"Pak Ezel, ini kopinya!" Ujar Mayra seraya meletakkan cangkir kopi di atas meja bulat yang ada di teras rumah Aileen.
"Kok panggil pak lagi?" Protes Haezel yang sedang menggendong baby Latisha di halaman rumah seraya melihat Aileen yang sibuk menyirami bunga-bunga hias koleksinya.
"Memangnya mau dipanggil apa?" Tanya Aileen seraya menghentikan sejenak aktivitas menyiram bunga.
"Maunya Ezel saja. Tapi Mayra keberatan dan minta memanggil mas. Yaudah Ezel iyain."
"Eh, sekarang malah panggil Pak lagi."
"Ezel kan bukan bapak-bapak sejenis abang Cliff," Cerocos Haezel yang langsung membuat Aileen tergelak.
"Pak detektif!" Celetuk Aileen seraya geleng-geleng kepala, sebelum kemudian wanita itu melanjutkan kegiatannya.
Sedangkan Haezel lanjut menghampiri Mayra sambil masih menggendong baby Latisha.
"Jangan panggil pak lagi, ya! Aku jadi merasa tua," pesan Haezel sekali lagi pada Mayra.
"Memang sudah tua!" Sahut Aileen usil sambil terus menyirami bunga-bunganya.
"Apa, sih, Kak?" Sungut Haezel sedikit kesal pada sang kakak.
"Kamu lagi godain Mayra atau bagaimana, Ezel? Ingat umur!" Aileen kembali berceletuk seraya meledek sang adik.
"Iya ini ingat, kok! Haezel umur delapan belas tahun! Sama seperti Mayra!" Jawab Haezel enteng yang tentu saja langsung membuat Aileen tergelak serta Mayra yang kini menahan tawa
"Delapan belas tahun? Itu berapa tahun yang lalu, Haezel?" Ledek Aileen selanjutnya yang hanya diabaikan oleh Haezel. Kakak perempuan Haezel itu memang bawel dan gemar meledek.
"Ngomong-ngomong, jangan panggil pak lagi mulai sekarang, May!" Pesan Haezel sekali lagi pada Mayra.
"Iya, Pak-"
"Eh, Mas! Maaf!" Koreksi Mayra cepat sedikit malu-malu.
"Coba diulangi!" Titah Haezel yanh masih menimang-nimang baby Latisha yang sibuk mengunyah jemari mungilnya. Dasar bayi!
"Mas Ezel," ucao Mayra lirih dan malu-malu.
"Apa? Nggak kedengeran, May! Lebih keras!" Titah Haezel lagi.
"Mas Ezel!" Mayra sedikit mengeraskan suaranya. Dan bibir Haezel langsung melengkungkan sebuah senyuman.
"Begitu, dong!" Ujar Haezel merasa puas.
"May masuk dulu, Mas! Nanti diomeli budhe kalau kelamaan disini," pamit Mayra selanjutnya seraya berlalu dari teras dan kembali masuk ke dalam meninggalkan Haezel serta baby Latisha.
"Ayo duduk dulu!" Haezel mengajak Mayra untuk duduk di kursi teras, lalu pria dua puluh empat tahun tersebut mengambil cangkir kopi yang tadi dibawakan Mayra. Haezel menghirup aromanya sebentar sebelum mulai menyesap kopi yang masih mengepulkan asap tersebut.
"Jangan, Sayang! Panas!" Haezel menjauhkan cangkir kopinya dengan cepat saat tangan mungil Baby Latisha hendak meraihnya.
Disaat bersamaan, mobil Abang Cliff yang merupakan suami Aileen, sudah tiba di halaman rumah.
"Sore!" Sapa abang Cliff pada Aileen yang langsung menyambutnya, serta pada Haezel yang tetap duduk di kursi dan memangku Baby Latisha.
"Kau terlambat sepuluh menit!" Ujar Aileen pada sang suami, sebelum wanita itu masuk ke dalam rumah membawa tas kerja Cliff.
"Kau akan minta Haezel menyelidiki aku pergi kemana selama sepuluh menit?" Tanya Cliff sedikit berseru dan ternyata sama sekali tak dihiraukan oleh Aileen.
"Dia masih posesif?" Tebak Haezel seraya menyambut sang abang ipar.
"Ya! Juga bawel dan cerewet," lapor Cliff yang sudah langsung mengambil Baby Latisha dari pangkuan Haezel, lalu menciumi putrinya tersebut dengan gemas.
"Salah sendiri mau menikahi si cerewet itu!" Ledek Haezel pada sang kakak ipar.
"Hei! Dia kakakmu! Dan kau selalu saja mencercanya," Cliff geleng-geleng kepala.
"Kami memang tak pernah akur sejak dulu," ujar Haezel blak-blakan.
"Siapa yang tak pernah akur?" Tanya Aileen yang sudah keluar lagi dari rumah seraya membawa secangkir kopi untuk Cliff.
"Kita berdua, Kak!" Jawab Haezel jujur.
"Kau itu yang selalu mengajakku berdebat!" Sungut Aileen yang hendak mengambil baby Latisha dari pangkuan Cliff. Namun dengan cepat disentak oleh sang suami.
"Kau jadinya cuti berapa hari, Ezel?" Cliff memilih untuk mengalihkan pembicaraan.
"Satu pekan! Dan Ezel akan menghabiskannya disini agar Mami dan Papi bisa berduaan di rumah," jawab
Haezel panjang lebar.
"Agar bisa godain Mayra juga pasti!" Cibir Aileen sok tahu.
"Mayra? Bukannya Haezel sudah punya pacar si Cheryl?" Cliff menatap bingung pada Aileen dan Haezel.
"Tidak usah menyebut namanya lagi, Cliff! Ezel sudah putus dengan Cheryl!" Sergah Aileen cepat.
"Putus? Kenapa bisa?" Tanya Cliff bingung.
"Tidak usah membahasnya, Bang!" Sergah Haezel cepat seraya kembali menyesap kopinya.
"Ck! Terlalu manis!" Gerutu Haezel yang sudah bangkit berdiri dan membawa serta cangkir kopinya.
"Mayra tadi menaruh berapa kilo gula." Haezel masih tak berhenti menggerutu hingga pria itu menghilang ke dalam rumah dan sepertinya hendak ke dapur untuk menginterogasi Mayra.
Modus sekali!
"Kenapa Ezel dan Cheryl putus? Kau belum cerita kepadaku, Sayang!" Tanya Cliff sekali lagi pada Aileen.
"Kau terlalu banyak bekerja, Cliff!" Jawab Aileen tidak nyambung.
"Iya makanya kamu cerita ke aku, kenaoa Haezel bisa sampai putus dengan Cheryl. Aku pikir mereka udah mau nikah," ujar Cliff lagi seraya memeriksa wajah Aileen lebih dekat dan sedikit mengusap-usap pipi istrinya tersebut.
"Auw! Sakit!" Protes Aileen menyalak pada Cliff.
"Kau jerawatan," Cliff memberitahu dan Aileen langsung merengut.
"Hormon! Tamu bulanan mau datang!" Sungut Aileen pada sang suami yang malah terkekeh.
"Jadi kenapa Ezel bisa putus dengan Cheryl?" Cliff mengulangi pertanyaannya lagi.
"Papanya Cheryl adalah tersangka utama dari kasus yang kemarin Haezel tangani. Cheryl merasa tak terima karena Haezel sudah menjebloskan papanya ke penjara. Jadi mereka putus," cerita Aileen seraya mengendikkan kedua bahunya.
"Kasus yang mana?" Tanya Cliff penasaran.
"Yang pria gay dan sslalu lolos dari jeratan hukum itu. Rernyata selama ini Papanya Cheryl yang mem-back up karena-"
"Papanya Cheryl gay juga?" Tebak Cliff sik tahu."
"Aku tak tahu soal itu. Ezel tidak cerita detail," jawab Aileen yang enggan bercerita lebih jauh lagi.
"Mungkin juga Cheryl memang bukan jodohnya Ezel," ujar Aileen selanjutnya berpendapat.
"Tapi kau jodohku, kan?" Tanya Cliff mengalihkan pembicaraan secara tiba-tiba.
"Kumat bucinnya!" Cibir Aileen pada sang suami.
"Biarin ya, Latisha! Nanti biar Latisha cepat punya adik lagi," Cliff mengerling nakal pada Aileen seolah memberikan kode.
"Ish! Latisha masih kecil juga!" Aileen refleks mencubit lengan Cliff dan pasangan suami istri itu kembali bercengkerama di teras rumah.
Semua pemandangan itu tentu saja tak luput dari pandangan Haezel yang hanya langsung mengulas senyum melohat keharmonisan keluarga sang kakak. Semoga kelak Haezel kuga bisa membangun keluarga seharmonis itu bersama gadis yang ia cintai.
.
.
.
Terima kasih yang sudah mampir.
Jangan lupa like biar othornya bahagia.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
Endah Winarni
Aileen Galen versi cewek🤔
2022-07-03
0
Diana Susanti
lanjut kak Dewi mantap 👍👍👍🙏🙏
2022-07-02
3
Kharina.
seneng ngeliat RT Aileen dan Cliff 🥰😍😘
Ezel jadi mupeng 🤣🤣
2022-07-02
0