Mayra baru keluar dari gerbang sekolah saat gadis itu melihat Haezel yang sudah menunggunya di depan sekolah.
Apa?
"Sore!" Sapa Haezel seraya tersenyum pada Mayra.
"Sore, Pak Ezel! Kok jemput Mayra lagi? Kan jadi ngrepotin," jawab Mayra merasa tak enak hati.
"Memang kenapa? Ada yang cemburu kalau aku jemput?" Tanya Haezel usil.
"Cemburu?" Mayra bergumam dan sedikit bingung.
"Pacar kamu barangkali. Sudah punya pacar?" Tanya Haezel lagi to the point yang langsung membuat Mayra menggeleng.
"Mayra nggak pernah pacaran," jawab Mayra bersungguh-sungguh.
"Serius?" Raut wajah Haezel terlihat tak percaya.
"Kata Budhe harus sekolah dulu yang bener dan nggak boleh pacaran," ujar Mayra lagi tetap dengan raut wajah bersungguh-sungguh.
"Benar itu! Pacaran nggak boleh, kalau langsung nikah boleh," kekeh Haezel yang tentu saja langsung membuat Mayra melongo.
"Nikah? Siapa yang mau nikah, Pak? Pak Ezel, ya?" Cecar Mayra bingung dan Haezel sontak tergelak dengan pertanyaan polos Mayra.
"Iya! Tapi masih cari calon istri sementara ini. Kamu punya rekomendasi?" Tanya Haezel sedikit usil.
"Rekomendasi?" Mayra bergumam bingung sebelum akhirnya gadis itu menggeleng.
"Yaudah! Ayo pulang!" Ajak Haezel akhirnya seraya membukakan pintu mobil untuk Mayra.
"Kok tumben jemputnya bawa mobil Pak Cliff, Pak? Biasanya kan bawa motor?" Tanya Mayra bingung sebelum gadis itu masuk ke mobil dan duduk.
"Iya motornya dibawa Abang Cliff ke kantor tadi setelah makan siang. Jadi aku terpaksa bawa mobilnya," Haezel mengendikkan kedua bahu, lalu menutup pelan pintu mobil. Pria itu lanjut mengitari mobil dan masuk dari sisi lain, lalu duduk di belakang kemudi.
"Pakai sabuk pengamannya!" Titah Haezel yang sesaat membuat Mayra bingung. Haezel akhirnya yang memasangkan sabuk pengaman Mayra.
"Sudah!"
"Kita makan dulu sebentar, ya! Tadi aku sudah izin ke Mbok Sum kalau kamu mau aku ajak jalan sebentar," tutur Haezel sebelum pria itu mulai melajukan mobil Abang Cliff.
"Budhe nanti marah, Pak!" Mayra terlihat takut dan cemas.
"Enggak! Aku udah izin, kok!" Jawab Haezel yakin.
"Memangnya mau jalan kemana, Pak?" Tanya Mayra selanjutnya seraya memainkan sabuk pengaman yang menyilang di dadanya.
"Bagusnya kemana? Mungkin kamu tahu tempat nongkrong yang enak disini." Haezel balik bertanya pada Mayra.
"Mayra belum pernah kemana-mana, Pak! Biasanya pulang sekolah ya langsung pulang biar nggak diomeli Budhe."
"Nggak enak juga sama Bu Aileen dan Pak Cliff kalau Mayra kelayapan," cerita Mayra yang langsung membuat Haezel mengulas senyum.
"Bagus, dong! Berarti kamu anak rumahan, ya?" Tebak Haezel.
"Iya begitulah," jawab Mayra tertunduk.
"Tapi beneran ini kamu nggak tahu tempat cari makanan enak begitu," tanya Haezel lagi yang masih belum punya tujuan mau mengajak Mayra jalan-jalan kemana.
"Kalau kata teman-teman Mayra, biasanya mereka ke mall buat nongkrong dan makan di foodcourt-nya," tukas Mayra akhirnya memberikan pencerahan pada Haezel.
"Selain Mall? Nggak ada tempat nongkrong lain? Taman kota misalnya?" tanya Haezel lagi
"Aku kurang suka ke mall," sambung Haezel lagi menuturkan alasannya seraya menggeleng samar. Bukan tanpa alasan Haezel menghindari ke mall sekarang. Tempat itu hanya akan mengingatkan Haezel tentang hubungannya dengan Cheryl yang sudah kandas.
Dulu Cheryl dan Haezel selalu ke mall untuk menghabiskan waktu bersama, setiap kali Haezel ada waktu luang di sela-sela kesibukannya.
"Kalau yang tempat terbuka, kata teman aku ada yang baru dibuka. Taman kota dekat terminal, Pak!" Ujar Mayra menjawab pertanyaan Haezel.
"Dekat terminal, ya?" Haezel membaca papan penunjuk jalan yang kebetulan mereka lewati, lalu memutar kemudi ke arah terminal kota.
"Yang itu?" Tanya Haezel seraya menunjuk ke area taman kota yang memang terlihat masih baru. Dari ornamen serta bangunan fasilitas penunjangnya, semua masih terlihat baru.
"Iya kayaknya yang itu. May juga belum pernah kesana." Mayra mengendikkan kedua bahunya. Sementara Haezel langsung membelokkan mobilnya ke parkiran taman yang hanya ada beberapa mobil yang terparkir.
"Ada yang jual makanan nggak, ya?" Haezel mengedarkan pandangannya ke sekeliling taman untuk mencari penjual makanan yang mungkin saja ada disana.
"Adanya ya cuma pedagang akki lima begitu, Pak!" Tukas Mayra seraya menunjuk ke deretan pedagang kaki lima di dekat taman yang berjajar dengan rapi. Sepertinya memang tempat itu khusus pedagang kaki lima.
"Oh, yaudah kita makan disana saja! Kamu mau makan yang mana?" Tawar Haezel pada Mayra seraya membukakn sabuk oengaman Mayra, lalu sabuk pengamannya sendiri.
"Terserah Pak Ezel saja! Mayra doyan kok makan apa-apa," jawab Mayra.
"Baiklah! Siomay saja, ya!" Usul Haezel.
"Iya, Pak!"
"Pak lagi!"
"Apa susahnya panggil Mas? Atau panggil Ezel saja bagaimana?" Haezel sedikit geregetan pada Mayra.
"Nggak sopan, Mas!" Cicit Mayra cepat.
"Panggil mas!" Perintah Haezel memaksa.
"Iya, tadi udah!" Sergah Mayra.
"Coba ulangi!"
"Mas Ezel." Panggil Mayra malu-malu.
"Lagi, lebih keras!" Perintah Haezel lagi.
"Mas Ezel!" Ulang Mayra lebih keras dan Haezel langsung tertawa lepas.
"Begitu dong!" Haezel mengacak rambut Mayra yang tingginya hanya sepundak Haezel.
Mungil juga gadis ini! Kalau dipeluk bisa langsung tenggelam nggak kelihatan.
Haezel dan Mayra berjalan ke arah gerobak kaki lima yang menjajakan siomay, lalu keduanya duduk berdampingan di dekat gerobak tersebut setelah Haezel membuat pesanan.
"Besok aku sudah harus pulang. Makanya aku ngajak kamu jalan-jalan hari ini," ujar Haezel membuka obrolan.
"Waktu cutinya sudah habis, ya, Pak?"
"Eh, Mas!" Koreksi Mayra cepat.
"Maaf, kebiasaan!" Gumam Mayra lagi.
"Iya, waktu cutinya kan hanya seminggu," jelas Haezel seraya berulang kali menatap pada Mayra yang memiliki wajah mungil dengan rambut hitam lurus sebahu yang selalu diikat ala ekor kuda.
"Mas Ezel kerja apa memangnya? Kata Bu Aileen Mas Ezel itu detektif, ya? Kayak detektif Conan yang suka mecahin kasus begitu, ya?" Tanya Mayra polos yang langsung membuat Haezel tergelak.
Haezel tak langsung menjawab pertanyaan Mayra karena siomay pesanan mereka sudah siap dan diantarkan oleh abang penjual Siomay.
"Kok malah ketawa? Mayra salah bertanya, ya?" Tanya Mayra seraya mengaduk-aduk sepiring siomay di pangkuannya.
"Enggak! Nggak ada yang salah."
"Cuma ekspresi wajah kamu itu bikin aku gemas!" Haezel mencubit pipi Mayra saking gemasnya.
"Aduh! Kok Mayra dicubit, Mas?" Protes Mayra seraya merengut.
"Kamu nge-gemesin!" Jawab Haezel blak-blakan sebelum pria itu menyuapkan potongan siomay ke dalam mulutnya.
"Mayra kan bukan Latisha," rengut Mayra seraya menyendok potongan pare lalu mengunyahnya dengan santai.
"Nggak pahit makan pare?" Tanya Haezel heran.
"Enggak! Enak, kok!" Jawab Mayra masih santai.
"Punyaku buat kamu saja, ya! Aku nggak doyan pare." Haezel memindahkan potongan pare di piringnya ke piring Mayra. Tak ada sedikitpun kalimat protes dari Mayra.
"Jadi, Mas Ezel benar seorang detektif?" Mayra mengulangi pertanyaannya di awal.
"Iya! Kurang lebih ya seperti itu pekerjaanku. Memecahkan kasus," terang Haezel.
"Wow!" Mayra berdecak kagum.
"Kenapa?"
"Enggak! Kagum saja, karena pekerjaan itu kan setahu Mayra rumit dan membutuhkan keahlian khusus."
"Iya kan memang ada sekolahnya!" Jawab Haezel santai. Mayra hanya tertawa kecil dan mereka berdua lanjut menghabiskan siomay sembari mengobrol ringan.
Hingga langit beranjak gelap, Haezel dan Mayra baru meninggalkan taman kota, lalu pulang ke rumah Kak Aileen.
.
.
.
Terima kasih yang sudah mampir.
Jangan lupa like biar othornya bahagia.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
Rita
lg ngode ya Zel
2023-05-04
0
Halima Ma
pare ... siomay aku suka
2022-09-08
1
Allessha Nayyaka
mzh menyimak niih
2022-08-06
1