Semalaman menangis membuat mataku bengkak, kulihat wajahku di depan cermin dengan senyum kepiluan.
Huh…
Ku tarik nafas dalam-dalam dan membuangnya secara kasar, aku berusaha menerima takdir diriku yang harus di madu,walau aku tahu hati ini begitu sakit. Entah sampai kapan aku akan bertahan dengan kesakitan ini. Keikhlasan coba ku tanamkan walau berat dan sulit, aku hanya takut,… takut hilang kendali yang membuat Allah membenciku. Mungkin hatiku memang sakit.Sakit yang teramat yang tidak bisa ku gambarkan. Tetapi, aku jauh lebih takut dari pada kesakitan itu Ketika allah membenciku dengan ke tidak ikhlasan aku menerima takdir darinya.
Aku hanya terlalu takut, jika Nabiku tak menganggap lagi diriku sebagai umatnya ketika Aku tidak menerima suamiku mempoligami diriku. Aku terlalu takut akan ancaman Robb ku. Bagaimana mungkin hati ini tidak sakit, tentu itu sakit jangan pernah di tanya lagi. Tetapi, ketakutan ku pada Nabi dan Robb ku jauh lebih besar hingga aku memilih sabar dan ikhlas atas segalanya. Biarlah Allah yang memutar skenario hidupku.
Aku masih ingat guruku pernah berkata salah satu hadis Rosulullah Salallahi Alaihiwasalam " Uhia Mussa As bin Imran As, Ya Mussa :Man Lam Yardho Bikodoi Walam Yasbir Ala Bala'i Walam Yasykur Bini'mai Falyahkruj Min Baini Ardi Wassama'i Wal Yathlub Lahu Robban Sawa'i ( Allah SWT Memberi wahyu pada nabi Musa AS, Allah berkata : Ya Musa, Siapa pun ada orang yang tidak ridho akan kodho, tidak sabar dalam ujian, dan tidak bersyukur atas nikmat maka Allah mengancam akan mengeluarkan orang itu di antara bumi dan langit dan akan menyuruh orang itu mencari Tuhan selain Allah)".
Di dunia ini aku sudah tidak punya siapa-siapa lagi, Abi meninggal ketika aku masih kuliah dan Umi meninggal satu tahun lalu ketika umi tahu kalau aku menyembunyikan sebuah masalah! Hingga membuat jantung umi kambuh dan langsung meninggal di tempat.
Mengingat itu membuatku semakin sakit yang teramat, mas Vandu orang yang aku berusaha lindungi dari fitnah dan berujung membuat umiku meninggalkan aku untuk selama-lamanya. Namun, nyatanya orang yang begitu aku lindungi dan sayangi nyatanya tega menolerkan luka yang teramat besar.
Aku pikIr kepergian orang tuaku akan membuat aku baik-baik saja, karena aku percaya mas Vandu akan selalu ada buat aku, tetapi nyatanya aku salah besar, orang yang berusaha aku lindungi malah menyakitiku sedalam ini. Tidak ada lagi harapan dari mas Vandu, cintanya sudah terbagi membuat aku merasa sendirian di dunia ini.
Ketika orang lain pergi dan berkhianat, sekarang aku baru sadar bahwa Allah tidak pernah pergi. Harapanku sekarang hanya satu, ridho Allah. Itulah yang akan menjadi kekuatanku mencoba menerima takdir ini.
“Bismilahirohmannirihim ...,”
Ku ucapkan basmalah memulai aktivitasku,walau hatiku sakit tetapi aku berusaha tetap melakukan kewajibanku sebagai seorang istri,biarlah mas Vandu yang berbuat dosa menyakitiku tetapi aku tidak mau melakukan dosa yang sama , dengan tidak melakukan kewajibanku sebagai seorang istri.
Biarlah ku serahkan semuanya pada Allah masalah hidup dan hatiku. Cukup mas Vandu menyakitiku, tetapi aku tidak mau mengundang murka Allah Ketika aku tidak melakukan tugasku.
Ku siapkan sarapan pagi dengan mencoba ikhlas, walau bagaimana pun mas Vandu suamiku yang harus ku hormati dan layani.
Bibirku berusaha tersenyum melihat mas Vandu dan istri barunya baru keluar dari kamar tamu, semalam memang mas Vandu membawa istri barunya kedalam kamar tamu karena kamar utama aku yang menempati tepatnya kamar yang ada di lantai atas.
“Sarapan mas, mba?”
Aku berusaha mencoba tersenyum menyapa suami dan maduku walau hatiku terasa di remas-remas melihat kemesraan mereka di hadapanku.
Aku juga istrimu, mas. Aku mencoba ikhlas tapi di mana ke adilanmu? Jerit batinku Ketika aku harus menyaksikan mas Vandu menyuapi istri barunya tanpa peduli dengan diriku. Ku gigit bibir bawahku mencoba menahan segala rasa yang bergejolak di hatiku sambil berusaha menelan masakanku sendiri yang bagai pil pahit.
“ Laila?”
“Iya, mas” hatiku terasa terobati ketika mas Vandu memanggil namaku. Aku berusaha tersenyum manis menatap dirinya walau aku tahu istri barunya dari tadi menatapku sinis, tetapi aku tidak puduli.
“Bereskan barang-barangmu yang ada di kamar, mulai sekarang Vika yang akan menempati kamar utama dan kamu di kamar bawah!”
Duarrr …
Bagai sekedip mata panah melesat dari busurnya tepat menancap di jantungku mendengar apa yang mas Vandu ucapkan, sungguh sangat, sangat menyakitkan tiada henti. Bibirku bergetar dengan mata yang sudah mengembun menatap sendu mas Vandu yang seakan tidak merasa beralah sama sekali.
“Laila tidak mau, mas!”
Prang…
“Kau, berani membantah hah…, bereskan sekarang juga atau …, aku akan menceraikanmu?”
Deg…
Lagi-lagi hatiku harus di jatuhkan kedalam lembah kesakitan, tidak cukupkah mas Vandu menyakitiku dengan ucapannya yang sangat sangat di benci Allah.
“Mas, kamu sadar dengan ucapan kamu?”
“Ya! Dan pilihan ada di tangan kamu?”
Aku terdiam menatap penuh kekecewaan, sakit dan marah pada mas Vandu yang seakan berubah. Tidak ada lagi mas Vandu yang penyayang dan lemah lembut. Bahkan tidak pernah sekali pun mas Vandu berkata kasar dan tinggi. Tetapi, sekarang jiwanya seakan hilang arah dan entah siapa laki-laki yang ada di hadapanku ini.
Ya Allah sakittt ...
Ku lilik istri barunya yang tersenyum puas menertawakan penderitaan ku, ingin rasanya aku mencekik lehernya dan menghancurkan muka sok polosnya, tetapi aku masih waras dan ingat akan dosa.
“Baiklah, aku akan mengalah!”
“Bagus!”
“ Dasar mandul!”
“Sudah sayang, jangan menyakitinya dengan menjuluki dia mandul,”
Tanganku mengepal erat mendengar kata menyakitkan itu, ingin sekali aku merobek mulut busuknya. Tetapi, lagi-lagi aku hanya bisa diam.
“Bukan maduku yang menyakitiku, mas. Tetapi kamu! tidak sadarkah kamu dengan ucapan kamu sendiri!”
Gumamku lilir sambil memandang kesetiap sudut yang ada di kamar ini. Begitu banyak kenangan di kamar ini yang aku lalui bersama mas Vandu.
Lima tahun kita membangun istana kebahagian nyatanya dengan waktu yang semalam suamiku hancurkan. Sudah tidak ada lagi kepingan harapan-harapan yang kita bangun semuanya hancur dan terhapuskan ketika suamiku membawa Wanita lain ke istana kami.
Sekali lagi ku pandangi setiap sudut kamar ini dengan dada sesak, cairan bening terus saja keluar tanpa bisa ku hentikan.
“Ya Allah, Laila tahu! kau ada Bersama Laila, jika iya! Kuatkanlah hati Laila untuk menjalani kerikil-kerikil menuju jalan keridhoanmu, ikhlaskan hati Laila, halnya kau kuatkan hati syaidah Aisyah bintu Abu Bakar As-sidik ketika Rosulullah menikah lagi. Yakinkan hati Laila bahwa ketetapanmu jauh lebih indah dari pada kesakitan hati ini”
“Mas, jika menikah lagi membuatmu bahagia, Laila ikhlas. Namun, jika kamu mengetahui yang sebenarnya, apa kamu bisa menyembuhkan hati yang sudah kau hancurkan!”
“ Semoga kamu cepat sadar, mas. Ingat! Jangan biarkan syetan menertawakan kebodohan nafsumu dan Laila yakin nafsu itu suatu saat nanti yang akan menghancurkan harapanmu sendiri! Masalah anak, tidak bisakah kita mengadopsi saja?”
Aku menatap nanar kamar yang sudah memberikan kenangan manis dan pahit itu, hingga ku langkahkan kedua kakiku keluar kamar dengan membawa sisa barang-barangku, karena sebagian sudah beres.
Buat apa kau ucap janji jika harus di ingkari, Mas. Jerit bantinku benar-benar sakit dan perih meningalkan kamar penuh kenangan itu.
Bersambung...
Jangan lupa
Like dan Vote ya cinta.... 😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
suharwati jeni
kuat bgt sih km laila
2024-11-28
1
cinta semu
smg Laila punya teman atau setidaknya orang yg bisa menyadarkan hati & pikiran ny ...bukan apa ...nih suami singing banget ...g suka langsung cerai 😁😂 pergi Laila cukup suami u aja yg kesurupan ..
2023-12-22
1
ratu adil
kira2 apa yg d smbunyikan oleh laila..apa yg mndul itu vandu jka iya dia tega mnykiti wnita yg trima dia apa adax dmi nfsu
2022-08-16
1