PANGGIL AKU MAS!

"Mbok Sum mana, May?" Tanya Haezel yang sudah masuk ke dapur, lalu membuka kulkas untuk mengambil air dingin.

"Tadi katanya sedang tidak enak badan, Pak Ezel! Jadi May suruh istirahat duluan saja," terang Mayra yang tangannya amsih cekatan mengelap satu per satu piring dari rak, lalu menyusunnya di dalam lemari kitchen set.

"Pak lagi! Udah lupa,kemarin aku suruh panggil apa?" Haezel sudah menghampiri Mayra, lalu pria itu bersandar pada meja dapur dan tak berhenti menatap Mayra yang tetap fokus melakukan pekerjaannya.

"Kata Budhe nggak boleh panggil Mas ke Pak Ezel," jawab Mayra beralasan.

"Kenapa nggak boleh?" Haezel mengerutkan kedua alisnya.

"Ya.... karena Pak Ezel bukan masnya May!" Mayra terlihat salah tingkah, sebelum kemudian gadis itu sedikit teledor saat meketakkan piring, hingga piring meleset dan nyaris jatuh ke lantai. Beruntung Haezel sigap menangkapnya dan piring tak jadi pecah berkeping-keping.

"Selamat!" Mayra mengelus dadanya sendiri sembari bernafas lega.

"Nggak usah salting begitu, May! Aku nggak bakal nggigit kamu, kok!" Goda Haezel seraya menyodorkan piring yang tadi ia tangkap pada Mayra. Namun saat Mayra hendak mengambilnya, Haezel malah memutar-mutar tangannya dan menggoda Mayra sekali lagi.

"Pak Ezel!" Mayra masih berusaha mengambil piring yang terus di putar Haezel kesana kemari hingga Mayra bingung.

"Panggil Mas dulu!" Haezel mengajukan syarat dan tetap tak berhenti menggoda Mayra.

"Pak Ezel!"

"Tetot! Masih salah!"

"Mas Ezel!" Ucap Mayra akhirnya yang langsung membuat Haezel mengulas senyum lebar hingga deretan gigi pria itu terlihat jelas.

"Ulangi sekali lagi!" Perintah Haezel pada Mayra.

"Mas Ezel, bisa tolong kembalikan piringnya?" Pinta Mayra yang lagi-lagi membuat Haezel mengulas senyum lebar. Sepertinya Pak detektif itu senang sekali.

Haezel tak mengembalikan piring tadi pada Mayra, namun malah langsung menaruhnya ke dalam kitchen set.

"Nggak tidur?" Tanya Haezel selanjutnya pada Mayra yang sekarang ganti mengelap gelas dan sendok.

"Nanti tidurnya kalau semua kerjaan dapur sudah beres, Pak!" Jawab Mayra tanpa sedikitpun menatap pada Haezel.

"Pak lagi!" Haezel kini bersedekap dan menatap gemas pada Mayra. Semua beban tentang pekerjaan serta masa lalu rumit Haezel seolah sirna saat Haezel menatap wajah mungil Mayra.

Perasaan yang benar-benar aneh!

Tapi Haezel menyukainya!

"Eh, iya!" Mayra meringis dan tersipu.

"Iya apa?"

"Maaf, Mayra salah panggil, Pak-"

"Eh, maksudnya Mas," Mayra mengoreksi kalimatnya.

"Biar kamu konsisten panggil aku Mas, aku harus bagaimana?" Tanya Haezel selanjutnya yang masih menatap intens pada Mayra.

"Ya kamu harus jadi mas-nya Mayra berarti, Ezel!" Celetuk Aileen yang tiba-tiba sudah nongol di dapur dan ikut-ikutan nimbrung.

"Maksudnya?" Haezel mengernyit bingung.

"Iya Mas!"

"Mas suami!" Kekeh Aileen sebelum kemudian ibu satu anak itu keluar lagi dari dapur setelah mengambil satu gelas air hangat. Tawa Kak Aileen masih terdengar menggema, hingga wanita itu menghilang ke dalam kamarnya.

Sedangkan di dapur, suasana mendadak menjadi hening. Hingga akhirnya Haezel yanv masih penasaran kembali buka suara dan bertanya pada Mayra.

"Benar seperti yang dikatakan Kak Aileen tadi, May?"

"Hah? Apanya, Pak?" Mayra balik bertanya bingung.

"Aku harus jadi Mas kamu, biar kamu bisa konsisten memanggilku Mas?" Haezel memperjelas pertanyaannya. Mayra sontak membulatkan kedua bola matanya.

"Mas tidak harus berarti Mas suami, kok! Panggilan Mas juga bisa ditujukan pada kakak laki-laki atau saudara laki-laki yang lebih tua," terang Mayra menjelaskan pada Haezel.

"Tapi aku kan bukan saudara kamu, May!" Haezel mengingatkan Mayra.

"Iya makanya Mayra panggil Pak saja biar sopan dan tak lancang, Pak!"

"Seperti Mayra memanggil Pak Cliff dan Pak Galen," sambung Mayra lagi mengemukakan alasan yang benar-benar membuat Haezel gemas sekarang.

"Bisa saja alasan kamu itu, May!" Haezel mengacak gemas rambut Mayra yang sontak langsung membuat Mayra tersipu dan salah tingkah.

"Rambut May jadi berantakan, Pak!" Cicit Mayra seraya melepas ikat rambutnya dan hendak mengikat ulang. Namun Haezel langsung mencekal tangan Mayra dan mencegahnya.

"Rambut kamu bagus!" Puji Haezel yang masih mencekal tangan Mayra dan menatap lekat wajah mungil Mayra.

"Kenapa tidak pernah digerai begini?" Tanya Haezel lagi tanpa sedikitpun mengalihkan tatapannya pada Mayra.

"Ge-"

"Ge-rah, Pak!" Jawab Mayra tergagap.

Haezel mendekat ke arah Mayra, lalu menyelipkan rambut gadis itu ke belakang telinga.

"Pekerjaan sudah beres semua, kan? Langsung tidur dan jangan begadang!"

"Besok sekolah!" Pungkas Haezel seraya mengusap pipi Mayra sekilas sebelum kemudian pria itu keluar dari dapur dan meninggalkan Mayra yang kini mematung diam. Detak jantung Mayra seperti sedang lari marathon sekarang.

.

.

.

Terima kasih yang sudah mampir.

Jangan lupa like biar othornya bahagia.

Terpopuler

Comments

NFC

NFC

sungguh2 meresahkan

2022-11-28

1

Diana Susanti

Diana Susanti

rasanya dag dig dug ya may

2022-07-05

2

Becky D'lafonte

Becky D'lafonte

ezel nih bikim may baper aja

2022-07-05

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!