"Demi apa pun. Jangan pernah berurusan dengan keluarga Wilson sampai kapan pun! Menjauhlah dari mereka dan hiduplah dalam damai, Sayang! Kau berhak bahagia." Laura yang terlelap di pesawat langsung tersadar dari tidurnya. Dia mengusap wajah dengan kasar mengingat kembali pesan terakhir sang ibu sebelum pihak musuh datang membunuhnya kala itu. Entah apa maksudnya, Laura bahkan tidak pernah mengenal siapa keluarga Wilson dan baru kali ini ada petunjuk tentang keluarga tersebut.
"Mimpi buruk lagi?" tanya Catherine di kursi samping Laura. Wanita tersebut juga tersadar karena mendengar Laura yang menghela napas kasar sejak tadi. Sudah menjadi hal biasa jika gadis itu tidak pernah bisa tidur lelap meskipun hanya lima menit.
Demi mencari petunjuk atas kematian ibunya. Laura dan Cathy pergi menyusul sepupunya yang pindah ke Negara New Era bersama sang bibi. Entah apa yang akan mereka lakukan, tetapi Laura memiliki firasat jika semua itu akan membawakannya jawaban atas kematian ibunya yang kini masih menjadi misteri besar di hati Laura.
"Apa kau sudah mendapatkan informasi lagi?" tanya Laura sambil menatap gumpalan awan putih dari kaca jendela pesawat.
"Sepertinya mereka akan mengadakan pertunangan bulan depan. Apa yang ingin kau lakukan selanjutnya?" tanya Cathy serius.
Laura hanya terdiam, dia mengusap pipi sebelah kanannya yang tidak mulus. Awalnya dia ingin membiarkan hal itu dan menjadikannya sebagai pengingat atas kematian ibunya. Namun, sepertinya kali ini Laura harus mengalah dan melakukan operasi plastik demi mencapai tujuan utamanya dalam hidup ini. "Aku akan mengubah diriku dan menghancurkan pertunangan mereka."
"Sebaiknya kau memang melakukan operasi plastik." Cathy hanya menyetujui sambil mengangguk kecil. Dulu dia sudah menyarankan agar di operasi, tetapi Laura yang selalu menolaknya. Kini gadis itu sudah beranjak dewasa dan akan memulai takdir yang seharusnya.
Sebulan berlalu begitu cepat. Seorang wanita berjalan ke sebuah restoran dengan kaca mata hitam bertengger di hidungnya. Penampilan yang sebelumnya kini berubah drastis. Bahkan jika tidak hidup bersama, mungkin sang sahabat tidak bisa mengenalinya saat ini.
"Bagaimana?" tanya Laura setibanya di sana dan duduk di kursi dengan mengenakan dress hitam serta bibir merah merekah.
Cathy hanya bisa ternganga melihat penampilan Laura saat ini. Sebuah tepuk tangan kecil dia berikan pada sahabatnya itu sambil memaksa Laura kembali berdiri dan memutar tubuhnya hingga membuat gadis tersebut tampak semakin mempesona.
"Apa kau masih Laura yang aku kenal?" ujar Cathy seolah tak percaya jika wanita cantik dan feminim di depannya adalah Laura.
"Tentu saja. Apa aku sudah mirip seorang pelakor?"
"Kau sangat mirip dengan simpanan pria tua yang kaya. Aku bahkan tidak menduga kau bisa berpenampilan seperti ini. Apa kakimu baik-baik saja?" Cathy melihat ke bawah. Sebuah heels setinggi dua belas sentimeter menopang kaki jenjang Laura, tetapi tampak sempurna bagi siapa pun yang melihatnya.
Gadis berusia sembilan belas tahun kini menjelma menjadi wanita dewasa setelah melalui banyak usaha. "Aku hanya akan berpakaian seperti ini hari ini saja. Jadi, jangan khawatirkan aku!"
"Baiklah, ayo berangkat!"
Keduanya pun bergerak menuju gedung di mana pertunangan antara Nathalie dan putra sulung keluarga Wilson akan dilaksanakan. Sebuah hotel mewah dengan fasilitas kelas atas yang cukup merogoh kocek. Bahkan untuk mendapatkan kartu undangannya saja, Cathy harus berusaha dengan susah payah selama ini juga menghabiskan banyak uang.
Dengan segera keduanya memasuki aula acara secara terang-terangan layaknya tamu undangan. Tentu saja dengan undangan dan nama palsu yang pastinya mampu mengelabuhi penjagaan di sana.
Laura mengedarkan pandangan ke segala arah. Di mana tampak Nathalie dan ibu serta ayah tiri barunya tampak begitu akrab layaknya sebuah keluarga yang harmonis. Dia hanya bisa mengepalkan tangan melihat semua itu, hingga sedetik kemudian, senggolan dari Catherine menyadarkannya dari lamunan.
"Dia calon suami Nathalie." Cathy menghunuskan tatapannya pada seorang pria yang tengah duduk sendirian dengan setelan hitam. "Michael Wilson, putra sulung keluarga Wilson."
Mendengar Catherine yang menyebut nama pria itu dan melihat tatapan dingin sang pria ke arah lain, membuat Laura semakin erat mengepalkan tangannya. Bahkan tanpa sadar salah satu kukunya sudah menancap melukai telapak tangannya. "Aku mau pergi ke kamar mandi sebentar."
"Tapi—"
Tanpa mendengar ucapan Catherine, Laura bergerak begitu saja melangkah pergi sambil sedikit menundukkan kepala. Rasa amarah, dendam serta semua hal yang menyakitkan kembali menyatu dalam dirinya. Bahkan gadis itu berjalan dengan tidak hati-hati dan menabrak pundak salah satu tamu di sana.
"Hei!" Suara bariton seorang pria tampak terdengar begitu kesal.
"Maaf." Hanya itu yang diucapkan Laura dan kembali melangkah pergi meninggalkan kerumunan. Seolah dia baru saja dikecewakan oleh seseorang.
"Kenapa dia seperti orang yang patah hati?" gumam pria itu melihat punggung Laura yang semakin menjauh, tetapi membiarkan rasa penasarannya begitu saja.
Di kamar mandi Laura menatap dirinya di pantulan cermin. Dia bermonolog seolah memperingatkan diri sendiri. "Ingat! Sekarang kau adalah Laura Orca. Kau bukan gadis lemah."
Dia menatap dirinya di kaca, sesaat kemudian kesedihannya berubah menjadi amarah. "Kalau saja aku tahu kau adalah putra keluarga Wilson. Aku pasti sudah menukar nyawamu dengan ibuku."
Laura menutup matanya rapat-rapat. Dia harus ingat tujuan awalnya datang ke sini adalah untuk menghancurkan pertunangan itu. "Aku tidak boleh menyerah hanya karena Michael."
Setelah membulatkan tekad. Laura kembali merapikan diri dan menambah lipstik merah di bibirnya. Seolah dia baru saja menelan bayi hidup-hidup. "Baiklah. Ayo bergerak!" gumamnya pada diri sendiri.
Dengan tekad yang kuat, Laura kembali memasuki aula pertunangan dengan kepercayaan diri yang tinggi. "Apa yang terjadi?" tanya Cathy penasaran, tetapi sayangnya Laura hanya berlalu begitu saja dan terus melangkah ke depan. Padahal tokoh utama yang seharusnya bertunangan hari ini sudah mulai mengambil kotak cincin untuk dikenakan pada Nathalie.
Tanpa memedulikan tatapan orang-orang yang melihatnya. Laura langsung menampar Michael yang sudah mengulurkan tangan dengan cincin hampir tiba di ujung jari Nathalie. Semua orang sontak tercengang dengan apa yang dilakukan Laura, sedangkan Michael menyunggingkan senyum miring tipis setelah menerima tamparan itu. Siapa yang berani menyentuh kulitnya dengan cara seperti ini? Pikirnya.
"Apa yang kau lakukan, hah?" teriak Nathalie langsung mendekati Michael yang masih memegang pipi panasnya.
"Sialan! Tanganku sakit menampar kulit badak," batin Laura. Tanpa berkedip dengan tatapan yakin dan menutupi kegugupannya, Laura terus menghunuskan sorot tajam ke Michael. "Bisa-bisa kau meninggalkan aku dan bertunangan dengan dia, setelah membuatku mengandung anakmu!" bentak Laura seolah dia adalah orang yang paling kecewa di sana.
To Be Continue….
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
Novie Achadini
😀😀😀😀brani bgt laura
2024-06-10
0
Risky Titi sarlinda
jadi Laura udah kenal mic dan yang di pikir kan mic waktu itu adalah Laura oh
2022-08-25
0
☘💚Efa Vania💚☘
ya allah kukit badak🤣
2022-07-09
1