Bab 10 Bangkit

Seusai kedatangan bibi Aisyah dan paman Fahmi. Mereka memaksa aku untuk tinggal bersama mereka. Awalnya aku menolak tetapi bibi dan paman memaksa aku dan mengancam akan menjual rumah peninggalan kedua orang tuaku.

Terpaksa aku ikut mereka, dan sekarang disinilah aku. Berada di tengah keluarga besar Al-muzaky, tepatnya keluarga besar mamah. Sedangkan keluarga besar abi ada di Bogor.

Bibi Aisyah menikah dengan paman Bayu mereka di karuniai dua orang anak, Fatimah dan Ali. Usia Fatimah baru menginjak 20 tahun dia sedang kuliah di Jogja. Sedangkan Ali berusia 17 tahun baru menginjak kelas 2 SMK.

Sedangkan istri paman Fahmi adalah bibi Melati, mereka di karuniai anak satu seperti mamah dan abi hanya mempunyai anak satu yaitu Aku. Bagas putra dari paman Fahmi dan bibi Mawar. Bagas bekerja di salah satu perusahaan terkenal di Jakarta, menjabat sebagai sekertaris. Usianya sama denganku, 25 tahun bedanya Bagas belum menikah sampai sekarang sedangkan aku sudah menikah dan menjadi janda di usia dua puluh lima tahun.

Miris bukan! tetapi aku terus berusaha tersenyum. Sudah ku tekadkan aku akan melupakan semuanya dan bangkit merajut mimpi yang sempat tertunda.

Rumah keluarga Al-muzaky memang besar karena memang sengaja membuatnya besar. Karena paman Fahmi tidak mau jauh dari adiknya bibi Aisyah. Sampai-sampai paman Fahmi meminta paman Bayu tinggal satu atap. Bahkan paman Fahmi mengubah rumah peninggalan nenek dan kakek menjadi rumah yang besar karena di dalamnya terdapat dua kepala keluarga. Sedangkan mamah memang memilih pisah karena abi dulu terkenal orangnya posesif sampai-sampai mamah tidak boleh dekat-dekat dengan laki-laki walau itu keluarganya sendiri. Lucu bukan, tapi itulah sosok abi.

Laki-laki dingin penuh ketegasan, terlihat kejam namun lembut dan penyayang.

Di tengah keluargaku, mereka semua memanggilku Asma. Dari keluarga mamah maupun abi yang ada di Bogor memanggilku Asma. Sedangkan di luar aku di panggil Laila, nama depanku.

"Kak Asma jangan sedih lagi ya, disini ada Ali yang akan melindungi kakak."

"Iya, Nak. Jangan berpikir kamu sendiri. Disini kami kelurga kamu, sudah jangan menangis lagi."

Mataku mengembun sangat terharu mendengar ucapan Ali dan bibi Melati. Keluarga mamah memang begitu menyayangiku. Tetapi, dengan teganya aku mengecewalan mereka semua.

Di keluarga mamah aku anak yang tertua di antara Bagas, Fatimah dan Ali. Karena memang mamah anak tertua di keluarga Al-muzaky.

Di keluarga ini aku seakan mempunyai tujuan baru. Sudah ku tekadkan aku bangkit, dan akan tunjukan pada dunia kalau aku gadis kuat dan tangguh. Memang itulah aku sebelum aku menikah dengan mas Vandu.

Dulu aku gadis dingin dan cuek, hingga aku bertemu dengan mas Vandu ketika aku kuliah di Bandung. Mas Vandu yang pertama kali mengenalkan aku pada cinta. Sikapnya yang lemah lembut seperti mamah berhasil meluluhkan hati dinginku. Hingga aku benar-benar terjerat oleh cintanya. Cinta murni dan tulus dari sikapnya yang lemah lembut dan penuh cinta. Di barengi perkataan manis sebuah gombalan membuatku melambung tinggi akan rasanya jatuh cinta setiap hari. Sampai aku memberikan kepercayaan penuh hatiku ku labuhkan padanya. Hingga aku sampai lupa dan buta akan sebuah kata cinta. Nyatanya cinta itu yang menjerumuskan dan menjatuhkan aku ke dalam lembah kesakitan.

Di balik sikapnya yang lembut mas Vandu torerkan luka. Di balik sikpanya yang penyayang mas Vandu berikan penghianatan.

Cinta pertama yang memberiku rasa kepercayaan dan cinta pertama juga yang memberiku sebuah penghianatan.

Cinta yang kubangun, kepercayaan yang ku bangun semuanya hancur berkeping-keping dengan sebuah ketidak adilan.

Misris bukan! tolong jangan tertawakan aku yang buta dan bodoh karena cinta.

Semuanya sudah usai dan aku sedang berusaha mengubur kepahitan itu sedalam-dalamnya. Jadi jangan ungkitkan aku pada cinta bodoh itu.

"Sayang,"

Aku terlonjat kaget akibat tepukan yang di berikan bibi Aisyah di pundaku.

"Sudah malam, kenapa masih belum tidur? "

"Masuk, udara malam gak baik untuk kesehatan kamu. Lihat, badan kamu kurus. Nanti kamu sakit? "

"Bik, mamah pernah bilang. Jika Asma merasakan rindu, maka lihatlah bintang yang berkedip berarti tandanya rindu Asma terbalas. Tetapi kenapa Asma dari tadi melihat bintang tapi satupun tak ada bindang yang berkedip. Apa artinya mamah sama abi gak merindukan Asma!"

Bibi Aisyah hanya tersenyum membuat aku menyerngit bingung. Bibi Aisyah duduk di sampingku. Lalu menghapus cair mata di pipiku.

"Lihatlah keatas dan lihatlah baik-baik. Mamah sama abi membalas sapaan rindu kamu."

Aku menengadah keatas ketika mendengar ucapan bibi Aisyah. Bibirku bergetar dengan mata mengembun, ternyata benar apa yang bibi Aisyah katakan.

"Bibi benar, mamah sama abi membalas salam rindu Asma. Tetapi, kenapa tadi gak berkedip? "

"Karena mata ini terhalang air mata kesedihan. Coba Asma lihatnya dengan kebahagiaan. Jangan tunjukan kesedihan mamah sama abi pasti tidak menyukainya. Dan pasti mereka juga akan sedih. "

Aku mengangguk tanda mengerti dengan air mata binar kebahagiaan dan haru akan ucapan bibi Aisyah.

Ku peluk bibi Aisyah sambil menatap ke atas dimana malam ini bertaburan bintang yang berkedip-kedip seakan sedang mengodaku membuat aku tersipu malu.

Hembusan angin membelai wajahku, seakan menghapus jejak kesedihanku.

"Sekarang masuk ya, sudah semakin malam? "

Aku mengangguk setuju membuat bibi Aisyah tersenyum sambil mengelus kepalaku yang masih berbalut jilbab.

"Bibi? "

"Iya, Nak. "

"Boleh Asma tidur di pelukan bibi? "

"Boleh sayang, tapi bibi izin dulu sama suami bibi. "

"Bibi tunggu di sini, bair Asma saja yang minta izin! "

Aku langsung berlari tanpa menunggu jawaban bibi Aisyah. Aku menghela nafas melihat paman Bayu masih ada di ruang tamu bersama paman Fahmi sedang main catur.

"Paman, Bay?"

Paman Bayu dan paman Fahmi langsung berbalik membuatku tersenyum kikuk.

"Iya. Ada apa, Nak?"

"Bolehkah malam ini bibi Ais tidur sama Asma? "

"Boleh, Nak."

"Terimakasih paman, ingat paman Bay sama paman Fahmi jangan terlalu bergadang kalian sudah tua. "

Sesudah mengucapkan itu Aku langsung melesat pergi meninggalkan kedua pamanku yang sedang terkekeh, mungkin menertawakan ucapanku.

"Sudah minta izinnya? "

Tanya bibi Aisyah ketika aku baru masuk kedalam kamarku dengan senyum yang mengembang di wajahku.

"Alhamdulillah, sudah bik. Katanya boleh, "

"Yasudah, sini tidur. "

Aku langsung merangkak naik mendekat kearah bibi Aisyah. Ku peluk bibi Aisyah dengan erat bahkan kepalaku berada di dada bibi Aisyah.

Pelukan hangat membuatku teringat akan pelukan mamah. Aku semakin mempererat pelukanku. Malam ini sungguh aku seperti anak kecil yang tidak mau di tinggal pergi.

"Tidurlah, Nak. Semoga hari esok kamu sudah bisa melupakannya. Bangkitlah, hidup kamu masih panjang untuk merajut mimpi yang tertunda."

Bersambung....

Jangan lupa Like dan Vote ya say...

Terpopuler

Comments

Hanipah Fitri

Hanipah Fitri

pasti ada jalan untuk meraih kebahagiaan

2022-09-15

1

ratu adil

ratu adil

tisu woe tisu

2022-08-16

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Kejutan yang menyakitkan
2 Bab 2 Mencoba menerima
3 Bab 3 Berusaha bertahan
4 Bab 4 Bertahan atau mundur
5 Bab 5 Antara perintah suamiku atau Tuhanku!
6 Bab 6 Aku yang terbuang
7 Bab 7 Sabar dan Ikhlaskan
8 Bab 8 Ternyata aku masih lemah
9 Bab 9 Merajut mimpi baru
10 Bab 10 Bangkit
11 Bab 11 Laila kamu bisa.
12 Bab 12 Hari pertama kerja
13 Bab 13 Kesabaranku sudah habis
14 Bab 14 Semangat Laila
15 Bab 15 Prov Vandu (Kenyataan yang menyakitkan)
16 Bab 16 Prov Vandu ( Sakit sangat sakit)
17 Bab 17 Prov Vandu (Mencari)
18 Bab 18 Prov Laila (Aneh)
19 Bab 19 Terkejut
20 Bab 20 Kenapa?
21 Bab 21 Kesakitan
22 Bab 22 Penyesalan
23 Bab 23 Keputusanku!
24 Bab 24 Ketakutan
25 Bab 25 Prov Vandu ( Sesakit, sepedih dan sehancur inikah sa.. sayang,)
26 Bab 26 Prov Laila (Kenapa takdir ini begitu menyakitkan)
27 Bab 27 Bingung!
28 Bab 28 Akhir keputusanku!
29 Bab 29 Prov Andrian (Aku ingin memilikinya)
30 Bab 30 Jangan ganggu calon istriku.
31 Bab 31 Melamar
32 Bab 32 Tersenyum untuk pertama kali
33 Bab 33 Prov Laila (Gugup)
34 Bab 34 Apa benar dia suamiku?
35 Bab 35 Prov Andrian (Api dosa dan kesalahan)
36 Bab 36 Takut
37 Bab 37 Prov Laila (Apa meninggal!!!)
38 Bab 38 Belajar membuka hati
39 Bab 39 Cemas
40 Bab 40 Sudah memiliki hatiku
41 Bab 41 Dia suamiku
42 Bab 42 Cemburu!!!
43 Bab 43 Suamiku lebih baik dari pada kau!
44 Bab 44 Jatuh cinta
45 Bab 45
46 Bab 46 Prov Vandu ( Terjatuh)
47 Bab 47 Prov Andrian ( Terimakasih)
48 Bab 48 Prov Laila ( Bahagia)
49 Bab 49 Ujian apa lagi ini!!!
50 Bab 50 Menyakitkan
51 Bab 51 Berserah!
52 Bab 52 Bicara dari hati ke hati
53 Bab 53 Maaf...
54 Bab 54 Prov Andrian ( Hati yang rapuh)
55 Bab 55 Merasa bersalah
56 Bab 56 Solusi
57 Bab 57 Keputusan
58 Bab 58 Prov Laila( Hidupku adalah suamiku)
59 Bab 59 Tentang Fatimah!
60 Bab 60 Pamit, Pindah rumah
61 Bab 61 Di balik sebuah kekurangan!!!
62 Bab 62 Prov Andrian( Terimakasih bidadariku)
63 Bab 63 Entah harus bahagia atau sedih!
64 Bab 64 Prov Laila ( Yang dinanti!)
65 Bab 65 ungkapan Author
66 Bab 66 Pengumuman
67 Promosi Author
68 Promosi Author Heni
69 Promosi Author Gadis Dingin
Episodes

Updated 69 Episodes

1
Bab 1 Kejutan yang menyakitkan
2
Bab 2 Mencoba menerima
3
Bab 3 Berusaha bertahan
4
Bab 4 Bertahan atau mundur
5
Bab 5 Antara perintah suamiku atau Tuhanku!
6
Bab 6 Aku yang terbuang
7
Bab 7 Sabar dan Ikhlaskan
8
Bab 8 Ternyata aku masih lemah
9
Bab 9 Merajut mimpi baru
10
Bab 10 Bangkit
11
Bab 11 Laila kamu bisa.
12
Bab 12 Hari pertama kerja
13
Bab 13 Kesabaranku sudah habis
14
Bab 14 Semangat Laila
15
Bab 15 Prov Vandu (Kenyataan yang menyakitkan)
16
Bab 16 Prov Vandu ( Sakit sangat sakit)
17
Bab 17 Prov Vandu (Mencari)
18
Bab 18 Prov Laila (Aneh)
19
Bab 19 Terkejut
20
Bab 20 Kenapa?
21
Bab 21 Kesakitan
22
Bab 22 Penyesalan
23
Bab 23 Keputusanku!
24
Bab 24 Ketakutan
25
Bab 25 Prov Vandu ( Sesakit, sepedih dan sehancur inikah sa.. sayang,)
26
Bab 26 Prov Laila (Kenapa takdir ini begitu menyakitkan)
27
Bab 27 Bingung!
28
Bab 28 Akhir keputusanku!
29
Bab 29 Prov Andrian (Aku ingin memilikinya)
30
Bab 30 Jangan ganggu calon istriku.
31
Bab 31 Melamar
32
Bab 32 Tersenyum untuk pertama kali
33
Bab 33 Prov Laila (Gugup)
34
Bab 34 Apa benar dia suamiku?
35
Bab 35 Prov Andrian (Api dosa dan kesalahan)
36
Bab 36 Takut
37
Bab 37 Prov Laila (Apa meninggal!!!)
38
Bab 38 Belajar membuka hati
39
Bab 39 Cemas
40
Bab 40 Sudah memiliki hatiku
41
Bab 41 Dia suamiku
42
Bab 42 Cemburu!!!
43
Bab 43 Suamiku lebih baik dari pada kau!
44
Bab 44 Jatuh cinta
45
Bab 45
46
Bab 46 Prov Vandu ( Terjatuh)
47
Bab 47 Prov Andrian ( Terimakasih)
48
Bab 48 Prov Laila ( Bahagia)
49
Bab 49 Ujian apa lagi ini!!!
50
Bab 50 Menyakitkan
51
Bab 51 Berserah!
52
Bab 52 Bicara dari hati ke hati
53
Bab 53 Maaf...
54
Bab 54 Prov Andrian ( Hati yang rapuh)
55
Bab 55 Merasa bersalah
56
Bab 56 Solusi
57
Bab 57 Keputusan
58
Bab 58 Prov Laila( Hidupku adalah suamiku)
59
Bab 59 Tentang Fatimah!
60
Bab 60 Pamit, Pindah rumah
61
Bab 61 Di balik sebuah kekurangan!!!
62
Bab 62 Prov Andrian( Terimakasih bidadariku)
63
Bab 63 Entah harus bahagia atau sedih!
64
Bab 64 Prov Laila ( Yang dinanti!)
65
Bab 65 ungkapan Author
66
Bab 66 Pengumuman
67
Promosi Author
68
Promosi Author Heni
69
Promosi Author Gadis Dingin

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!