Rasa sakit yang ku rasa tadi malam, berusaha aku sembunyikan walau itu berat. Seperti biasa aku menyiapkan rasapan untuk mas Vandu.
Aku berusaha menahan rasa sakitku dengan menganggap bahwa tidak ada Vika di rumah ini. Tetapi, nyatanya aku tak bisa tak menganggapnya ada. Karena Vika memang ada dan dia sekarang menatapku horor.
"Minggir! "
"Kamu mau kemana, bak. Setiap hari bak, keluar rumah ketika mas Vandu sudah pergi?"
Cegahku tetep diam menghalangi langkah maduku yang berdandan menor selalu keluar rumah ketika mas Vandu tidak ada. Entah apa yang di lakukan Vika di luaran sana dan dia akan kembali sebelum mas Vandu pulang.
"Hey, wanita mandul. Jangan coba kau menghalangiku! "
"Aku akan tetap menghalangi jika kamu katakan mau kemana?"
"Itu bukan urusan kamu! "
"Tapi ...,"
"Minggir, dasar menyebalkan. Kau di sini istri tak di anggap, jadi jangan campuri urusanku. Ingat! jangan sampai mengadu pada mas Vandu kalau tidak aku tak segan menghancurkan hidupmu. "
Aku terdiam dengan dada bergemuruh, bukan aku takut karena ancamannya. Tetapi, aku tak menyangka karena sikap dan sifatnya.
Inikah perempuan yang selalu mas Vandu banggakan, ternyata tidak lebih dari seorang hewan.
Vika berani melangkahkan kedua kakinya keluar tanpa izin dari mas Vandu. Bukankah itu 'Nusuj' dosa. Allah dan para malaikat akan melaknat di setiap langkahnya.
Bukankah itu bagus bagiku, melaporkan pada mas Vandu kalau kelakuan istri mudanya tak lebih dari wanita menjijikan. Tetapi kenapa aku malah diam seolah tak terjadi apa-apa dan membiarkan mas Vandu terus menyakitiku.
Bodoh bukan! dan memang aku terlalu bodoh hingga tak bisa melawan dalam kesakitan yang mas Vandu berikan.
Ingin aku marah pada Vika sudah merebut hati dan perhatian mas Vandu apa lagi sampai mengataiku mandul. Itu sangat menyakitkan dan membuat jiwaku memberontak.
Mandul, itu bukan keinginanku. Bukankah setiap wanita tak mau seperti itu. Vika selalu menginjak-nginjak harga diriku aku diam. Tetapi Vika sudah menginjak harga diri suamiku, mas Vandu. Membuatku sakit dan tersakiti.
Bukankah antara suami istri adalah pakain. Yang menutupi kekurangan satu sama lain.
Harusnya aku bahagia, Vika berbuat dosa tetapi hatiku mengatakan ingin mencegahnya.
Kenapa?
Keadaan ini tak sepenuhnya salah Vika semuanya salah mas Vandu. Dia sebagai laki-laki harusnya bisa tanggung jawab dan adil. Bukankah laki-laki harus melindungi seorang istri dan menjaganya supaya tidak bersedih.
Tetapi, nyatanya mas Vandu tak melakukannya. Dia menyakitiku dan dia juga tidak tegas terhadap Vika. Jadi disini pantaskah aku menghakimi Vika seorang diri padahal awal kehancuran ini bukan datangnya Vika tetapi kerena nafsu mas Vandu yang tak bisa di tahan.
Aku memang sakit sebagai istri pertama, tetapi aku juga tidak mungkin menyalahkan semuanya pada Vika karena sesungguhnya di sini memang mas Vandu yang tak bisa tegas menjadi kepala rumah tangga.
Aku memang bukan wanita yang panatik akan poligami. Tetapi buat apa aku bertahan di sangkar ketidak adilan. Andai saja mas Vandu bisa adil dalam membagi waktu, bersikap dan yang lain untuk istri-istrinya. Mungkin aku akan sedikit menerima hadirnya wanita lain di pernikahanku. Tapi, nyatanya mas Vandu tak melakukannya.
Jadi haruskah aku menyerah dengan semuanya. Buat apa mempertahankan sesuatu jika sesuatu itu membuat kita maksiat pada Allah.
Aku memang sakit bertahan tetapi aku lebih sakit jika harus pura-pura ikhlas.
Ya rohman apa yang harus aku lakukan untuk memilik bertahan atau mundur, jerit batinku bingung. Terlalu banyak yang aku pikirkan hingga aku tak bisa mengambil keputusan yang berat ini.
Aku terus mundar-mandir di ruang tamu, sudah sore tetapi Vika belum datang. Bagimana kalau mas Vandu sudah pulang dan menanyakan Vika. Tetapi Vika tidak ada di rumah.
Bukankah itu bagus?
Bagus darimananya yang ada aku akan di fitnah seolah-olah aku mengusir Vika. Tiga bulan aku berusaha menerima kehadiran Vika dan prilaku mas Vandu sedikit banyaknya aku jadi tahu bagaimana sikap Vika yang akan selalu membalikan pakta dan nyatanya aku sendiri yang akan menjadi kemarahan mas Vandu.
Tid ...
Suara klakson mobil terdengar membuat aku langsung membuka pintu dengan tergesa-gesa. Aku sedikit bernafas lega karena Vika sudah pulang, kalau tidak aku tak tahu harus bagaimana menjelaskan pada mas Vandu.
"Siapa yang mengantar kamu pulang? "
Ucapku tegas membuat Vika menghentikan langkahnya. Ingin rasanya aku memaki dan meneriaki lagi-lagi aku tak mampuh.
"Itu bukan urusanmu! "
"Vika!!! kamu sudah keterlaluan. Seti ...,"
"Cukup!!! aku cape. Sebentar lagi mas Vandu pulang, awas jangan macam-macam kalau kau tak mau aku menyuruh mas Vandu menceraikanmu. Wanita mandul, "
Krek...
Aku menggertakkan gigiku menahan amarah, apa kesabarnku sampai disini. Aku tak terima jika di katakan mandul, kenapa Vika selalu saja mengataiku mandul dan madul. Cukup bagiku selama ini diam, mungkin aku akan sabar menghadapi sikap Vika yang seenaknya tetapi aku tak kuat jika harus di katakan wanita mandul.
Siapa perempuan di dunia ini yang ingin mandul, semuanya tidak ada dan tak akan terima jika di katakan begitu.
"Kau,... "
"Apa! memang benar bukan, kau wanita mandul hingga mas Vandu memilihku. "
Plak ...
Habis sudah kesabaranku kali ini, aku diam bukan berarti aku tak bisa melawan tapi aku tak mau berdepat dan kali ini ku tunjukan siapa diriku.
Vika menatapku tajam dengan tangan memegang sebelah pipinya yang aku tampar, aku tak peduli. Bukankah seharusnya dari awal begini.
"Kau, menamparku. Dasar wanita cacat,"
Grep ...
Vika ingin menamparku balik, tapi sayang aku berhasil mencengkal lengannya. Vika tidak tahu siapa aku sebenarnya dan dia salah berurusan denganku.
"Lepaskan, tanganku ...,"
"Tidak! sebelum kau katakan siapa yang mengantarmu."
"Hey, apa urusanmu."
"Ada! ini menjadi urusanku karena kau pulang kerumah suamiku."
"Dia temanku, "
"Teman ranjang? "
Ku lihat Vika seperti terkejut dengan ucapanku. Tetapi, dengan cepat dia merubah mukanya kembali entah kenapa.
"Kau menyakitiku,"
"Aku akan lebih menyakitimu, kare ... "
"Laila!!! "
Deg ...
Aku terkejut mendengar suara bass yang sangat aku hapal, dari suaranya aku bisa menebak kalau aku dalam bahaya.
"Ma ... "
Plak ...
Satu tamparan melayang di pipiku membuat sudut bibirku koyak. Ku tatap nanar mas Vandu yang menatapku tajam penuh kebencian dan jijik.
"Hiks,... mas. Bak Laila menyakitiku lagi, "
Sudah ku duga.
"Bak Laila juga menampar aku. Lihat ini mas, pipiku memerah hiks ...,"
Aku terhenyak mundur melihat tatapan mas Vandu yang seakan menerkamku hidup-hidup dan ku lihat Vika tersenyum tipis mengejekku membuat aku mengepalkan tangan.
"Ma.. mas bisa La ... "
Plak ...
"Beraninya kau menyakiti istriku. Dasar wanita mandul , cacat ... "
"Ma ... "
" Kau harus di beri pelajaran, sini .. "
"Mas sakit ... "
Rintihku di mana aku di seret masuk ke kamar mandi.
Plak...
"Dasar tak tahu diri. "
"Sudah untung aku masih menampungmu, wanita cacat, madul. Bahkan kau tak bisa memberiku anak, tapi kau berani menyakiti istriku dengan tangan kotormu. "
Aku hanya bisa menjerit ketika mas Vandu menampar dan mengguyurku bahkan tega membenturkan kepalaku ke baktub.
Rasa sakit tamparan dan jambakan seakan tertelan dengan rasa sakit hinaan dan cacian mas Vandu. Mungkin aku masih bisa menahan jika itu Vika yang mengucapkannya. Tetapi, ini suamiku, laki-laki yang aku cintai dan kasihi, dia tega melemparkan aku ke jurang kesakitan yang paling dalam dengan ucapannya.
Sakit ya Robbi ...
Bersambung ....
Hay kasih Like dan Vote nya dong Cinta 😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
suharwati jeni
cerai aja
2024-11-28
1
Inulsyila
ikhlas boleh, goblok jangan
2024-03-19
1
cinta semu
padahal pendidikan tinggi ...tapi mau2 ny nekat menjadi bodoh hanya Krn status istri Sholeha😁😂 harga diri mati ...Sampek di guyur air & di benturin kepala di dinding masih juga Laila belum nyadar2 juga...
2023-12-22
1