Tidak ada yang lebih buruk dari merasakan patah hati, terlebih karena cinta. Mungkin terdengar berlebihan, namun begitulah setidaknya yang aku rasakan ketika seseorang yang aku cintai pergi dari hidup ku. Dan lebih parahnya dia membuangku.
Bagaimana dengan kalian???
Cinta memang terkadang berbahaya. Rasa sakitnya begitu terasa meski tak terlihat. Namun itulah yang ditawarkannya di awal. Ketika aku jatuh cinta, peluang untuk mendapatkan kebahagiaan dan rasa sakit berimbang di antara keduanya.
Aku juga sadar, bahwa seberapa pun hancurnya hati, dunia tidak akan berhenti karena kesedihan yang aku alami. Ketika aku merenungkan kesedihan karena cinta, baru aku menyadari akan suatu hal tentang kehidupan, bahwa hidup harus terus berjalan.
Itu tentu, membuat aku teringat akan ucapan Amira. Jika ingin aku berhenti merasakan sakit maka aku harus belajar ikhlas dan sabar.
Namun, memulihkan hati yang patah memang membutuhkan waktu. Seiring rasa sakit yang mereda, tubuh dan otak akan saling mendukung bersama hati mencari cara untuk move on. Karena setiap kali hati hancur, ada sebuah pintu yang terbuka untuk menuju awal yang baru, aku yakin itu dan aku butuh waktu untuk merajut asa yang telah hancur. Karena Allah jauh lebih tahu apa yang kita rasakan.
Karena terlalu mencintai membuat aku lupa akan, Cinta itu selalu beriringan dengan luka dan kesakitan.
Cinta itu luka, cinta itu sakit, cinta itu berkorba dan cinta itu memberi.
Karena cinta kita selalu bahagia sampai lupa kalau ada luka dan kesakitan yang tersembunyi.
Cinta itu selalu berkorban sampai kita lupa bahwa ada kecewa di baliknya.
Cinta itu selalu membuat kita memberi sampai kita lupa kalau ada ketidak adilan.
Bukankah cinta itu fitrah, kenapa harus ada luka dan kesakitan yang beriringan. Karena cinta yang kita miliki hanya cinta mahluk bukan kholik.
Antara cinta mahluk dan kholik itu berbeda. Cinta Kholik itu sempurna tidak ada kesedihan ataupun kesengsaraan. Semuanya murni kebahagiaan, bahagia yang selalu mengitari kita.
Sedang cinta mahluk hanya ada kesakitan dan kesengsaraan karena cinta itu tidak sempurna. Tidak sempurna karena cinta kita sudah tercampur oleh nafsu.
Nafsu amaraoh yang selalu menjerumuskan kita pada kesalahan dan kesakitan. Jadi siapakah di sini yang harus kita salahkan. Bukankah aku yang salah yang menempatkan cinta tiada batas sampai aku lupa bahwa orang yang aku cintai menyakitiku sedemikan rupa. Menghancurkan hidupku tanpa sisa, hingga meninggalkan trauma yang begitu dalam.
Cinta itu membuat aku lupa akan peringatan yang telah Rosulullah ucapkan.
Rasulullah SAW bersabda:
Cintailah kekasihmu sewajarnya saja karena bisa saja suatu saat nanti ia akan menjadi orang yang kamu benci. Bencilah sewajarnya karena bisa saja suatu saat nanti ia akan menjadi kekasihmu." - Hadits riwayat At-Tirmidzi
Dan kini aku mengalami dan merasakannya. Dulu mas Vandu adalah laki-laki sempurna yang begitu aku cintai hingga aku lupa bagaimana caranya mencintai diriku sendiri. Hingga aku harus di tampar dan lempar oleh pengkhianatan dan ketidak adilan.
Sedih! tentu
Kecewa! iya
Marah! berusaha aku tahan, bukan aku tak mau membalas hanya saja biarlah Allah yang membalasnya. Bukankah Allah hakim yang paling adil. Aku bisa saja membalas perbuatan mas Vandu dengan cara melaporkannya kepolisi. Karena sudah menghancurkan mental dan batinku, bahkan mas Vandu tak memberiku nafkah lahir batin di tambah adanya kekerasan rumah tangga (KDRT) tentu akan memberatkan mas Vandu.
Tetapi sayang aku tak melakukannya, karena aku tahu mas Vandu akan sangat mudah bebas dengan kuasa dan jaringan yang dia miliki di pengadilan. Bukan aku pasrah atau menyerah. Bukankah balasan Allah lebih baik dari pada balasan yang kita buat.
Bukan aku wanita naif, tetapi aku percaya akan karma dan balasan Allah kepada orang-orang dzalim.
Doakan saja supaya aku kuat dan sabar menerima takdirku.
Setetes air mata keluar membasahi pipiku, ketika aku menginjakan kakiku di halaman rumah kedua orang tuaku. Rumah yang yang terakhir aku pijak satu tahun lalu ketika mamah meninggal.
"Are you ok? "
Aku hanya mengangguk menanggapi pertanyaan Amira.
Sudah satu minggu paska aku sadar dari koma, aku memutuskan pulang kerumah peninggalan kedua orang tuaku. Untung saja rumah ini tak jadi aku jual, kalau tidak mau pulang kemana aku dalam keadaan begini. Pulang ke paman dan bibiku, sungguh aku tidak berani. Aku terlalu malu menampakan diriku pada mereka setelah apa yang aku lakukan dulu.
Andai saja aku menuruti keinginan kedua orang tuaku untuk berpisah. Mungkin, kejadian menyakitkan ini tidak akan terjadi padaku.
Nasi sudah menjadi bubur, itu kenyataan yang harus aku telan.
"Terimakasih banyak Ra, Bang? "
Ucapku tulus pada Amira dan bang Arman yang selama ini membantu dan membiyayai pengobatanku. Jika saja Allah tak kirimkan mereka entah apa yang terjadi pada diriku.
"Jangan sungkan, kamu sudah saya anggap adikku sendiri. Iya kan sayang?"
"Betul, La. Jadi jangan sungkan. Jika ada apa-apa kamu hubungi aku, insyaallah aku siap membantu."
"Terimakasih ya Allah, kau kirimkan dua malaikat membantu hamba."
"Kamu bisa aja, La. Emmz apa kamu tidak apa-apa tinggal sendiri di sini. Aku takut kamu kenapa-napa?"
"Insyaallah tidak akan ada yang terjadi padaku. Ada Allah yang akan selalu melindungiku."
"Amin. Ingat ya, jangan terus bersedih karena kesedihan tidak akan membuat masalah selesai."
"Siap bu bos, semoga Allah selalu melimpahkan rahmat pada keluarga kalian."
"Amin, Tabarakallah."
"Ini ada sedikit uang untuk kebutuhan kamu, sebelum kamu masuk kerja."
Ya Allah sungguh mulya hati Amira, entah terbuat dari apa hatinya yang Kau ciptakan. Kebaikannya sungguh tak terhitung. Gadis cantik, sholehah dan dermawan. Entah dengan cara apa aku membalas kebaikannya. Sedang aku tak punya apa-apa. Hanya rumah peninggalan kedua orang tuaku harta satu-satunya yang ku miliki.
" Jika aku berkesempatan berumur panjang, semoga Allah memudahkan aku bisa membalas kebaikanmu."
"Amin,"
"Yasudah, La. Kita pamit ya, semoga kamu cepat sembuh."
"Amin, terimakasihnya. Hati-hati di jalan, titip salam buat umi sama abi. "
"Insyaallah, Waalaikumsalam."
Ku tatap sendu kepergian sahabatku dan suaminya. Hingga aku kembali menutup pintu ketika mobil bang Arman sudah menghilang di balik gerbang.
Ku jatuhkan tubuhku di balik pintu dengan air mata yang kembali keluar.
Ternyata aku masih lemah, aku tidak sekuat itu untuk berkata baik-baik saja. Ternyata aku rapuh untuk menerima kenyataan yang ada.
Apa kabar mas Vandu?
Bahagiakah sekarang kamu diatas luka dan penderitaanku.
Atau kamu sama sepertiku yang begitu hancur.
Entahlah, apa aku harus mengutuk atau membiarkan kamu senang, mas Vandu.
*Tidak ada kasih, selain kasihmu. Tidak ada cinta selain cintamu. Tidakkah ada yang yang paling sempurna memberi cinta selain Engkau ya Rob.
Genggam hati ini dan kuatkan*.
Bersambung...
Jangan lupa Like dan Vote ya Say
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
suharwati jeni
ceritanya bagus n religi
2024-11-28
1
amalia gati subagio
habus2, hingga membuang harkat martabat, jd murahan & memutus urat malu... itu bkn cinta! itu obsesi! cinta & obsesi beda setipis kulit bawang bombay🤓
2023-03-24
1
Hanipah Fitri
Allah yg akan membalaskan kesakitanmu
2022-09-15
1