Bab 14 Semangat Laila

Sesuai janjiku sebelum pulang aku meminta maaf pada Silvia.

Entah kenapa tadi aku benar-benar merasa emosi dengan apa yang pak tua itu lakukan.

Padahal sebelumnya aku tidak seperti ini. Mungkin karena rasa sakit yang aku terima membuat aku menjelma seperti ini.

Mungkin aku akan tunduk pada siapapun tetapi sekarang aku tidak seperti itu. Harga diriku harus aku pertahankan, karena itu memang bukan salahku. Andai saja di situ aku yang salah pasti aku akan meminta maaf langsung. Tetapi, aku hanya berusaha di singkirkan.

Cih. aku tidak butuh sanjungan dan kepercayaan atasanku. Walau aku sebenarnya penasaran siapa pemilik restoran itu.

Semenjak aku bekerja tidak pernah seklipun aku melihatnya. Hanya Bagas yang selalu datang satu minggu sekali mengecek pekembangan dan pemasukan disana.

Dret ... Drettt ...

Ponsel ku berdering tanda panggilan masuk, ku lihat siapa yang menelepon. Seketika aku tersenyum melihat siapa yang meneleponku.

"......"

"Waalaikumsalam, bibi. Ada apa? "

"......."

"Baik, bik. Apa lagi yang bibi pesan? "

"......"

"Siap, yasudah. Asma tutup ya! "

Aku menyerngit heran mengingat permintaan bibi Melati.

"Apa bibi Melati ngidam! banyak banget pesanan buah dan cemilannya? "

Aku bermonolog sendiri sambil berpikir menerka-nerka kenapa bibi Melati menyuruhku membeli banyak sekali buah. Seingatku bukankah di Mansion banyak sekali stok buah.

Tanpa pikir panjang lebih baik aku beli pesanan bibi saja.

"Pak, tolong anterin ke pasar tradisional dulu? "

"Baik, Nenk. "

Aku tersenyum geli setiap kali pak Ojol memanggilku Nenk. Rasanya seperti gimana gitu.

"Pak, tolong tunggu ya, Laila mau belanja dulu."

"Siap,"

Aku langsung masuk mencari buah yang bibi Melati pesan dan beberapa snak dan beberapa makanan untuk pak Ojol.

Sudah mendapatkan pesanan bibi Melati aku langsung balik. Rasanya aku begitu nyaman naik ojol dari pada bawa mobil sendiri. Setidaknya aku bisa berbagi dan belajar tentang kehidupan ini. Pak Ojol banyak sekali bercerita tentang kehidupannya. Membuat aku terkadang iri sesaat kemudian merasa sedih.

Walau pak Ojol hidup sederhana dengan pekerjaan sebagai Ojol tetapi pak Ojol tetap tersenyum dan bersyukur dengan keadaannya. Dan yang membuatku iri, keluarga pak Ojol begitu baik dan harmonis walau kehidupan mereka sederhana.

Pak Ojol mempunyai dua anak, satu laki-laki satu perempuan. Kedua anaknya begitu sopan dan baik. Aku masih ingat ketika tiga hari lalu aku memaksa pak Ojol ingin bersiratuhrami kerumahnya. Apalagi pak Ojol selalu bilang kalau masakan istrinya begitu enak. Ketika aku mampir kerumahnya ternyata aku sudah di sambut dan benar saja masakan buk Suci begitu enek dan pas di lidah aku.

Aku jadi ingat perkataan buk Suci waktu itu.

"Sejago-jagonya kita pintar masakan barat, jangan lupa bahwa makanan khas daerah kita jauh lebih wenak. Karena sejatinya lidah kita lidah Indonesia bukan barat. "

Aku tersenyum mengingat itu, hingga tidak terasa aku sudah sampai. Karena banyak sekali belanjaan aku menyuruh pak Ojol langsung masuk.

Biasanya aku selalu berhenti tepat di depan gerbang tetapi kali ini aku menyuruh pak Ojol masuk.

"Pak Han, kenapa muka bapak. Apa bapak habis berkelahi? "

Aku menyerngit bingung melihat muka pak Han penjaga gerbang mukanya seperti habis berantem.

"Biasa ini, Non. Tadi ada sedikit masalah. Masa copet mau ngumpet di sini, yah bapak hajar he.. he.., "

"Oh gitu, ya sudah lain kali hati-hati, Pak. "

Aku langsung masuk kedalam hari ini suasana nampak tegang terlihat dari wajah-wajah bibi dan paman. Tetapi aku tidak cukup berani bertanya. Apa lagi jawaban pak Han sedikit membuat ku tak masuk akal.

Apakaha ada sesuatu yang tidak boleh aku tahu. Tapi apa? dan kenapa? aku yakin semua orang tidak akan ada yang memberi tahu. Biar aku cari tahu sendiri apa yang sebenarnya terjadi.

"Bibi, ini pesanan bibi. "

"Terimakasih sayang. Maaf bibi merepotkan!"

"Emang, buat apa sih bik. Buah sebanyak ini? "

"Biasa bibi mau kasih anak-anak panti, "

Aku hanya memangut-mangut saja seperti benar-benar ada yang tidak beres. Mereka semua menyembunyikannya dari aku.

Pertama aku di suruh belanja banyak, pulang melihat pak Han bonyok dan sekarang bibi Melati belalasan beli buah untuk anak-anak panti. Bukankah setiap mau ke panti bibi Melati tidak akan pernah bawa apa-apa. Tetapi bibi Melati akan membawa semua anak-anak panti bermain dan memilih apa saja yang mereka suka.

Ya sudahlah aku tidak mau menerka-nerka apa yang sebenarnya berusaha mereka tutupi dari aku. Karena aku sudah merasa lelah dan ingin istirahat. Aku langsung pamit pada Bibi Melati untuk menuju kamar. Apa lagi aku belum sholat ashar.

Ku bersihkan dulu badanku sebelum sholat karena memang tubuhku lengket. Hari ini benar-benar membuat aku lelah. Apa lagi insident tadi yang benar-benar membuatku kesal.

Tidak apa-apa aku memberi pelajaran sedikit buat pak tua itu. Mengingat itu membuat aku kesal pada anaknya.

Anaknya sendari awal tidak menyukai kehadiranku bekerja di sana. Entah karena dia tidak naik jabatan atau, entahlah aku juga tidak tahu.

Atau tidak suka aku anak baru tetapi sudah di sanjung sangat tinggi. Itukan bukan salahku, salahkan saja orang yang menyanjungku. Toh aku juga tidak butuh sanjungan, aku cupa takut diriku bisa lupa diri.

Sekarang aku sudah keluar, mungkin dia senang karena tidaka ada lagi yang menyaingi masakannya.

Bodo amat aku tidak perduli akan hal itu. Yang terpenting aku sudah bebas, cuma aku kepikiran sama mba Ani. Apa aku suruh saja mba Ani bekerja di lertoran peninggalan Abi atau ku suruh mba Ani bekerja di butiq bibi Melati. Setidaknya gajihnya lebih besar untuk membantu dua adiknya yang masih sekolah.

Huh...

Memikirkan itu membuat aku sedikit pusing. Ku baringkan tubuhku di atas ranjang sambil menatap langit-langit kamarku.

Aku tidak menyangka, sudah 360 hari aku menjada. Tepatnya satu tahun aku terbuang.

Masih adakah cinta di hati ini! ku rasa masih ada. Bagaimana mungkin aku bisa secepat itu melupakan mas Vandu.

Mas Vandu cinta pertama aku tetapi dia juga laki-laki pertama yang menolerkan luka sedalam ini. Mungkin aku sudah bisa melupakannya tetapi rasa sakit ketidak adilan masih menganga di hatiku.

Tidak Laila, kenapa air mata ini masih saja keluar. Jangan bodoh! sudah cukup kamu menangisinya selama ini. Lupakan dan tata masa depan kamu sendiri.

Aku terus saja bergelut dengan pikiran dan hati nuraniku. Benar kata bibi Aisyah. Perjalanku masih panjang dan aku masih muda. Masih ada kebahagian di ujung sana yang menantiku walau aku tahu kebahagian itu hanya aku sendiri yang meraihnya tanpa di dampingi orang lain.

Siapa yang akan memungut wanita mandul! tidak ada bukan! mereka pasti berpikir dua kali untuk memungutku. Mengingat itu membuat aku menyakinkan diriku sendiri bahwa tidak akan ada sebuah pernikahan lagi di hidupku.

Sudah cukup aku merasa terhina dan terbuang. Aku tidak akan membiarkan diriku di rendahkan lagi.

Semangat Laila....

Bersambung....

Jangan lupa Like dan Votenya Say 😊

Episodes
1 Bab 1 Kejutan yang menyakitkan
2 Bab 2 Mencoba menerima
3 Bab 3 Berusaha bertahan
4 Bab 4 Bertahan atau mundur
5 Bab 5 Antara perintah suamiku atau Tuhanku!
6 Bab 6 Aku yang terbuang
7 Bab 7 Sabar dan Ikhlaskan
8 Bab 8 Ternyata aku masih lemah
9 Bab 9 Merajut mimpi baru
10 Bab 10 Bangkit
11 Bab 11 Laila kamu bisa.
12 Bab 12 Hari pertama kerja
13 Bab 13 Kesabaranku sudah habis
14 Bab 14 Semangat Laila
15 Bab 15 Prov Vandu (Kenyataan yang menyakitkan)
16 Bab 16 Prov Vandu ( Sakit sangat sakit)
17 Bab 17 Prov Vandu (Mencari)
18 Bab 18 Prov Laila (Aneh)
19 Bab 19 Terkejut
20 Bab 20 Kenapa?
21 Bab 21 Kesakitan
22 Bab 22 Penyesalan
23 Bab 23 Keputusanku!
24 Bab 24 Ketakutan
25 Bab 25 Prov Vandu ( Sesakit, sepedih dan sehancur inikah sa.. sayang,)
26 Bab 26 Prov Laila (Kenapa takdir ini begitu menyakitkan)
27 Bab 27 Bingung!
28 Bab 28 Akhir keputusanku!
29 Bab 29 Prov Andrian (Aku ingin memilikinya)
30 Bab 30 Jangan ganggu calon istriku.
31 Bab 31 Melamar
32 Bab 32 Tersenyum untuk pertama kali
33 Bab 33 Prov Laila (Gugup)
34 Bab 34 Apa benar dia suamiku?
35 Bab 35 Prov Andrian (Api dosa dan kesalahan)
36 Bab 36 Takut
37 Bab 37 Prov Laila (Apa meninggal!!!)
38 Bab 38 Belajar membuka hati
39 Bab 39 Cemas
40 Bab 40 Sudah memiliki hatiku
41 Bab 41 Dia suamiku
42 Bab 42 Cemburu!!!
43 Bab 43 Suamiku lebih baik dari pada kau!
44 Bab 44 Jatuh cinta
45 Bab 45
46 Bab 46 Prov Vandu ( Terjatuh)
47 Bab 47 Prov Andrian ( Terimakasih)
48 Bab 48 Prov Laila ( Bahagia)
49 Bab 49 Ujian apa lagi ini!!!
50 Bab 50 Menyakitkan
51 Bab 51 Berserah!
52 Bab 52 Bicara dari hati ke hati
53 Bab 53 Maaf...
54 Bab 54 Prov Andrian ( Hati yang rapuh)
55 Bab 55 Merasa bersalah
56 Bab 56 Solusi
57 Bab 57 Keputusan
58 Bab 58 Prov Laila( Hidupku adalah suamiku)
59 Bab 59 Tentang Fatimah!
60 Bab 60 Pamit, Pindah rumah
61 Bab 61 Di balik sebuah kekurangan!!!
62 Bab 62 Prov Andrian( Terimakasih bidadariku)
63 Bab 63 Entah harus bahagia atau sedih!
64 Bab 64 Prov Laila ( Yang dinanti!)
65 Bab 65 ungkapan Author
66 Bab 66 Pengumuman
67 Promosi Author
68 Promosi Author Heni
69 Promosi Author Gadis Dingin
Episodes

Updated 69 Episodes

1
Bab 1 Kejutan yang menyakitkan
2
Bab 2 Mencoba menerima
3
Bab 3 Berusaha bertahan
4
Bab 4 Bertahan atau mundur
5
Bab 5 Antara perintah suamiku atau Tuhanku!
6
Bab 6 Aku yang terbuang
7
Bab 7 Sabar dan Ikhlaskan
8
Bab 8 Ternyata aku masih lemah
9
Bab 9 Merajut mimpi baru
10
Bab 10 Bangkit
11
Bab 11 Laila kamu bisa.
12
Bab 12 Hari pertama kerja
13
Bab 13 Kesabaranku sudah habis
14
Bab 14 Semangat Laila
15
Bab 15 Prov Vandu (Kenyataan yang menyakitkan)
16
Bab 16 Prov Vandu ( Sakit sangat sakit)
17
Bab 17 Prov Vandu (Mencari)
18
Bab 18 Prov Laila (Aneh)
19
Bab 19 Terkejut
20
Bab 20 Kenapa?
21
Bab 21 Kesakitan
22
Bab 22 Penyesalan
23
Bab 23 Keputusanku!
24
Bab 24 Ketakutan
25
Bab 25 Prov Vandu ( Sesakit, sepedih dan sehancur inikah sa.. sayang,)
26
Bab 26 Prov Laila (Kenapa takdir ini begitu menyakitkan)
27
Bab 27 Bingung!
28
Bab 28 Akhir keputusanku!
29
Bab 29 Prov Andrian (Aku ingin memilikinya)
30
Bab 30 Jangan ganggu calon istriku.
31
Bab 31 Melamar
32
Bab 32 Tersenyum untuk pertama kali
33
Bab 33 Prov Laila (Gugup)
34
Bab 34 Apa benar dia suamiku?
35
Bab 35 Prov Andrian (Api dosa dan kesalahan)
36
Bab 36 Takut
37
Bab 37 Prov Laila (Apa meninggal!!!)
38
Bab 38 Belajar membuka hati
39
Bab 39 Cemas
40
Bab 40 Sudah memiliki hatiku
41
Bab 41 Dia suamiku
42
Bab 42 Cemburu!!!
43
Bab 43 Suamiku lebih baik dari pada kau!
44
Bab 44 Jatuh cinta
45
Bab 45
46
Bab 46 Prov Vandu ( Terjatuh)
47
Bab 47 Prov Andrian ( Terimakasih)
48
Bab 48 Prov Laila ( Bahagia)
49
Bab 49 Ujian apa lagi ini!!!
50
Bab 50 Menyakitkan
51
Bab 51 Berserah!
52
Bab 52 Bicara dari hati ke hati
53
Bab 53 Maaf...
54
Bab 54 Prov Andrian ( Hati yang rapuh)
55
Bab 55 Merasa bersalah
56
Bab 56 Solusi
57
Bab 57 Keputusan
58
Bab 58 Prov Laila( Hidupku adalah suamiku)
59
Bab 59 Tentang Fatimah!
60
Bab 60 Pamit, Pindah rumah
61
Bab 61 Di balik sebuah kekurangan!!!
62
Bab 62 Prov Andrian( Terimakasih bidadariku)
63
Bab 63 Entah harus bahagia atau sedih!
64
Bab 64 Prov Laila ( Yang dinanti!)
65
Bab 65 ungkapan Author
66
Bab 66 Pengumuman
67
Promosi Author
68
Promosi Author Heni
69
Promosi Author Gadis Dingin

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!