Aku tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi dan apa yang keluargaku coba sembunyikan dari aku.
Dari kejadian tiga hari yang lalu dimana aku berhenti kerja dan pulang kerumah dengan suasana berbeda. Sampai hari ini pun aku benar-benar merasa ada sesuatu yang sangat serius yang terjadi hinga paman Bayu dan paman Fahmi tidak mengizinkan aku keluar rumah. Jika pun aku keluar maka paman Bayu akan menyuruh beberapa bodyguard mengikutiku. Katanya hanya untuk penjagaan dengan alesan kejadian di lestoran agar tidak terulang lagi di mana pak tua itu mempermalukanku dan pastinya akan membalas perbuatanku. Apalagi aku sampai memecatnya. Aku sedikit bingung bukankah aku memberi pelajaran pada pak tua itu dia tidak tahu siapa pemilik restoran tempatnya bekerja.
Di tengah kebingunganku tidak ada satu pun orang yang bisa menjawab pertanyaanku membuat ku sedikit pusing memikirkannya.
Aku celingak-celinguk melihat suasana di ruang tengah apa masih ada paman dan bibi atau tidak. Aku merasa jenuh dan merasa terkurung dengan peraturan baru paman. Bahkan bibi Aisyah yang aku andalkan dia juga tak kunjung memberi tahu. Bibi Aisyah akan menjawab, itu demi kebaikan aku dan keselamatan aku.
Huh...
Aku membuang nafas kasar, dari pada aku jenuh lebih baik aku berkunjung saja ke restoran abi. Sudah lama juga aku tidak kesana. Aku hanya menempatkan temanku di sana dan menjadikan dia mata-mata ketika paman Hadi tidak bisa mengontrol. Bukti kecurangan pak tua itu juga aku dapatkan dari temanku itu.
"Aduh, kenap bibi malah keluar sih? "
Gerutuku ketika melihat bibi Melati keluar kamar dan duduk di shopa. Jika aku keluar tanpa pamit pasti bibi akan marah. Tetapi jika izin pasti bibi akan menyuruh bodyguar menemaniku.
Aku berpikir lama, hingga aku memutuskan lebih baik izin saja dari pada membuat kewatir semua orang.
"Hm, bibi Aisyah kemana, Bik?"
"Bibi Ais sudah pergi, katanya mau ngecek kedai Es Krim. Kamu mau kemana, Nak. Sudah rapih? "
"Ini bibi, Asma jenuh di rumah terus. Asma minta izin mau pergi kelestoran, sudah lama juga Asma gak kesana?"
"Boleh, tetapi harus bawa bodyguard!"
"Tapi di mobil yang berbeda ya? "
"Gak! kamu gak boleh nyetir. Biar bodyguard saja yang bawa mobilnya. Jangan protes, kalau tidak bibi gak ngizinin! "
Aku hanya menghela nafas berat, ternyata bibi Melati juga sama posesifnya seperti bibi Aisyah. Mau tidak mau akhirnya aku setuju.
Di sepanjang jalan aku hanya diam karena masih merasa kesal sama bibi Melati. Padahal aku ingin sendiri menikmati perjalananku.
"Paman jangan kencang bawa mobilnya? "
"Maaf non, saya pikir non mau cepat sampai ke lestoran! "
"Tidak paman,"
"Maaf non, "
Entah kenapa aku semakin kesal ketika bodyguard paman Bayu malah kencang membawa mobilnya membuat aku yang tadinya memejamkan mata tersentak. Entah kenapa semua orang begitu aneh atau memang cuma perasaanku saja.
Aku tersenyum ketika sudah sampai di lestoran abi dan di situ aku melihat temanku sudah menunggu. Aku langsung menghampirinya.
"Assalamualaikum, apa kabar Win? "
"Waalaikumsalam. Alhamdulillah aku baik, gimana kabar kamu? "
"Alhamdulillah selalu sehat, "
Aku dan Wina masuk ke dalam, beberapa pelayang yang mengenaliku tersenyum sambil membungkuk hormat. Begitupun aku membalas senyuman mereka hingga aku langsung masuk ke ruangan abi.
Suasananya masih sama seperti lima tahun lalu aku berkunjung. Ada rasa rindu menghampiriku ketika aku mengingat masa-masa kebersamaan aku dan abi. Aku dan abi akan menghabiskan waktu di sini sambil makan.
"Loh nak, kenapa kesini tidak mengabari paman? "
Aku tersentak dari lamunanku ketika aku mendengar suara orang yang sangat aku kenali. Aku tersenyum dan menyalami paman Hadi, yang sudah seperti abiku sendiri sahabat sekaligus orang kepercayaan abi.
"Maaf paman, Asma tidak sempat. Bagaimana kabar paman?"
Aku mengobrol bersama paman Hadi, sedangkan Wina kembali bekerja. Banyak hal yang aku obrolkan dengan paman Hadi seputar perkembangan lestoran ini.
"Maaf paman, Asma belum siap jika harus memingpin? "
Aku menghela nafas lemah ketika paman Hadi menyuruh aku mengambil alih restoran ini.
"Kamu tidak kasihan dengan paman yang sudah tua ini. Entah berapa lama lagi paman asa di dunia ini. Ayolah ...,"
"Paman jangan begitu, membuat Asma takut. Asma belum siap saja paman? "
"Cobalah belajar, Nak. Pam ... ,"
"Maaf ayah, di luar ada chef Burhan membuat kegaduhan."
Aku dan paman Hadi berbalik ketika mendengar suara Wina menerobos masuk dengan wajah panik.
Ya, Wina adalah putri paman Hadi sekaligus temanku waktu kami sekolah menengah pertama dan atas.
"Nak, kamu tunggu di sini biar paman yang urus."
"Tapi paman, kenapa chef Burhan membuat kegaduhan? "
"Dia tidak terima karena di pecat, makanya chef Burhan protes dari kemaren dan sekarang dia kembali lagi."
"Sudah kamu tenang saja biar paman yang tangani, "
Aku mengangguk saja kembali duduk membiarkan paman Hadi dan Wina membereskan semuanya. Tetapi, aku penasaran apa yang terjadi di luar. Aku pun memutuskan untuk keluar dan melihat langsung.
"Apa apaan ini, kenapa kau malah memecatku. Aku di sini sudah lama bekerja dan aku juga turut membantu menjayakan lestoran ini!"
"Itu sudah keputusan chef Burhan. Karena anda sudah melakukan kesalahan."
"Kesalahan apa, ini fitnah. Aku sudah mengabdi di sini ketika masih ada Fikri."
"Tapi kesalahan kamu sudah patal,"
"Kesalahan apa? "
Aku menautkan kedua alisku ketika pak tua itu bertanya tentang kesalahnnya. Apa paman Hadi tidak memberi tahunya. Apa karena paman Hadi tidak enak atau apa aku tidak tahu.
Tetapi, satu yang aku tidak suka dari pak tua itu. Dia tidak ada sopan-sopannya memanggil paman Hadi dengan sebutan Kau, sedangkan paman Hadi masih bersikap sopan dengan pak tua itu memanggilnya dengan sebutan Chef.
"Apa kesalahanku, tiba-tiba kau memecatku! "
"Karena anda sudah mencuri resep Lestoran kami dan anda juga yang memasok bahan baku lestoran ini setiap dua bulan sekali. Itu anda lakukan sudah bertahun-tahun."
"Kau!!!"
Pak tua itu membelalakan matanya karena terkejut aku yang menjawab ketidak terimaan dirinya di pecat.
"Hey, kenapa chef bodoh ini ada di sini! dan sekarang dia memfitnahku!!!"
Aku tersenyum kecut mendengar ucapannya yang begitu arogan. Bukannya meminta maaf atas kesalahannya malah terus membela diri. Pak tua itu benar-benar mempermalukan dirinya sendiri. Bukankah dia berpendidikan tetapi pendidikannya rendah karena kesombongan dia sendiri.
"Maaf chef Burhan yang terhormat, saya bukan memfitnah tetapi itu pakta. Cepat pergi dari sini jangan permalukan diri anda sendiri! "
"Hey kenapa kau ikut campur. Anda tidak ada hak untuk ikut campur masalah saya dengan chef Hadi?"
"Cukup chef Burhan jangan memperkeruh suasana. Yang dikatakan Chef Laila memang benar. Anda di keluarkan atas kesalahn anda sendiri dan semua buktinya ada. Maaf, saya dari dulu diam karena saya menghargai anda sebagai sahabat saya tetapi saya tidak bisa terus menerus menutupi kesalahan anda. Karena bukan saya yang memecat anda tetapi pimilik lestoran ini. Putri Chef Fikri yang tidak lain wanita yang anda bentak itu! "
Aku tersenyum seringai ketika pak tua itu kembali membelalakan matanya. Mungkin shok mendengar apa yang paman Hadi ucapkan. Bahkan beberapa pelayan juga yang tadi membicarakan aku ketika aku memasuki ruangan abi sangat terkejut.
"Maafkan saya Chef Burhan. Itulah yang anda tanam selama ini dan sekarang hasilnya telah anda panen. Dan satu lagi, jangan pernah merasa diri kita lebih tingga dari pada orang lain. Karena kita tidak tahu, di luar sana masih banyak orang lain yang lebih tinggi dari anda! "
Bersambung....
Jangan lupa Like dan Vote ya Sayang.... 😍
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
Sri Sunarti
FAKTA bukan Pakta thor
2024-11-26
1