertanyaan. Yurika juga tidak bisa menemukan Jenny, manajernya, di antara orang-orang itu. Ia kembali mengamati ruangan itu. Benar-benar tampak seperti kandang sapi dan entah mengapa artis terkenal sepertinya bisa ada di dalam sana, tidur di atas tumpukan jerami, lalu ada yang berani menyiramnya.
Ia melihat ada cermin di meja. Setidaknya ia harus merapikan diri sebelum keluar menemui yang lain. Diraihnya cermin bulat itu dari atas meja, lalu memperhatikan wajahnya sendiri. Tangan Yurika bergetar saat melihat bayangan yang ada di dalam sana bukanlah wajahnya. Ia sampai mengetes beberapa kali untuk memastikan pantulan di dalam cermin itu adalah dirinya atau bukan.
Wajah kusam dan jelek serta telinga yang meruncing pada ujungnya. Penampilannya mirip seorang budak jika dibandingkan dengan artis. Ia memegangi telinganya, bagian tubuh yang paling membuatnya penasaran.
"Auw!" teriaknya saat mengetahui bahwa telinga itu sungguhan, bukan sekedar perlengkapan syuting yang biasa ia pakai.
Butuh beberapa saat bagi Yurika untuk mencerna apa yang sebenarnya terjadi padanya. Sepertinya ia telah hidup kembali setelah mati bunuh diri. Ia pernah melihat film semacam itu. Akan tetapi, bukankah film adalah fiksi yang tidak mungkin terjadi? Kenapa ia benar-benar merasakan hidup kembali dengan ingatan yang sama namun dalam tubuh yang berbeda?
"Yuri ... cepat! Nyonya Catlin akan marah kalau kamu terlambat!" seri seirang wanita muda dari arah pintu.
'Yuri? Apakah namaku Yuri? Sepertinya nama itu familiar?' tanya Yurika di dalam hati.
Yurika kembali mengamati dirinya secara seksama di dalam cermin. Wajah yang jelek, telinga runcing seperti kaum elf, serta nama Yuri ... Nyonya Catlin ... itu adalah hal yang ia ingat dari novel miliknya, 'Pangeran Elf Menemukan Cinta'. Benarkah ia hidup kembali sebagai Yuri, salah satu tokoh figuran yang ada di novel itu?
"Ini pasti hanya mimpi. Tidak mungkin aku masuk ke dalam dunia novel," gumamnya. Ia terkekeh sendiri dan tidak percaya dengan apa yang dialaminya.
"Kenapa malah bengong? Hah, dasar anak ini ...." Remi, teman Yuri yang tidak sabar menunggunya akhirnya menyeret Yuri untuk ikut dengannya.
Yurika masih bengong dengan dirinya sendiri. Ia tidak percaya sekarang hidup kembali sebagai orang yang jelek, miskin, dan menjadi budak. Kalaupun harus hidup dalam dunia dongeng, seharusnya ia hidup sebagai seorang putri yang hidup bahagia dengan pangeran.
"Bawa ini!" Remi memberikan sebuah keranjang dan pisau kepada Yuri.
Keduanya berjalan mengikuti para pekerja yang lain. Semuanya berpakaian kumal, memakai alas kaki yang berbahan anyaman bambu. Sepertinya mereka juga sama, budak atau pelayan untuk keluarga bangsawan, termasuk Yuri.
"Kamu tidak kedinginan?" tanya Remi.
"Hah, apa?" Yurika belum terbiasa akrab dengan dirinya yang sekarang. Dia adalah Yuri yang berteman dengan Remi.
"Tadi Nyonya Catlin kan sudah memandikanmu secara paksa. Bajumu juga masih basah, memangnya kamu tidak kedinginan?"
"Ah, tidak. Justru ini segar," ucap Yuri sembari tersenyum.
"Kamu memang aneh. Padahal kamu semalam juga baru tenggelam di dalam danau tapi pagi ini sudah kembali bugar meskipun harus diguyur air dulu oleh Nyonya Catlin baru kamu bangun."
Perkataan Remi membuat Yurika tertegun sejenak. Ia ingat bagian cerita di mana Yuri hampir mati tenggelam di danau. Itu bukan kecelakaan, tetapi kesengajaan yang dilakukan oleh Aster, Nona Muda di tempat Yuri bekerja.
Malam itu Aster kesal karena melihat Pangeran Adrian sedang jalan berdua dengan Hilda. Untuk melampiaskan kekesalannya, ia memukuli Yuri dan mendorongnya hingga masuk ke dalam danau.
Novel yang Yurika baca tidak terlalu banyak menceritakan tentang Yuri, membuatnya tidak bisa mengira-ira apa yang akan terjadi selanjutnya dengan tubuh yang saat ini ia tempati.
"Kenapa aku tidak masuk saja ke dalam tubuh Hilda atau Asteria? Kenapa harus Yuri?" lirihnya.
"Kamu bicara apa tadi?" tanya Remi yang sepertinya mendengar Yuri mengatakan sesuatu.
"Ah, tidak apa-apa ... aku hanya penasaran, sebenarnya kita akan pergi ke mana," kilah Yuri.
"Hari ini kita akan ke kebun memanen buah anggur. Setelah tahun lalu sempat gagal panen, akhirnya tahun ini keluarga Jansen bisa panen anggur melimpah. Aku yakin kita akan mendapatkan bonus tahun ini," ucap Remi penuh harap.
Yurika memilih diam. Yang ia tahu dari novel itu, tahun ini para pelayan juga tidak akan mendapatkan bonus. Bahkan gaji mereka harus dipotong karena keluarga Jansen menggunakan uangnya untuk mengadakan pesta.
Pada pesta perjamuan yang dilakukan bangsawan Jansen, akan hadir pula Pangeran Adrian. Saat itu Aster pura-pura jatuh agar bisa memeluk Pangeran paling tampan di negeri Elf itu.
Yurika jadi penasaran seperti apa tokoh-tokoh yang berasal dari novelnya. Mungkinkah Pangeran Adrian setampan yang digambarkan? Putri Hilda dan Aster juga digambarkan memiliki wajah yang cantik meskipun sifatnya sangat bertolak belakang.
❤❤❤❤❤
Jangan lupa dukungannya, like, komen, favorit, dan voteb😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments
Nazwa Fika
lnjutttttt
2023-09-20
0
αуαηgηуαᴳᴼᴶᴼᴷᴵᴷᴼᵇᵃᵍⁱ2
berasa masuk ke negeri dongeng ya🤭
2023-02-11
0
Hasan
hadir buat penyemangat othornya
2022-07-23
0