Pagi ini langit begitu cerah, secerah hati seseorang yang kini sudah stay dibalik kemudinya. Senyumpun tak pernah luntur dari bibirnya. Ia menundukan sedikit kaca spion atas untuk melihat penampilannya sendiri. Ia tata kembali rambutnya dengan bersiul santai, melihat wajahnya bolak balik hingga menampilkan deretan giginya. Takut-takut ada sisa makanan yang nyempil digiginya.
"Tak! Perfect!" Ia tunjuk dirinya sendiri dalam spion itu.
Ia menghembuskan napasnya kasar. Entah kenapa mendadak dirinya begitu gugup. Ia celingukan melihat seseorang yang mungkin akan keluar dari gedung tinggi di samping mobilnya. Ia lirik jam yang melingkar dipergelangan tangannya. Waktu masih menunjukan pukul enam lewat lima menit. Masih terlalu pagi untuk seorang boss sepertinya memasuki kantor. Namun karena seseorang Ia harus rela bangun pagi sekali hari ini.
"Apa dia masih disini ya?" tanyanya bermonolog sendiri. "Ini masih pagi, aku harap dia masih disini." lanjutnya dengan mata yang masih menatap kedepan gedung itu.
Hingga senyumnya pun terbit sempurna kala dua orang gadis keluar dari gedung itu, dengan asyik mengobrol bersama.
"Akhirnya dia keluar juga." ucapnya tersenyum bahagia.
Ia hendak membuka pintu mobilnya, namun sesuatu tiba-tiba membuat Ia terpaku.
"Van! Tunggu dulu!" teriak seorang wanita paruh baya yang berlari menghampirinya.
"Iya, Ma!" balasnya.
"Mama lupa. Tolong bawaan pakaian kotor ini ya, gak apa-apa jangan dicuci dulu. Masukin mesin cuci aja." titahnya.
"Iya. Ma!" balas Vani seraya mengambil kantong plastik dari tangan sang Mama.
"Ya udah, kita pulang dulu Ma." pamitnya dan diangguki sang Mama.
"Hati-hati ya!" teriak sang Mama dan diiyakan kedua gadis itu yang sudah memasuki taxi.
Sang mama tersenyum seraya menatap kepergian putrinya, Ia berbalik hendak kembali kedalam gedung tinggi itu. Namun langkahnya terhenti kala suara seseorang memanggilnya.
"Onty!"
Mama membalikan tubuhnya, Ia mengerenyitkan dahinya melihat siapa yang kemungkinan memanggilnya.
"Iya. Kau memanggilku?" tanyanya dengan alis yang bertautan.
Aska tersenyum melihatnya, benar dialah wanita yang selalu datang kerumahnya setiap pagi. Wanita yang selalu mengklam dirinya adalah calon mantunya. Matanya tiba-tiba memanas. Dengan sigap Ia segera menyalimi takzim tangan wanita yang masih cantik diusianya itu.
"Onty apa kabar?" tanyanya.
Sang mama terdiam sejenak merasa heran. Ia seperti mengenal pemuda didepannya, tapi siapa?
"Maaf! Kamu siapa ya? Apa kita pernah bertemu?" tanya sang mama.
"Apa onty melupakanku? Aku Aska, calon mantu onty!" ucapan Aska sukses membuat wanita paruh baya itu menutup mulutnya. Benar Ia melupakan pria yang pernah Ia baca artikelnya disurat kabar waktu itu.
"Ya ampun, Aka!" pekiknya dengan mata yang sudah berkaca-kaca.
"Iya ty, ini aka!" balas Aska.
Tanpa basa basi sang mama memeluk tubuh tegap itu. Tubuh yang dulu begitu Ia gemasi, kini sudah berubah menjadi tubuh yang pastinya dipuja setiap kaum hawa. Bocah kecil yang selalu menampilkan senyumnya, kini tetaplah menjadi pemuda yang seperti itu. Air matanya luruh dengan deras. Tak menyangka Ia kembali bertemu dengan bocah kecil yang selalu Ia panggil calon mantu itu.
"Jadi, kenapa onty disini?" tanya Aska setelah melepaskan dekaapnnya. Meski Ia tau, tapi lebih baik Ia pura-pura tak tau.
"Ceritanya panjang. Yang jelas om sekarang dirawat disini." balas sang mama dan diangguki oleg Aska.
"Boleh aku menjenguk om?" tanyanya sedikit ragu.
"Boleh, yuk masuk!" Akhirnya sang mama mengajak Aska untuk memasuki gedung tinggi tersebut.
**
Sementara itu didalam rumah satu gadis tengah bersiap untuk berangkat kekantor, sedangkan satu gadis lagi masih sibuk mencuci blazer hitam pria yang tadi malam Ia pakai. Blazer yang lupa Ia kenakan sampai tidur saat dirumah sakit.
"Ya ampun, La! Udah lah bersihinnya ntar aja pulang ngantor." protes Sofi seraya melongokan wajahnya kedalam kamar mandi.
"Bentar Fi. Ini takut nodanya ketinggal." balas Vani yang tengah sibuk didepan washtaple.
Sofi menghenbuskan napasnya panjang seraya menggelengkan kepalanya. Ia tak habis pikir dengan sahabatnya itu. Bagaiamana bisa Ia terus membohongi dirinya sendiri? Sampai kapan Ia tak ingin jujur pada dirinya dan juga cintanya?
"La!"
"Hemm ..."
"Apa gak sebaikanya, kamu jujur sama si boss?" tanya Sofi dengan ragu.
Vani menghentikan gerakannya mendengar penuturan sahabatnya. "Untuk apa? Jujur pun tak ada gunanya." balasnya seraya kembali pada aktifitasnya.
"Ya gunanya, kamu bisa tau orang-orqng terdekatmu dulu. Lagian apa kamu gak mikir, kalo misalnya si boss tau dari orang lain tentang dirimu. Pasti dia marah. Gadis yang dulu mengajaknya menikah, malah menghindarinya." cerocos Sofi disertai ledekan.
Hal itu membuat Sofi terkena cipratan sabun dari sahabatnya. "Ralat ya! Aku gak pernah ngajak nikah siapapun." ucap Vani tak terima.
"Buset dah! Gak usah nyiprat juga kali." protes Sofi dan dapat kekehan dari sahabat lucknutnya itu.
"Lagian sih, terus aja bahas nikah. Perasaan aku gak pernah ngomong gitu deh." ucap Vani seraya kembali mengingatnya.
"Iya, kamu emang gak ngomong. Mama Lia yang ngomong." balas Sofi, lalu tergelak. Vani hanya berdecak, namun tak ayal ikut tertawa juga.
**
Selang beberapa menit kedua gadis itu akhirnya sampai didepan kantor. Mereka sudah siap untuk memasuki lift. Selain mereka beberapa karyawan juga hendak memasukinya, begitupun kedua wanita yang kemarin membuat masalah itu. Tak ada ucapan apapun dari si wanita itu, namun tatapannya mengintimidasi pada Vani. Sepertinya Ia masih kesal dengan kejadian kemarin.
Vani tak menanggapi itu, seperti biasa Ia hanya akan menampilkan senyumnya tanpa mau meladeni orang seperti itu.
Tring!
Pintu lift terbuka, Vani yang berada disamping si wanita hendak masuk. Namun dengan sengaja tubuhnya Ia tabrakan pada Vani dengan keras. Hingga Ia kejengkang dan hampir jatuh jika saja seseorang tak menangkapnya dari belakang.
"Hati-hati!" ucapnya dengan wajah datar, seraya menegakan tubuh sang gadis.
"Makasih Pak!" balas Vani dengan sedikit menunduk.
Keduanya ikut memasuki lift dan berdiri dibagian depan. Vani melirik kearah sang bos yang tampak cuek, tak seperti wajah yang Ia lihat tadi malam.
'Dia kenapa? Kok berasa beda.' batinnya bertanya-tanya.
Tak berselang lama, pintu pun terbuka dilantai lima, beberapa orang keluar dari tempat itu setelah memberi hornat pada sang boss. Menyisakan beberapa orang lagi disana. Hingga lift kembali berhenti dilantai tujuh, Vani dan Sofi pun hendak keluar.
"Kamu ikut saya!" titah Aska dengan menggerakan dagunya.
"Saya Pak?" tanya Vani dengan ragu dan hanya dibalas anggukan sang boss.
Kedua gadis itu saling lirik memberi kode, hingga dengan pasrah Vani menghentikan langkahnya. Lift pun kembali berjalan setelah Sofi keluar dari benda itu, membawa tiga orang menuju lantai sembilan dimana ruangan sang boss dan sekretarisnya berada.
Hening!
Tak ada suara apapun dari ketiga orang itu, berulang kali Vani melirik ke arah sang boss yang tampak berbeda hari ini. Ia terus bertanya-tanya dalam hatinya, apa yang sebenarnya terjadi.
'Sebenarnya ada apa dengannya? Bukannya semalam baik-baik saja? Apa aku melakukan kesalahan? Kenapa aku begitu takut, dia berubah dingin padaku?'
\*\*\*\*\*\*
Jangan lupa jejaknya yaa gaiss🤗 kasih like dan komennya..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
Aqiyu
Aska udah tahu dari mama Lia
2022-10-15
1
Yanti puspita sari🌹🥀
kamu gk jujur van jdi ya aka ngambek biasa anak timom🤣🤣🤣kangen timom
2022-07-09
4