Bagai di sambar petir di siang bolong, aku di kejutkan oleh sebuah pakta. Pakta yang tidak bisa aku percaya tetapi bukti itu begitu nyata. Sangat nyata sehingga aku bingung harus melakukan apa.
Jiwaku mendidih dengan tangan mengepal erat. Mataku sudah memerah dengan rahang mengeras menahan gejolak luapan amarah yang siap meledak kapan saja.
Jadi selama ini aku di bohongi, di tipu. Ah ... sialan.
Apa ini nyata atau sebuah lelucon, aku menatap tajam kearah dua manusia yang sedang duduk mesra bersama anakku. Bahkan mereka terlihat seperti suami istri yang bahagia di temani putri kecilnya.
Bahkan kepalan tanganku semakin mengerat ketika mendengar sebuah pakta yang sungguh membuatku tak bisa berpikir.
Bug ... bug .... bug ...
Aku seperti orang kesyetanan menghajar laki-laki yang berani memeluk istriku. Tepatnya aku marah karena sebuah pakta yang benar-benar membuat aku sesak.
"Brengsek ...,"
Aku terus mengamuk membabibu, tidak membiarkan laki-laki itu bernafas lega atau pun membalas tinjuanku.
Sungguh hatiku hancur atas penghianatan ini, beraninya mereka berselingkuh di belakangku.
Bug...
"Enyah kau sialan!!!"
Bug...
"Brengsek ...,"
Umpatku sambil terus memujul laki-laki itu hingga tergeletak tak berdaya. Aku bangkit menatap Vika yang gemetar seperti ketakutan melihatku kembali dan mengetahui semuanya.
Andai saja aku tidak ketinggalan berkas penting untuk meeting hari ini. Mungkin aku tidak akan tahu sampai kapan mereka membodohiku.
"Kenapa sayang, takut! ayolah aku suamimu,"
Grep ...
Aku mencengkram erat pergelangan Vika sampai dia meringis. Bahkan putriku menangis karena kegaduhan yang aku buat.
Dadaku sakit ketika melihat putriku yang sedang menangis, lalu aku menatap tajam Vika.
"Katakan. Kalau Aurora putriku!!! "
Bentakku menggebu semakin mencengkram erat tangan Vika. Semuanya tidak bisa ku terima jika apa yang aku dengan adalah kenyataannya.
Plak ...
"Katakan sialan, Aurora putriku!!! hah. "
Plak ...
"Kau berani menghianatiku, membohongiku dan kau selingkuh."
"Sia ..."
Bruk ...
Sesuatu menghantam kepalaku membuat aku tersengkur. Aku menggeram sakit memegang belakang kepalaku yang mengeluarkan darah. Mataku mulai kabur tetapi telingaku masih mendengar jelas apa yang Vika dan laki-laki itu katakan.
"Dengar baik-baik sialan. Aurora memang bukan putrimu tapi dia putri kekasihku."
"Kau hanya laki-laki mandul yang aku manfaatkan dan aku bodohi. Bukan istrimu sholehahmu yang mandul tetapi kau. Cih. dasar tidak berguna."
"Kau begitu bodoh membuang istri pertamamu, terimakasih atas aset yang kau berikan."
"Sekarang kau sudah tidak berguna lagi, tinggal aku buang .. ha .. ha ... "
Ha ... ha ...
Mereka tertawa menertawakan aku membuat aku menggeram tetapi aku kepalaku terus berdenyut hingga aku tidak tahu apa yang terjadi lagi.
Sungguh aku di tipu habis-habisan, Vika menghancurkan hidupku. Penghianatan, kebohongan sungguh aku tidak terima.
Dan yang membuat aku semakin sesak, sebuah pakta. Aurora bukan putriku, bukan darah dagingku. Putri yang selama ini aku rindukan kehadirannya dia dia bukan putriku bukan darah dagingku. Kenyataan itu benar-benar tidak aku terima, semuanya bagai mimpi buruk.
Apa apa benar aku yang cacat, aku yang tidak sempurna. Jika iya! ya Tuhan aku sudah melakukan kesalahan besar sangat besar hingga aku tidak tahu harus berkata apa.
Duniaku hancur oleh kenyataan pahit ini, hatiku seakan di tikak oleh ujung pedang yang terus mengoyak hatiku. Hingga rasanya sakit dan perih.
Jadi selama ini Vika, wanita yang aku cintai, ku bela dan ku ratukan. Dia menghianati dan membohongiku selama ini. Kebahagiaan yang Vika berika ternyata itu kebohongan. Kebohongan untuk memerasku, ya Tuhan apa yang sudah aku lakukan.
Vika membuatku benar-benar terlempar kedalam jurang kesakitan yang kejam.
Akan ku balas atas apa yang aku lakukan Vika.
Apa kabar tentang Laila, apa ini yang Laila rasakan ketika aku menghianati dan tidak adil padanya.
Aku sudah melakukan kesalahan besar bahkan aku membuangnya di tengah hujan deras.
Inikah yang kamu rasakan dulu sayang, sakit sangat sakit.
"Awwsss ... "
Aku meringis memegang kepalaku yang terasa berat. Bau sampah dan bau amis meruak masuk ke indra penciumanku.
Entah dimana aku, aku masih memegang kepalaku yang sakit. Seketika bayangan kejadian pagi itu kembali terbayang di ingatanku membuat aku mengepal erat.
Apa itu nyata, atau hanya sebuah mimpi. Tetapi nyatanya itu nyata saat aku menyadari kalau aku ada di tengah tumpukan sampah bukan berada di rumahku sendiri.
Vika sialan mereka membuangku ke tempat laknat ini. Akan ku balas perbuatan kau.
Aku berusaha bangkit sambil membersihkan tubuhku dari kotoran sampah yang membuat aku jijik dan mual.
Tujuanku saat ini rumahku, aku akan membuat perhitungan padanya. Setelah dia berhasil mengambil semua aset berhargaku, membohongi, mengkhianati dan memerasku. Aku bersumpah tidak akan pernah melepaskannya. Vika harus membayar mahal apa yang dia lakukan.
Wanita yang selama ini aku putrikan ternyata tidak lebih dari sekedar rubah.
"Vika ... Vika ... keluar kau!!! "
Aku berteriak memanggil-manggil nama penghianat itu. Tetapi yang keluar bukan Vika atau laki-laki brengsek itu melainkan seseorang yang tidak aku kenal sama sekali.
"Siapa kau, kenapa ada di rumahku. Dimana Vika!!! "
"Maaf, jangan membuat keributan. Rumah ini sudah saya beli satu minggu yang lalu dari buk Vika. "
Apa! satu minggu yang lalu. Jadi selama ini aku pingsan selama itu di tempat sampah akibat hantaman di kepalaku. Sungguh wanita iblis mereka benar-benar keterlaluan.
"Kau jangan bohong, ini rumah saya. Bagaimana mungkin jadi rumah anda? "
Kekeuh ku ingin menerobos masuk tetapi beberapa penjaga menghalangiku membuat aku memberontak tak terima.
"Ini surat-surat jual belinya dan surat ini sah. Jadi sekarang saya pemilik rumah ini. "
Berkali-kali aku harus di timpa kenyataan yang ada. Vika berani menjual rumah jerih payahku bersama Laila dan Vika juga berani membuangku ketempat menjijikan. Aku bersumpah akan memburu Vika sampai keujung semut pun. Dia harus membayar apa yang aku rasakan.
Bahkan aku di seret dari rumahku sendiri oleh pemilik yang baru.
Aku terus mengamuk sepanjang jalan dan mengupat Vika tiada henti. Sampai-sampai orang-orang menganggap aku gila dengan mencemoohku dan menutup hidung mereka.
"Apa yang kalian lihat, pergi sialannnn!!! "
Amukku pada orang-orang yang memandangku jijik. Sekarang tujuanku terakhir pulang kerumah kedua orang tuaku. Apa yang harus aku katakan, semua yang aku miliki sudah habis tanpa sisa.
Air mataku memberontak keluar dari tadi tak henti-hentinya menodai pipiku.
Inikah karma ku yang sudah menelantarkan istri sebaik Laila. Inikah rasa sakit yang dia rasakan ketika aku menghianati dan menyiksanya.
"Sayang kamu dimana? maafkan aku."
"Mohon maafkan aku, kembalilah ..., "
Tak henti-hentinya aku menangis seperti anak kecil. Hatiku sakit, semuanya hancur tanpa sisa. Bahkan sumber kebahagianku dia dia bukan putri kandungku.
Benarkah selama ini aku yang cacat, aku yang tidak bisa memberiku keturunan. Lalau lalu hasil pemeriksaan itu. Apa Laila memalsukannya.
Oh Tuhan apa yang sudah aku lakukan ...
Jika iya, sungguh aku sudah membuang berlian demi sebuah batu kerikil.
Bersambung....
Jangan lupa Like dan votenya Say...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
guntur 1609
mampus kau vandu..baru tahu rasa kau
2024-05-19
0
Tining Revi
kapok pora Kowe vandu.....
2023-02-05
1
Hanipah Fitri
balasan sdh ada untuk org yg zolim
2022-09-15
0