Seolah tidak memiliki lelah, Michael menemui sang bayangan mematikan di suatu tempat biasa keduanya bertemu. "Master," sapa seorang pria yang usianya tidak jauh berbeda dengan Michael, tetapi hampir seluruh tubuhnya tertutup ukiran tato hitam.
"Apa yang kau dapatkan?" tanya Michael tanpa basa-basi.
Michael melebarkan mata hingga membulat sempurna menerima dua lembar gambar wanita yang diberikan anak buahnya itu. Kedua tangannya bergetar seiring kebingungan juga amarah yang merasuk dalam dirinya. "Apa maksudnya ini?" ucapnya dingin.
"Dia tiba di negara ini belum lama dan mengubah wajah. Ini informasi tempat tinggalnya sekarang. Tapi, untuk informasi lain saya masih berusaha," jawab pria di samping Michael tanpa ragu.
Begitulah sang bawahan. Selalu bisa diandalkan dalam segala urusan. Bahkan mencari informasi sesulit apa pun dia pasti bisa melakukannya.
"Apa yang sudah terjadi padamu?" batin Michael seolah teriris. "Aku tidak akan membiarkanmu lepas kali ini, meskipun harus menggunakan segala cara terburuk sekalipun," sorot tajamnya sungguh mengerikan. Entah cinta atau dendam yang kini merasukinya, tetapi mengenang sosok itu, membuat bara api menyakitkan dalam dirinya yang lama ditahan kini semakin dalam. Tangan kanannya meremas salah satu gambar hingga tak lagi berbentuk. Kilatan mata Michael memerah seolah bersiap menerkam mangsa yang kini di depan mata.
"Ada lagi orang lain yang juga mencari tahu tentang wanita itu semalam, Master," lapor sang bawahan lagi.
"Jangan biarkan siapa pun menemukan identitas aslinya! Biarkan mereka tahu apa yang dia lakukan sekarang saja. Dua wanita iblis itu pasti tidak akan tinggal diam kali ini."
Sang bawahan hanya mengangguk. Sesuai dengan dugaan Michael. Ibu dan Neneknya pasti akan kembali berulah juga mengacaukan segala rencananya. Apalagi mereka telah gagal memaksakan seorang wanita pilihan untuk dijadikan calon istrinya. Pasti mereka tidak bisa lagi tinggal diam dan berniat mengusik kehidupan Laura dengan berbagai cara.
"Baik, Master." Sang bawahan beranjak keluar dari mobil setelah melaporkan apa yang dia dapatkan.
Michael memang memerlukan penjaga bayangan sepertinya demi bertahan di dunia mafia yang kejam. Dia tidak tahu kapan musuh datang dan bagaimana teman bisa membunuh kapan saja. Tidak ada namanya keluarga, yang tersisa hanyalah perebutan kekuasaan tanpa ada habisnya. Karena itulah, dia harus waspada setiap saatnya jika ingin bertahan dalam dunianya.
Dia pun kembali melanjutkan perjalan menuju tempat seorang pengacara, mengambil dokumen sah yang sudah Michael minta semalam. Tak lupa dia juga menambahkan beberapa poin penting yang tentunya mampu menjerat sang tunangan agar tidak bisa lepas darinya nanti.
Setelah semua selesai, Michael kembali ke kediaman. Baru melangkahkan kaki ke dalam rumah, dia sudah disambut oleh sang ibu yang baru turun dari kamarnya. "Semalam kau tidak tidur di rumah, Mich?" tanyanya menyelidik karena memang tidak ada yang tahu jika Michael keluar, kecuali Laura.
"Tidak. Papa memberi tugas," jawabnya singkat lantas kembali melanjutkan langkah menuju kamar tanpa ingin berlama-lama bersama wanita medusa berstatus ibu.
Tangan Michael terulur meraih gagang pintu yang ternyata tidak dikunci. Seorang wanita duduk di depan cermin tengah mengeringkan rambut. Laura menghentikan aktivitasnya melihat kedatangan Michael. Keduanya terdiam untuk sesaat, saling melempar pandangan dengan pikiran masing-masing.
"Bacalah dan tanda tangani!" ucap Michael melemparkan sebuah berkas pada Laura, lantas berbalik melepaskan jas yang masih dikenakannya.
"Apa ini?" ujar Laura lirih meraih benda tersebut dan mengambil lembaran isi di dalamnya. "Perjanjian pra nikah? Kau masih berniat menikahiku?" lanjutnya hampir menjatuhkan kedua bola mata.
"Tentu saja. Apa yang salah dengan hal itu? Lagi pula bukankah itu tujuan utamamu menjeratku? Menjadi istri dari pria kaya dan hidup mewah setiap harinya," ucap Michael tanpa perasaan melontarkan kalimat yang menyakitkan.
Laura mengeratkan genggaman tangan. Tuduhan yang sangat tidak pantas diucapkan kini kembali harus dia terima. Rasa nyeri sekaligus terhina karena dianggap matrealistis membuatnya ingin sekali mencabik-cabik pria di depannya saat ini juga. Namun, sayangnya dia harus menahan semua itu demi mencapai satu tujuan lainnya. Meskipun dia sudah menduga situasi seperti ini akan terjadi. Akan tetapi, yang tidak dia duga adalah menahan hinaan dari mulut Michael ternyata lebih sulit dari yang dibayangkan.
"Kenapa? Kau marah? Bukan itu yang kau inginkan?" Michael mendekatkan diri ke depan kursi yang diduduki Laura. Kedua tangannya mengunci sang gadis dengan pandangan saling menatap mengintimidasi. "Haruskah kau mengatakan ingin merebutku dari Nathalie karena kau mencintaiku dan tergila-gila padaku? Kau pikir aku akan percaya?"
"Kau?" Laura menunjukkan jari telunjuknya tepat di antara kedua mata Michael. Pria itu hanya tersenyum sinis melihat reaksinya.
"Sudahlah. Apa pun tujuanmu dan seberapa banyak kekayaan yang kau inginkan nantinya, aku akan menyetujuinya. Cukup tanda tangani perjanjian itu dan menurutlah. Karena aku bukanlah pria sabar yang terima jika kau ingin memberi alasan tidak adanya cinta di antara kita. Anggap saja ini anugerah untukmu karena sudah menggagalkan pertunangan sialanku itu."
"Hanya nyawa kalian yang aku inginkan," batinnya. Laura memejamkan mata untuk sejenak. Tidak penting penghinaan dari mulut pria di hadapannya saat ini. Baginya yang terpenting hanyalah mendapatkan bukti jika keluarga Wilson memang berhubungan dengan kematian ibunya dan dia tidak perlu menggunakan perasaan untuk menghadapi pria sepertinya.
"Jangan terlalu berbangga hati dan menyimpulkan sendiri, bahkan aku sama sekali tidak pernah berpikir untuk mendapatkan sepeser pun cinta darimu! Meskipun hanya seujung kuku kotorku." Laura lantas membaca berkas itu kembali, pasal-pasal yang diberikan bisa dibilang biasa. Tidak ada juga masalah dengan isinya, tetapi baris terakhir membuatnya kembali tercengang karena di luar dugaan. "Apa ini? Kita tidak bisa berpisah atau terpisahkan kecuali maut yang memisahkan?"
"Sepertinya kau cukup pandai tanpa perlu aku jelaskan. Tapi, tampaknya berada di dekatmu membuatmu menjadi sedikit bodoh. Maka dengan senang hati, aku menerangkannya agar lebih jelas?" Michael mendekatkan wajahnya ke telinga Laura. "Kau tidak bisa meninggalkanku kecuali ajal menjemputmu. Begitu pula sebaliknya. Bahkan jika aku mati, kau juga harus dikubur dalam peti yang sama denganku. Karena aku tidak ingin kesepian nantinya."
"Matilah sendiri! Karena akulah yang akan menghabisi kalian dengan tanggku sendiri," batin Laura menjerit, tetapi tak mampu keluar dari mulutnya, kecuali kemelut amarahnya yang terpancar jelas di matanya.
To Be Continue..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
Nurlela Nurlela
membuatku
2022-08-15
0
Anita Nitaa
othor setelah aku baca kesini,kaya nya in kisah oma ny jessy ya thor , , ,
m"f dech kalau salah tebak 😁😁😁
2022-07-07
1
OSHcrush94
Hahaha gapapa saling benci dulu, ujung2nya jg ntar saling bucin🤣🤣🤣🤣
2022-07-07
2