Vanilla menoleh mendengar pertanyaan sang mama, dengan menaikan sebelah alisnya.
"Mama tau dari mana?" tanyanya heran.
"Ini!" sang mama menunjukan surat kabar seraya memberikan lembaran kertas penuh kata itu padanya.
"Kabarnya baru keluar hari ini, ternyata Direktur perusahaan tempat kamu magang itu. Itu adalah aka." jelas mama.
Vanilla melihat kertas ditangannya, atensinya teralihkan pada potret pria yang sedari tadi memenuhi pikirannya dengan terus memperhatikan wajah tampan itu tanpa mau membaca isi teks yang tertulis disana.
"Gimana aka sekarang? Dia lebih tampan, kan? Kamu udah bertemu langsung sama dia? Kamu udah menyapanya? Dia ingat kamu gak?" dengan hebohnya, sang mama membrondong berbagai pertanyaan kepadanya.
Vanilla menghembuskan napasnya panjang. "Ma!" Peringatnya agar sang mama berhenti bertanya.
"Jadi gimana?" tanya sang mama lagi.
"Aku emang ketemu sama aka. Ta-" belum juga ucapannya selesai sang mama menyelaknya.
"Terus-terus gimana? Dia ingat kamu kan? Kalian ngobrol gak?" sang mama kembali heboh, hingga Vanilla kembali menghembuskan napasnya kasar.
"Ma!" Peringatnya lagi. Meski dengan nada lembut, peringatan itu mampu membuat sang mama bungkam.
"Aneh rasanya kalo aku gak ketemu Direktur perusahaan." Kekehnya.
"Ck! Kamu tuh. Bukan itu maksud Mama." balas sang mama dengam decakan kesal. Vanilla hanya tersenyum menanggapi itu.
"Maksdunya, kamu ngobrol secara pribadi gak sama aka?" tanya mama lagi dan dijawab gelengan putrinya.
"Nggaklah ma, mana sempet. Dia kan Direktur pasti sibuk." balasnya sedikit berbohong.
Terdengar helaan napas pasrah dari sang mama. Wajahnya terlihat sendu mendengar pernyataan itu. "Mama jadi kangen sama mereka. Berapa lama ya kita gak ketemu?" tanyanya.
"Mama itung aja," balas Vanilla. Ia menuangkan air dan meminumnya.
"Mama jadi kangen deh calon mantu mama." Celetukan sang mama, sukses membuat sang gadis tersedak.
"Uhuk! Uhuk!"
"Ya ampun, Van. Pelan-pelan dong!" sang mama mencoba menepuk pundaknya.
"Ma!" peringat Vanilla lagi.
"Apa? Emangnya mama bilang apa?" tanya sang mama, terlihat tak berdosa.
"Berhenti bilang dia calon mantu! Kita gak tau, mungkin dia udah nikah." balas Vanilla memalingkan wajahnya kearah sang Papa.
"Ck! Kamu gak baca beritanya, ya?" tanya sang mama. Ia ambil surat kabar tadi dan menunjukan huruf-huruf yang tertulis dikertas itu. Hingga Vanilla kembali menatap kearah sang mama.
"Aska Giovano Aruman. Direktur muda yang tengah naik daun. Media begitu menyorot sang pengusaha muda yang masih single ini." sang mama membacakan artikel itu.
"Tuh! Kamu lihat, single." tunjuknya lagi pada kata itu. "Kalo aka udah nikah, mana mungkin disebut single." lanjutnya.
Vanilla terdiam, benar juga yang dikatakan sang mama. Tapi wanita itu?
"Mungkin pacar." celetuknya.
"Pacar? Kamu lihat pacarnya aka?" tanya sang mama yang kembali heboh.
"Nggak! Udah ah mah. Diluar ada kak Daffa, takut dia salah paham lagi." Sergah Vanilla yang tak ingin memperpanjang pembicaraan mengenai bossnya itu.
"Eh iya, mama lupa. Calon mantu mama kan Daffa, ya?" ucap sang mama seraya terkekeh.
Vanilla hanya menghembuskan napasnya pelan. Ia bingung dengan keadaannya sekarang. Tak ingin lebih panjang membahas cinta pertamanya itu dengan sang mama, Ia memilih untuk pulang terlebih dahulu.
**
"Mampir dulu kak!" ajak Vanilla, sesaat setelah Ia membuka sabuk pengamannya.
Daffa tersenyum menanggapi itu. "Gak usah, udah malam." balasnya.
Vanilla ikut tersenyum seraya menganggukan kepalanya. "Ya udah, kakak hati-hati ya! Aku masuk dulu!" Pamitnya dan di angguki pria tampan itu.
Baru juga tangan Vani menyentuh handle pintu mobil, namun tangan kekar sang pria menahan lengannya. Hingga Vani pun menoleh kembali. Vani menaikan satu alisnya seolah bertanya apa?
"Apa kakak boleh tanya sesuatu?" tanya Daffa.
"Apa?" tanya Vani sedikit heran.
Daffa meraih kedua tangan sang gadis dan memggenggamnya erat. Vani hanya terdiam menatap kearah pria didepannya.
"Apa ada seseorang yang sudah mengisi hatimu?" tanyanya.
"Maksud kakak?" bukan menjawab, Vani malah balik bertanya.
"Mungkin ada seseorang yang kamu tunggu? Hingga kamu begitu sulit membuka hati untuk kakak." jelas Daffa.
Vani tersenyum begitu manis. "Nggak kak! Mungkin karena aku udah anggap kakak seperti kakakku sendiri, jadi ini agak sedikit sulit untuk mengubah itu." terangnya.
Daffa tersenyum, Ia mendekatkan wajah kearah sang gadis. Vani yang terkesiap, reflek memudurkan sedikit wajahnya. Dengan cepat, Daffa menarik kepala sang gadis dan mencium pucuk kepalanya.
Vani terdiam, rasa bersalah kembali menyeruak dari dalam hatinya. Daffa selalu memberikannya waktu agar Ia mencoba membuka hati untuk pria yang begitu sabar menunggu dirinya, namun nyatanya Ia sama sekali tak bisa melakukan itu.
"Kakak akan menunggumu, sampai kapan pun itu." ucapnya dengan lengkungam yang menghiasi bibirnya.
Vani hanya bisa membalas dengan senyuman manisnya. Setelah berpamitan untuk kedua kalinya Ia pun turun dan segera memasuki rumah setelah Daffa menyuruhnya masuk tanpa menunggunya terlebih dahulu.
Vani memasuki kamarnya, kemudian membantingkan tubuhnya ke atas tempat tidur. Memorinya berputar pada kejadian hari ini. Ia bingung, antara harus mengikuti hatinya atau mengikuti alur cerita yang ada.
"Jalan mana yang akan kupilih?" lirihnya.
**
Sementara itu disebuah kamar, seorang pria tengah berbaring dengan menumpu kedua tangan dibawah kepalanya. Senyumnya mengembang kala bayangan beberapa jam yang lalu menari diotaknya.
Kejadian lucu yang membuat Ia gemas hingga tersenyum-senyum sendiri.
"Kenapa dia lucu sekali?" ucapnya disertai kekehan.
Flash back on~
Brukk!!!
Seorang gadis mendaratkan kepala dibahu pria disampingnya. Dengan sigap sang pria menangkap tubuhnya. Hingga sang gadis berada dipelukannya. Ia tatap wajah cantik dengan mata terpejam itu. Jantungnya tiba-tiba berdegup kencang menatap lekat ciptaan Tuhan yang nyaris sempurna dipelukannya.
"Hei bangun! Kamu gak apa-apa?" Aska terus menepuk pipi sang gadis yang terjatuh dipelukannya itu.
Tak ada pergerakan sama sekali. Hingga pintu lift pun terbuka dilantai yang Ia tuju. Ia gendong sang gadis ala bridge style untuk membawanya keluar.
"Eh! Dia?" tanya sang asistem yang hendak masuk kedalam benda persegi tersebut dengan alis yang bertautan merasa heran.
"Ceritanya panjang. Kamu ambil dulu berkas-berkas itu! Aku akan bawa dia keruanganku." ucap Aska seraya menunjuk beberapa map yang berserakan dilantai lift.
Putra yang mengerti tak banyak bertanya lagi. Ia bergegas membereskan apa yang ditugaskan sang boss padanya. Begitupun Aska, Ia bergegas membawa sang gadis kedalam ruangannya.
Ia rebahkan tubuh ramping itu diatas sofa, menyanggah kepala sang gadis dengan bantal sofa. Ia mendudukan diri ditepi sofa dan sekali lagi mencoba menepuk pipinya.
"Hei bangun!" ucapnya.
Pergerakannya terhenti kala mendengar hembusan napas teratur dari sang gadis, bahkan bukan hanya sekedar hembusan saja. Namun suara sedikit keras yang Ia dengar. Dengkuran halus yang sukses membuat Ia terkekeh.
"Ya ampun, dia ngorok?" tanyanya bermonolog sendiri.
"Jadi dia bukan pingsan? Cuma tidur aja?"
\*\*\*\*\*\*
Jangan lupa jejaknya yaa gaiss🤗
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
Aqiyu
bisa-bisa nya tidur disembarang tempat
2022-10-15
1
Sri Wahyuni
cantik² ngorok,,
tp untung Cantik jadi ngorok gpp tetep cantik ya 😂😂😂
2022-07-18
1
Yanti puspita sari🌹🥀
🤣🤣🤣aka² gk nyadar apa kalau itu peri tidur mu 😴😴😴😴kpn lia sna mom Siska bertemu ya
2022-07-04
2