Happy reading 😘😘😘
"Derana jangan lakukan itu!" cegah Hastungkara. Gadis belia itu dengan sigap merebut pisau dari tangan Derana yang sudah menyentuh dada dan hampir menikam jantung.
Kedatangan Hastungkara yang tiba-tiba membuat Derana terkesiap. Ia tidak menyangka sahabatnya itu datang di waktu yang tidak tepat. Saat ia benar-benar ingin mengakhiri hidupnya.
"Ra-ra. Kembalikan pisaunya padaku! Aku ingin mati. Aku mohon, kali ini jangan cegah aku Ra!" pintanya mengiba dengan suara yang terdengar bergetar.
Derana sudah sangat berputus asa. Baginya, bunuh diri adalah cara satu-satunya untuk terlepas dari penderitaan.
"Bodoh! Kau pikir, penderitaanmu akan berakhir setelah mati dengan cara bunuh diri? Kau pikir, bisa meraih kedamaian di alam sana? Tidak. Di sana ... penderitaan yang akan kau rasakan berkali-kali lipat dari penderitaan yang kau rasakan saat ini," tutur Hastungkara seraya menyadarkan sahabatnya.
Namun keputusasaan yang meraja membuat Derana enggan mendengar ucapan Hastungkara. Ia berusaha merebut kembali pisau dari tangan sahabatnya.
"Kembalikan atau aku ndak akan lagi menganggapmu sebagai sahabat!" ancamnya penuh penekanan.
"Ran, kau harus sadar! Jika kau bunuh diri, semua setan yang menyaksikan akan bertepuk tangan. Mereka akan berpesta menyambut calon penghuni neraka --"
Derana memangkas ucapan Hastungkara dengan mengibaskan tangan ke udara.
"Aku ndak peduli. Aku hanya ingin mati karena ndak ada yang percaya dan peduli padaku --" suara Derana tercekat kala indra pendengarannya menangkap bisikan yang sudah tidak asing. Bisikan itu berasal dari khodam leluhur yang berada di dalam tubuhnya.
"Nduk cah ayu, tugasmu ing donya iki isih akeh. Salah sijine nyadarke bapak lan ibumu saka pengaruh ilmu sesat. Ojo cupet pikiranmu! Ojo nglarani awakmu dewe!"
(Nduk cah ayu, tugasmu di dunia ini masih banyak. Salah satunya menyadarkan bapak dan ibumu dari pengaruh ilmu sesat. Jangan sempit pikiranmu! Jangan melukai dirimu sendiri!).
Derana meluruhkan tubuh dan menutupi kedua telinganya dengan telapak tangan. Ia berusaha menghalau bisikan yang didengar olehnya dengan menggeleng-geleng kepala. Namun bisikan itu seolah enggan berhenti dan malah semakin terdengar jelas.
Hastungkara bergegas menghampiri sahabatnya yang saat ini terlihat sangat kacau. Lantas ia mengucap salam sebelum berbincang dengan khodam leluhur yang berada di tubuh Derana.
"Ono sepuluh dukun sik arep nyilakani lan nelukake putuku. Kabeh dukun mau utusane wong kae. Kowe mesti uwes ngerti tho Nduk?"
(Ada sepuluh dukun yang ingin mencelakai dan menaklukan cucuku. Semua dukun itu adalah suruhan orang itu. Kamu pasti sudah mengetahuinya 'kan Nduk?).
"Sampun Mbah." (Sudah Mbah) Hastungkara menjawab dengan santun.
Kedua makhluk berbeda alam itu terus berbincang. Sesekali khodam leluhur yang berada di dalam tubuh Derana menumpahkan kekesalannya terhadap Hastungkara saat gadis belia itu mengutarakan argumennya.
"Bocah kog ngeyel," ujarnya yang membuat Hastungkara berusaha menahan tawa dengan melipat bibir.
Setelah memberi wejangan kepada Hastungkara, suara khodam leluhur itu menghilang seiring kesadaran Derana yang mulai kembali.
"Ra --" Derana menghambur ke pelukan Hastungkara dan menumpahkan air mata sehingga membasahi jilbab yang dikenakan oleh sahabatnya itu.
Tangan yang semula menjuntai, diulurkannya ke atas untuk membalas pelukan Derana. Lalu diusapnya punggung Derana seraya menyalurkan energi positif dan memberi rasa tenang.
"Ran, kamu harus kuat! Hadapi mereka dan jangan pernah menyerah. Insya Allah, aku akan membantu semampuku," tutur Hastungkara.
Perlahan, Hastungkara mengurai pelukan lalu menyeka jejak air mata yang membingkai wajah Derana sebelum kembali berlisan kata.
"Kamu dengar sendiri 'kan apa yang dituturkan oleh khodam leluhurmu? Tugasmu masih banyak. Salah satunya menyadarkan bapak dan ibumu dari pengaruh ilmu sesat. Karena di tubuhmu ada khodam leluhur ... mereka nggak mudah menaklukkanmu. Tetapi sebagai gantinya, ayah dan ibumu yang takluk. Aku rasa, Sukma pun juga sama seperti mereka. Jadi, kau harus bisa memahami bapak, ibu, dan adikmu. Sebenarnya, mereka masih sangat menyayangimu. Namun karena pengaruh hewes-hewes yang dikirim oleh keluarga Atmajaya, mereka kehilangan jati diri."
Derana mengangguk samar dan menggenggam erat tangan Hastungkara. "Iya Ra.Terima kasih ... karena kau selalu datang disaat aku benar-benar rapuh. Kau sahabat terbaik yang aku punya di dunia."
Hastungkara menerbitkan senyum dan membalas ucapan Derana. "Kau lupa atau pura-pura lupa? Bukankah katamu, Nilam juga sahabat terbaikmu?"
"Iya, tapi itu dulu. Sebelum aku menikah. Setelah aku menikah dengan mas Farel, Nilam berubah. Nilam dan mas Farel sering berbalas komentar di fb. Mereka memfitnah dan membuka aibku, sehingga semua orang yang mengenalku menjadi benci padaku. Mereka mengira, aku seorang istri durhaka. Selalu membangkang dan ndak pernah menunaikan tugasku sebagai seorang istri."
"Abaikan mereka, Ran! Jangan terlalu dipikirkan! Suatu saat nanti, mereka pasti akan mengetahui yang sebenarnya. Lebih baik, fokuslah untuk menyadarkan kedua orang tuamu dan adikmu dari pengaruh ilmu sesat!"
"Iya Ra. Aku akan berusaha melakukan yang terbaik untuk bapak, ibu, dan Sukma supaya mereka bisa segera sadar."
Sepasang sahabat itu saling melempar senyum dan kembali berpeluk. Sementara kedua orang tua Derana dan adiknya masih enggan keluar dari kamar.
Mereka mendengar suara Hastungkara dan Derana. Namun suara keduanya hanya terdengar samar-samar, sehingga Usman, Ratri, dan Sukma tidak mengerti apa yang Hastungkara dan Derana bicarakan.
Lantas, di mana Farel saat ini? Rupanya pria itu tengah memadu kasih dengan Sovia--kekasih gelapnya.
Farel dan Sovia saling bercumbu mesra di dalam kamar yang temaram. Keduanya melepas ha-srat yang sudah tak tertahan.
Erangan lembut yang keluar dari bibir Sovia bagai nada-nada cinta nan merdu yang membuat Farel semakin ber-hasrat untuk segera mereguk kenikmatan surga dunia.
Dikecup kening Sovia sebelum menghujamkan batangnya ke dalam sela-put marwah.
"Rel, teruskan! Jangan berhenti!" pintanya seiring de-sahan yang keluar dari bibir ranumnya.
Bibir Farel melengkung. Dengan senang hati, ia pun menuruti permintaan kekasihnya.
Kedua insan yang tengah tenggelam ke dalam asmaraloka itu sekejap memejamkan netra saat merasakan kenikmatan yang luar biasa. Dan kenikmatan itu mereka rasakan hingga menjalar ke ubun-ubun ....
Ahhh andai Hastungkara memergoki pasangan me-sum itu, bisa dipastikan keduanya akan ditendang sampai ke planet pluto dan membiarkan mereka diculik alien ....
🌹🌹🌹🌹
Bersambung ....
UP nya segini dulu ya Kakak-kakak ter love 😁🙏
Jangan lupa tinggalkan jejak dukungan berupa like 👍
Komentar
Gift atau Vote
Klik ❤ untuk fav novel ini
Mohon maaf jika ada salah kata dan bertebaran typo 🙏🙏🙏
Terima kasih dan banyak cinta untuk Kakak-kakak yang berkenan mengawal kisah Derana hingga end 😘😘😘🙏🙏🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 99 Episodes
Comments
Rokhmi Nur Hidayati
mungkin itu syarat farel berzina biar mendapatkan hasil yg diharapkan klgx astaghfirullahaladhim
2024-10-11
0
мєσωzα
sepertinya tujuan keluarga atmajaya tuh emang mau numbalin rana ya, makanya sengaja perlakuin rana secara dzalim ditambah mempengaruhi keluarga & ngefitnah rana ke orang-orang sekitar. jadi rana sendiri yg akan mencabut nyawanya tanpa mereka harus turun tangan langsung..
2023-04-22
1
мєσωzα
jujur thor, ku merinding bacanya.. 😅
2023-04-22
1