Bab 3 Berusaha bertahan

Hari-hari ku lalui kian berat aku rasakan,sanggupkah aku bertahan di dalam lembah kesakitan yang tiada henti. Setiap hari aku hanya berusaha mencoba sabar. Tetapi lagi-lagi Allah mengujiku melihat kemesraan suami dan maduku tanpa peduli aku. Seakan mereka menganggap aku tidak ada di rumah ini.

Salahkah aku cemburu? Aku rasa tidak. Aku merasa cemburu dengan apa yang mas Vandu lakukan di hadapanku.

Hari ini memang hari libur jadi mas Vandu tidak masuk kantor tetapi menghabisi waktunya dengan menonton. Jika denganku mungkin rasa sakitku sedikit terobati, tapi maduku seakan tidak memberi celah sedikit pun untuk aku dekat dengan suamiku. Maduku selalu berusaha menjauhkan aku dari suamiku, dan tidak membiarkan aku mengobrol walau hanya sebentar.

“Mas, filmnya lucu ya,”

“Ha…ha… “

Aku hanya bisa meremas dadaku yang kian sesak melihat tawa mas Vandu dengan maduku menonton Film kartun kesukaanku. Bahkan mas Vandu begitu tega menonton kartun itu dengan madunya tanpa peduli aku.

Aku putuskan lebih baik masuk kedalam kamar dan menguncinya dari pada harus melihat dan mendengar kemesraan suamiku dan maduku. Mau sampai kapan? Aku harus begini.

Di mana hak aku sebagai istri pertama? sudah tiga bulan semenjak kedatangan Vika aku semakin tersisihkan. Jika saja mas Vandu bisa bersikap adil, mungkin rasa sakitku tidak sedalam ini. Aku merasa di bohongi, di hianati dan di campakan.

Bahkan aku sekarang merasa bukan istri mas Vandu lagi melainkan hanya seorang pembantu yang membereskan rumah, menyiapkan makanan tanpa mas Vandu beri aku nafkah.

“Ya allah sesakit inikah?” lilirku mengigit bibir bawahku sambil memukul-mukul dadaku sesak.

Rasanya aku sudah tidak kuat lagi harus menahan kesakitan yang setiap hari kian menggerogoti.

Haruskah aku bertahan? mau sampai kapan? bukankah kesabaran ada batasnya.

Aku hanya mahluk lemah, entah sampai kapan aku akan bertahan dengan kesakitan ini.

Bahkan semenjak bak Vika masuk kerumah ini, mas Vandu sama sekali tak merilikku. Nafkah lahir dan batin tidak aku dapatkan semenjak mas Vandu membawa Vika kerumah ini. Rasanya aku ada tapi tak di anggap sama sekali. Bak patung yang tinggal terwujud namun terasa tak ada, bahkan di sapapun tidak.

Ingin melawan tapi apalah daya, aku selalu menjungjung dan menghormati mas Vandu sebagai suamiku tetapi nyatanya mas Vandu seakan lupa akan kewajibannya kepadaku.

Aku di campakan, di hempaskan dan di buang dari hati dan pikiran mas Vandu. Tidak ada lagi Vandu yang lembut, penuh kasih dan cinta yang selalu mas Vandu berikan padaku.

Tatapan itu kini seakan membenci dan mencemoohku.

Tak terlintas sedikitpun dalam pikiranku mas Vandu akan mempoligami aku. Tutur katanya yang lembut, perhatian dan penuh kasih tak memperlihatkan sedikit pun mas Vandu akan mendua. Tatapi, sikap lembut itu hanya kedok menutupi kesalahannya.

Aku tidak pernah mempersalahkan mas Vandu berpoligami tapi yang aku permasalahkan ketidak adilannya dalam memimpin dan bersikap pada istri-istri nya.

Jika tak bisa adil buat apa berpoligami, hanya mendatangkan satu dosa ke dosa lain.

Bukankah dosa seorang suami menyakiti istrinya, lantas kenapa mas Vandu tega hanya karena alasan aku tidak punya anak. Apa kesempurnaan rumah tangga di ukur karena adanya anak. Bukankah pernikahan kami baru menginjak lima tahun. Lantas bagaimana penantian nabi Jakaria menanti hadisnya seorang anak selama enam puluh tahun. Bukankah perjalanan masih panjang, kenapa kamu tak mau bersbar, Mas. Tapi kamu malah menghadirkan luka yang teramat dalam dan kian melebar.

"Laila ..., "

Deg...

Aku terlonjat kaget mendengar teriakan mas Vandu. Buru-buru ku usap air mataku yang dari tadi keluar. Ku tarik nafas sebelum aku membuka pintu.

"Ada apa, Mas? "

"Setrikakan baju ini, aku akan makan malam di luar dengan Vika, "

"Apa mas tidak mengajakku? "

"Tidak! kau jaga rumah saja, "

Ya Robbi ini sakit sangat sakit dan sakit, dada ini sesak dan perih. Kenapa kau berikan aku takdir ini.

Tubuhku merosot dengan lelehan bening terus memaksa keluar menodai pipiku. Ku remas dadaku sesak bak terhempit batu besar membuatku lemah.

Rasa sakit ini kian menganga bak segenggam garam yang mas Vandu taburkan di hatiku yang luka. Membuat luka ini yang belum sempat ku obati bertambah luka lain. Bagaimana aku mengobatinya sedang tak ada obat yang bisa ku gunakan untuk mengobatinya.

Aku hanya bisa menggigit bibir bawahku menatap nanar kemeja yang mas Vandu berikan hanya untuk di setrika dan akan keluar nanti malam. Makan malam tanpa mengajakkku.

Bukankah ada Vika, kenapa harus aku! selama ini Vika bak nyonya di rumah ini. Tidak mengerjakan apa pun pekerjaan di rumah ini. Bukankah dia juga istri suamiku. Lantas kenapa aku yang harus mengerjakan semuanya.

Bukankah aku istrinya? kenapa aku di perlakukan seperti pembantu? mas Vandu begitu tega menyuruhku menjaga rumah sedangkan dirinya akan pergi dan bersenang-senang meninggalkan istri satu istri yang kesakitan.

Aku juga istrimu Mas, aku berhak ikut. Jangan kau perlakukan aku seperti ini, ini sangatlah menyakitkan. Haruskah aku terus baertahan atau aku menyerah.

Jika saja perceraian tak membuat Allah murka, sendari pertama sudah ku minta. Tapi, nyatanya aku terlalu takut akan siksaannya.

Namun, aku juga salah, jika bertahan hanya untuk berjuang sendiri. Namun, aku juga salah, jika berpura-pura ikhlas nyatanya hati ini memberontak.

Allahu rohman, ya rohim inikah kasih sayang-Mu. Berikan aku petunjuk untuk melewati semua ini. Genggam hati ku supaya aku kuat untuk menerima takdir-Mu. Ya mukolibal kulub, bukakanlah hati mas Vandu supaya tidak terus terjerumus dalam lubang kemaksiatan, jerit batinku.

"Laila ikhlas ya Robb"

Gumamku bergetar sambil menggerakan tanganku menyetrika baju mas Vandu.

Jadikan ini ladang pahala untuk mencapai ridho-Mu.

Jika mas Vandu menyakitiku, jangan buat aku menyakitinya. Jika mas Vandu menelantarkan aku, jangan buat aku menelantarkannya. Jika mas Vandu tak menganggap aku istrinya lagi, jangan jadikan aku tak menganggapnya. Karena aku tak mau ketika aku menghadap-Mu diri ini dalam keadaan kotor. Kuat kan hati dan jiwa ini ya Robbi, sampai dimana titik Kau sendiri yang menyuruh aku berhenti.

Karena aku percaya Kau maha melihat dan maha mendengar di setiap tarikan nafas permohonanku. Tentramkan hati ini di setiap kesakitan, tak ada pembelaan ku karena aku sadar aku bukan mahluk suci.

Ada kalanya aku menangis, ada kalanya aku marah, ada kalanya aku kecewa, ada akalanya aku tak terima, ada kalanya aku menyerah.

"Di saat aku lelah, semoga mas Vandu suatu saat nanti tak mencariku. Jika kedatangan mas Vandu hanya membuat luka kembali. Atau mas Vandu sendiri yang akan membuangku, di saat itu jangan pungut aku kembali jika kau masukan aku kembali kedalam sangkar yang sama."

Ku hentikan goresan pena di atas kertas dengan tangan gemetar menulis untaian kalimat terakhir.

Bersambung....

Like dan Vote Cinta 😘

Terpopuler

Comments

Nuraeny Prince's

Nuraeny Prince's

itu namanya perempuan bodoh laila...

2024-12-01

1

Yuni Ngsih

Yuni Ngsih

satu kata buat si Pandu Biadab ,....pasti Allah akan membalasnya...🤲 ...semangat Laila & sabar carilah pekerjaan yg sesuai dengan Pendidikanmu ...💪💪💪

2025-04-15

1

Linda Agustina Wardhana

Linda Agustina Wardhana

bodoh di pelihara

2025-04-09

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Kejutan yang menyakitkan
2 Bab 2 Mencoba menerima
3 Bab 3 Berusaha bertahan
4 Bab 4 Bertahan atau mundur
5 Bab 5 Antara perintah suamiku atau Tuhanku!
6 Bab 6 Aku yang terbuang
7 Bab 7 Sabar dan Ikhlaskan
8 Bab 8 Ternyata aku masih lemah
9 Bab 9 Merajut mimpi baru
10 Bab 10 Bangkit
11 Bab 11 Laila kamu bisa.
12 Bab 12 Hari pertama kerja
13 Bab 13 Kesabaranku sudah habis
14 Bab 14 Semangat Laila
15 Bab 15 Prov Vandu (Kenyataan yang menyakitkan)
16 Bab 16 Prov Vandu ( Sakit sangat sakit)
17 Bab 17 Prov Vandu (Mencari)
18 Bab 18 Prov Laila (Aneh)
19 Bab 19 Terkejut
20 Bab 20 Kenapa?
21 Bab 21 Kesakitan
22 Bab 22 Penyesalan
23 Bab 23 Keputusanku!
24 Bab 24 Ketakutan
25 Bab 25 Prov Vandu ( Sesakit, sepedih dan sehancur inikah sa.. sayang,)
26 Bab 26 Prov Laila (Kenapa takdir ini begitu menyakitkan)
27 Bab 27 Bingung!
28 Bab 28 Akhir keputusanku!
29 Bab 29 Prov Andrian (Aku ingin memilikinya)
30 Bab 30 Jangan ganggu calon istriku.
31 Bab 31 Melamar
32 Bab 32 Tersenyum untuk pertama kali
33 Bab 33 Prov Laila (Gugup)
34 Bab 34 Apa benar dia suamiku?
35 Bab 35 Prov Andrian (Api dosa dan kesalahan)
36 Bab 36 Takut
37 Bab 37 Prov Laila (Apa meninggal!!!)
38 Bab 38 Belajar membuka hati
39 Bab 39 Cemas
40 Bab 40 Sudah memiliki hatiku
41 Bab 41 Dia suamiku
42 Bab 42 Cemburu!!!
43 Bab 43 Suamiku lebih baik dari pada kau!
44 Bab 44 Jatuh cinta
45 Bab 45
46 Bab 46 Prov Vandu ( Terjatuh)
47 Bab 47 Prov Andrian ( Terimakasih)
48 Bab 48 Prov Laila ( Bahagia)
49 Bab 49 Ujian apa lagi ini!!!
50 Bab 50 Menyakitkan
51 Bab 51 Berserah!
52 Bab 52 Bicara dari hati ke hati
53 Bab 53 Maaf...
54 Bab 54 Prov Andrian ( Hati yang rapuh)
55 Bab 55 Merasa bersalah
56 Bab 56 Solusi
57 Bab 57 Keputusan
58 Bab 58 Prov Laila( Hidupku adalah suamiku)
59 Bab 59 Tentang Fatimah!
60 Bab 60 Pamit, Pindah rumah
61 Bab 61 Di balik sebuah kekurangan!!!
62 Bab 62 Prov Andrian( Terimakasih bidadariku)
63 Bab 63 Entah harus bahagia atau sedih!
64 Bab 64 Prov Laila ( Yang dinanti!)
65 Bab 65 ungkapan Author
66 Bab 66 Pengumuman
67 Promosi Author
68 Promosi Author Heni
69 Promosi Author Gadis Dingin
Episodes

Updated 69 Episodes

1
Bab 1 Kejutan yang menyakitkan
2
Bab 2 Mencoba menerima
3
Bab 3 Berusaha bertahan
4
Bab 4 Bertahan atau mundur
5
Bab 5 Antara perintah suamiku atau Tuhanku!
6
Bab 6 Aku yang terbuang
7
Bab 7 Sabar dan Ikhlaskan
8
Bab 8 Ternyata aku masih lemah
9
Bab 9 Merajut mimpi baru
10
Bab 10 Bangkit
11
Bab 11 Laila kamu bisa.
12
Bab 12 Hari pertama kerja
13
Bab 13 Kesabaranku sudah habis
14
Bab 14 Semangat Laila
15
Bab 15 Prov Vandu (Kenyataan yang menyakitkan)
16
Bab 16 Prov Vandu ( Sakit sangat sakit)
17
Bab 17 Prov Vandu (Mencari)
18
Bab 18 Prov Laila (Aneh)
19
Bab 19 Terkejut
20
Bab 20 Kenapa?
21
Bab 21 Kesakitan
22
Bab 22 Penyesalan
23
Bab 23 Keputusanku!
24
Bab 24 Ketakutan
25
Bab 25 Prov Vandu ( Sesakit, sepedih dan sehancur inikah sa.. sayang,)
26
Bab 26 Prov Laila (Kenapa takdir ini begitu menyakitkan)
27
Bab 27 Bingung!
28
Bab 28 Akhir keputusanku!
29
Bab 29 Prov Andrian (Aku ingin memilikinya)
30
Bab 30 Jangan ganggu calon istriku.
31
Bab 31 Melamar
32
Bab 32 Tersenyum untuk pertama kali
33
Bab 33 Prov Laila (Gugup)
34
Bab 34 Apa benar dia suamiku?
35
Bab 35 Prov Andrian (Api dosa dan kesalahan)
36
Bab 36 Takut
37
Bab 37 Prov Laila (Apa meninggal!!!)
38
Bab 38 Belajar membuka hati
39
Bab 39 Cemas
40
Bab 40 Sudah memiliki hatiku
41
Bab 41 Dia suamiku
42
Bab 42 Cemburu!!!
43
Bab 43 Suamiku lebih baik dari pada kau!
44
Bab 44 Jatuh cinta
45
Bab 45
46
Bab 46 Prov Vandu ( Terjatuh)
47
Bab 47 Prov Andrian ( Terimakasih)
48
Bab 48 Prov Laila ( Bahagia)
49
Bab 49 Ujian apa lagi ini!!!
50
Bab 50 Menyakitkan
51
Bab 51 Berserah!
52
Bab 52 Bicara dari hati ke hati
53
Bab 53 Maaf...
54
Bab 54 Prov Andrian ( Hati yang rapuh)
55
Bab 55 Merasa bersalah
56
Bab 56 Solusi
57
Bab 57 Keputusan
58
Bab 58 Prov Laila( Hidupku adalah suamiku)
59
Bab 59 Tentang Fatimah!
60
Bab 60 Pamit, Pindah rumah
61
Bab 61 Di balik sebuah kekurangan!!!
62
Bab 62 Prov Andrian( Terimakasih bidadariku)
63
Bab 63 Entah harus bahagia atau sedih!
64
Bab 64 Prov Laila ( Yang dinanti!)
65
Bab 65 ungkapan Author
66
Bab 66 Pengumuman
67
Promosi Author
68
Promosi Author Heni
69
Promosi Author Gadis Dingin

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!