Happy reading 😘😘😘
"Rara --" Derana berteriak memanggil nama sahabatnya. Namun yang dipanggil hanya menoleh dan mengulas senyum kemudian kembali melangkah semakin jauh.
Sebenarnya, Derana ingin sekali mengejar Hastungkara, tetapi dicegah oleh Farel. Pria berkulit sawo matang itu mencengkram lengan Derana dengan sangat kuat agar tak terlepas.
"Masuk!" titah Farel dengan suaranya yang meninggi disertai tatapan nyalang.
Derana menurut. Ia pun lantas masuk ke dalam rumah dengan langkah gontai, disusul oleh Usman dan Ratri.
Usman menutup pintu rumahnya rapat-rapat. Pria paruh baya itu merasa malu dan tidak enak hati kepada para tetangga yang menyaksikan keributan yang sempat tercipta di halaman rumah.
Setelah menutup pintu rumah, Usman memandu Ratri untuk masuk ke dalam kamar supaya istrinya itu bisa beristirahat dan menenangkan pikiran.
"Mulai sekarang, ndak usah berteman lagi dengan bocah bar-bar itu! Menjauhlah darinya karena aku ndak suka dengan ucapan dan sikapnya yang songong! Kalau kau masih berteman dengan dia, aku bakal membuatnya ndak bisa hidup tenang," ancamnya ketika keduanya berada di dalam kamar.
"Mas, Hastungkara sahabatku yang paling baik. Mana bisa aku menjauh darinya? Jangan lakukan apapun padanya! Kau boleh menyakitiku, tapi jangan menyakiti Hastungkara!"
PLAK
Satu tamparan dilayangkan oleh Farel hingga meninggalkan jejak semburat merah di pipi mulus Derana.
Derana menggigit bibir bawahnya dan sekejap memejamkan netra seraya menahan sensasi rasa perih yang tercipta akibat tamparan telapak tangan Farel.
Bukan pipinya saja yang terasa perih. Tetapi hatinya pun terasa perih. Bahkan lebih perih.
"Dasar istri durhaka! Berani-beraninya kau membantahku."
Farel kembali melayangkan tangannya dan hampir mendarat tepat di pipi mulus Derana. Namun Derana dengan sigap menangkap tangan Farel lalu menghempas dengan kasar.
"Kau --" Farel tampak sangat murka. Ditatapnya wajah istrinya itu dengan tatapan yang menyiratkan amarah.
"Mas, aku sudah berusaha menjadi istri yang berbakti. Tapi kau ndak pernah sedikit pun menghargai dan memperlakukan aku selayaknya seorang istri. Sebenarnya, apa arti diriku bagimu?" Derana menatap nanar suaminya dan mencurahkan isi hati yang selama ini terpendam. Ia sungguh ingin tahu, apa arti dirinya bagi Farel--pria yang telah menikahinya enam bulan yang lalu.
"Kau hanyalah seonggok sampah bagiku. Setelah ndak berguna, aku bakal membuangmu." Farel menyeringai lantas berlalu pergi dari hadapan Derana--istrinya.
Kata-kata yang terlontar dari bibir Farel bagaikan ribuan pisau belati yang menghujam. Mengoyak segumpal daging yang bersemayam di dalam dada, hingga hancur tak berbentuk.
Selepas kepergian Farel, Derana membawa langkahnya ke dalam kamar mandi. Lantas ia basahi tubuh yang dipenuhi oleh lumpur dengan segayung air.
"Apa tujuanmu sebenarnya, mas? Untuk apa kau menikahi aku jika hanya menganggapku seonggok sampah?" Derana menangis tergugu. Ia luruhkan tubuhnya ke lantai dan menyandarkan punggungnya pada dinding.
Ya Tuhanku, beri keadilan kepadaku. Namun jika Engkau tak berkenan memberi keadilan, lebih baik kau cabut saja nyawaku dari pada terus menerus merasakan sakit seperti ini--teriaknya di dalam hati sembari memukul-mukul dadanya yang terasa sangat nyeri.
Satu jam berlalu, Derana masih mengurung diri di dalam kamar mandi, menumpahkan riak-riak kepedihan yang membuatnya enggan hidup di dunia ini.
"Rana, keluar kau!" Suara Ratri terdengar menggelegar hingga memecah kaca lamun.
Perlahan, Derana bangkit dan membawa tubuhnya berdiri. Lantas diputarnya knop seraya membuka pintu.
"Dasar anak setan! Sini kau!" Ratri terlihat sangat murka.
Ditariknya lengan Derana dengan kasar dan dibawanya keluar dari dalam kamar.
"Anak durhaka, anak pembawa sial! Aku benar-benar menyesal sudah melahirkan anak setan sepertimu."
Ratri gelap mata. Diraihnya tongkat kayu yang berdiri kokoh di sudut ruang lantas dipukulkan ke tubuh Derana--putri yang dilahirkannya sendiri.
Derana merintih dan sesekali memejamkan netra, menahan rasa ngilu di ulu hati dan rasa perih yang terasa di sekujur tubuh karena sentuhan tongkat kayu yang dipukulkan oleh ibu kandungnya.
"Pergi dari rumah ini! Aku ndak sudi melihat wajahmu lagi."
Derana tak kuasa menahan air mata yang mengalir dari telaga bening saat mendengar kata-kata yang terlisan dari bibir wanita yang telah melahirkan dan membesarkannya dengan penuh kasih sayang.
Bisa para pembaca bayangkan ... bagaimana rasanya keluarga yang seharusnya menjadi tempat terakhir menumpahkan lara justru mencaci dan mengusir?
"Sudah Bu! Jangan siksa anak kita!" Usman mencengkram tongkat kayu yang sudah dilayangkan oleh Ratri ke udara dan hampir menyentuh tubuh Derana.
"Jangan terus menerus membela Derana, Pak! Dia harus diberi pelajaran. Ibu malu mempunyai anak seperti dia. Kata Nak Farel, Rana tidak pernah melayaninya. Bahkan, anak setan itu selalu tidur setiap Nak Farel meminta haknya. Dan bukan hanya itu, demi mempertahankan persahabatannya dengan Hastungkara, Derana berani menentang perintah suaminya. Dia ... istri durhaka, Pak. Sudah sepatutnya ibu menghajar anak setan itu. Ibu malu pada Nak Farel dan keluarganya. Ibu malu pada para tetangga. Mereka sering bertanya, kapan Derana hamil. Bagaimana Derana bisa hamil jika ndak pernah melayani suaminya --" Ratri tak sanggup lagi melanjutkan ucapannya. Tubuhnya serasa lemas setelah meluapkan amarah.
Gegas, Usman merengkuh tubuh istrinya, lantas memandunya untuk duduk. Sementara Derana, masih berdiri di tempat yang sama dengan air mata yang semakin deras mengalir.
"Hah, ini belum seberapa. Akan aku pastikan, kau benar-benar terusir dari rumahmu sendiri. Itulah akibatnya jika berani menentang Farel Atmajaya Saputra." Farel berbisik tepat di telinga Derana diiringi senyum penuh kemenangan.
Puas membuat Derana down, Farel lalu berjalan menghampiri kedua mertuanya. Ia memasang topeng dan berlisan dengan tutur kata yang halus.
"Bu, maafkan istri saya. Derana masih sangat belia, jadi wajar jika dia belum siap melayani saya dan masih ingin bersenang-senang dengan sahabatnya. Jangan usir Derana dari rumah ini, karena saya ndak bisa hidup tanpa putri Ibu."
Ucapan Farel berhasil meluluhkan hati kedua orang tua Derana, terutama Ratri. Wanita itu terus menerus mengucap kata maaf dan mengusap kepala Farel seraya menumpahkan rasa bersalahnya.
Sebagai seorang ibu, Ratri merasa tidak berhasil mendidik Derana dengan benar sehingga putrinya itu menjadi seorang istri yang durhaka terhadap suami.
Ingin rasanya, Derana membuka kebusukan Farel supaya kedua orang tuanya tahu siapa sebenarnya menantu mereka itu.
Farel bukanlah seorang manusia berhati malaikat seperti yang mereka kira. Melainkan iblis yang berwujud manusia.
Sabar Ran! Kumpulkan bukti-bukti terlebih dahulu sebelum membuka kebusukan Farel agar kedua orang tuamu percaya--bisik hati Derana.
Derana yang malang, berusaha menguatkan hati meski telah sangat lelah.
Ia membutuhkan tempat untuk bersandar dan teman untuk berbagi kesah.
"Rara, aku ingin bertemu denganmu --" gumamnya, kemudian berjalan dengan langkah gontai ....
🌹🌹🌹🌹
Bersambung ....
Mohon maaf jika ada salah kata dan bertebaran typo 😊🙏
Jangan lupa untuk selalu meninggalkan jejak dukungan 😉
Terima kasih dan love love sekebon untuk Kakak-kakak yang telah berkenan mendukung kisah Derana. 😘😘😘🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 99 Episodes
Comments
Rokhmi Nur Hidayati
otak ortu derana sudah masukan syetan kiriman dari klg farel berdo' sll engkau derana biar syetan &iblis" yg dikirimkan dr klg farel
2024-10-11
0
Elok Pratiwi
tidak adakah cerita yg meninggikan harkat seorang wanita .... kok pemeran wanita nya diberi karakter yg menyedihkan lemah dinjak2 suami ... dan cerita seperti itu kok pada suka ... cerita yg buruk
2024-03-23
1
Sulaiman Efendy
EMANGNYA SAMPE KPN LO AKN BRTAHAN DGN SI FAREL ANJING IBLIS...
2023-03-25
0