JEMPUTAN

Haezel menyugar rambutnya sembari menyandarkan punggung di kursi setelah hampir satu jam berkutat dengan laptopnya untuk menyelesaikan laporan. Sejak tadi keluar dari bandara, Haezel merasa ada yang lupa ia lakukan.

Tapi apa?

Haezel berusaha untuk mengingat-ingatnya lagi sebelum akhirnya pria itu melemparkan tatapannya ke jam di dinding yang kini menunjukkan pukul satu siang.

Pukul satu siang!

"Nanti pulang jam berapa?"

"Jam satu, Pak!"

"Nanti aku jemput, ya!"

Mayra! Astaga!

Haezel menepuk keningnya berulang-ulang karena lupa kalau ia ada janji untuk menjemput Mayra siang ini. Gadis itu pasti sedang menunggu Haezel sekarang di depan sekolahnya.

Haezel tak membuang waktu lagi dan buru-buru menghubungi Papi Galen. Semoga papi kandung Haezel itu mau diajak bekerja sama!

"Halo, Ezel!" Suara Mami Emily yang terdengar dari seberang telepon saat Haezel menghubungi Papi Galen.

"Mi, Papi ada?" Tanya Haezel to the point.

"Sedang mengemudi. Bicara saja! Papi mendengarnya. Ada apa?"

"Haezel lupa!"

"Lupa apa?" Kali ini gantian Papi Galen yang bersuara.

"Haezel tadi sudah janji akan menjemput Mayra. Tapi sekarang Haezel sudah di kantor dan-" Haezel belum menyelesaikan kalimatnya saat terdengar gelak tawa dari Kak Aileen. Sepertinya jeluarga Haezel itu tengah bepergian atau mungkin sedang jalan-jalan.

"Papi bisa tolong jemput Mayra? Kasihan kalau dia menunggu Ezel di depan sekolah," pinta Haezel memohon pada Papi Galen.

"Percaya diri sekali! Bagaimana kalau ternyata Mayra sudah pulang dan tak menunggu kamu? Sepertinya kamu saja yang memaksa mau menjemput," cibir Papi Galen yang langsung membuat Galen mendengus.

"Iya makanya papi cek dulu ke sekolahnya Mayra! Ini papi mau kemana? Kok ada Mami dan Kak Aileen juga?" Tanya Haezel yang mendadak jadi kepo.

"Mau jalan-jalan lah! Harus laporan ke kamu juga?"

"Ck! Papi, tolong Haezel dulu!" Mohin Haezel sekali lagi.

"Merepotkan!" Dengkus Papi Galen sebelum kemudian telepon terputus.

Ck!

Haezel berdecak karena Papi Galen yang memutuskan telepon secara sepihak. Pria itu ganti mengirimkan pesan pada Kak Aileen.

[Kak, bantu bujuk Papi kenapa? Kasihan kalau Mayra menunggu] -Haezel-

Tak ada jawaban dari Kak Aileen.

Astaga!

Kenapa semua orang jadi mengesalkan begini?

Haezel mengacak rambutnya sendiri karena frustasi. Mau menghubungi Mayra juga tidak bisa karena sepertinya gadis itu tak punya ponsel.

Kenapa juga Haezel tak berinisiatif membelikan Mayra ponsel sejak kemarin-kemarin?

Ting!

Sebuah pesan masuk ke ponsel Haezel dan pria itu bergegas membukanya. Ada foto yang dikirimkan oleh Kak Aileen beserta caption ejekan di bawahnya.

[Iya, iya! Yang bucin! Mayra sudah dijemput, ya! Jangan lupa besok belikan mobil buat Papi!] -Aileen-

Haezel tersenyum simpul saat melihat foti yang dikirimkan oleh Kak Aileen. Ada Mayra yang ternyata masih setia menunggu Haezel menjemput, meskipun sekolah sudah mulai sepi.

Oh, Mayra!

****

Mayra celingukan di depan gerbang sekolahnya.

"Pak Ezel jadi jemput nggak, ya?" Mayra bergumam dan bertanya pada dirinya sendiri. Angkot yang biasa mengantar Mayra sampai di depan kompleks rumah Bu Aileen kebetulan lewat dan berhenti di depan sekolah. Tapi Mayra merasa ragu apa ia harus naik angkot atau menunggu Haezel saja.

Tapi bagaimana kalau nanti Haezel benar-benar menjemput seperti sebelum-sebelumnya?

Tidak enak juga kalau Mayra mengabaikan niat baik pak detektif itu.

Mayra masih bimbang saat akhirnya angkot melaju pergi dan Mayra terap berdiri di depan gerbang. Hanya tunggal beberapa siswa saja yang belum pulang. Mayra mulai bimbang lagi dan berpikir kalau mungkin Haezel memang tak jadi menjemput. Mungkin saja omongan pria itu tadi pagi hanya candaan atau gombalan receh.

"Harusnya tadi naik angkot saja," gumam Mayra sekali lagi merasa sedikit kesal. Angkot yang selanjutnya jaraknya lumayan lama sekitar tiga puluh hingga empat puluh menit. Mana perut Mayra sudah keroncongan juga!

Saat Mayra masih sibuk menggerutu pada Haezel itulah, tiba-tiba mobil yang platnya tak asing berhenti di depan sekolah Mayra.

"Akhirnya datang juga!" Gumam Mayra seraya menghampiri mobil Pak Cliff yang Mayra kira dikemudikan oleh Haezel. Namun saat kaca jendela depan mobil dibuka, Mayra terkejut bukan kepalang karena ada Mami Emily serta Papi Galen yang duduk di belakang kemudi.

Apa?

"Menunggu lama, ya, May?" Sapa Mami Emily seraya tersenyum hangat pada Mayra.

"Eh, enggak, Bu! Baru keluar juga tadi," jawab Mayra tergagap seraya membenarkan letak tali tas di pundaknya. Padahal juga tali tas itu tak melorot sama sekali!

Mayra hanya salah tingkah!

"Ayo masuk!" Ajak Mami Emily selanjutnya dan Mayra segera membuka pintu belakang sambil masih sedikit salah tingkah.

"Siang, Bu Aileen!" Sapa Mayra pada Aileen yang juga duduk di jok belakang sembari memangku Baby Latisha.

"Hai, Tisha!" Mayra ganti menyapa Latisha yang langsung tertawa lucu karena bayi itu yang memang dekat dengan Mayra.

"Kok yang menjemput Bu Aileen?" Tanya Mayra akhirnya pada Aileen setelah mobil melaju meninggalkan sekolah Mayra. Gadis itu terlihat bingung dan mungkin juga sungkan.

"Haezel mendadak harus pulang karena ada panggilan dari kantor. Trus tadi dia telepon dan katanya udah janji mau jemput kamu," terang Aileen menjelaskan pada Mayra.

"Padahal Mayra bisa naik angkot. Kenapa harus repot-repot," ucap Mayra tak enak hati.

"Tapi kamu tetap nungguin Haezel tadi, May! Kalau kami tidak menjemput, bisa-bisa kamu nungguin sampai sore," kekeh Mami Emily dari jok depan. Mayra hanya tersipu dan bingung harus menjawab bagaimana.

"Pi, mampir sebentar di minimarket depan!" Titah Mami Emily memberikan arahan pada Papi Galen.

"Mau beli apa?" Tanya Papi Galen seraya membelokkan mobil ke minimarket yang ditunjuk Mami Emily.

"Beli minum dan roti untuk Mayra! Pasti sudah lapar. Kita nanti kan masih mau beli cat dan keperluan lain untuk kamar Latisha," ucap Mami Emily yang ternyata begitu perhatian pada Mayra.

"Duh, perhatian sekali, Mi!" Ledek Aileen dari jok belakang.

"Ayo, May! Kamu mau roti yang bagaimana?" Mami Emily mengajak Mayra turun dari mobil.

"Tidak usah, Bu! Nanti Mayra makan di rumah saja!" Tolak Mayra tak enak hati.

"Nanti kamu pingsan kalau makan di rumah! Kita masih mau jalan-jalan habis ini!" Paksa Mami Emily bersikeras.

"Udah, sana turun! Tasnya biar disini!" Ujar Aileen ikut-ikutan memaksa Mayra.

Mayra akhirnya menurut dan ikut turun bersama Mami Emily, lalu keduanya masuk ke dalam minimarket.

"Sepertinya Papi harus bicara pada Mbok Sum setelah ini," ujar Papi Galen meminta pendapat dari Aileen.

"Lebih cepat lebih baik, ya, Pi!"

"Tapi kan Mayra masih sekolah, Pi!" Aileen mengingatkan.

"Iya nanti nikahnya setelah Mayra lulus sekolah kan bisa," tukas Papi Galen.

"Nanti biar Haezel juga yang membiayai kuliahnya Mayra," lanjut Papi Galen memaparkan rencananya.

"Kemarin Mayra menolak melanjutkan kuliah saat tahu kalau Aileen dan Cliff yang akan membiayai. Tapi mungkin nanti setelah gadis itu jadi istrinya Haezel, dia tidak akan menolak lagi untuk lanjut kuliah," cerita Aileen menanggapi rencana Papi Galen.

"Tepat! Itu maksudnya rencana Papi," tukas Papi Galen bersamaan dengan Mayra dan Mami Emily yang sudah keluar lagi dari dalam toko dan masuk ke mobil.

"Sudah?" Tanya Papi Galen setelah Mami Emily dan Mayra duduk di kursinya masing-masing.

"Sudah, Pi! Ayo lanjut jalan!" Ajak Mami Emily dan mobil segera melaju ke toko cat serta babyshop. Mereka akan berbelanja keperluan untuk kamar baru Latisha.

.

.

.

Terima kasih yang sudah mampir.

Jangan lupa like biar othornya bahagia.

Terpopuler

Comments

Diana Susanti

Diana Susanti

lanjut kak

2022-07-07

0

Becky D'lafonte

Becky D'lafonte

untung papi gal len mau dia ajak kerjasama😄

2022-07-07

0

𝐙⃝🦜💝KHANZA💝

𝐙⃝🦜💝KHANZA💝

Typo 🤭😂😂😂😂

2022-07-07

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!