Ruangan serba putih! itulah pertama kali yang aku lihat.
Apa benar aku sudah mati, di tempat mana aku berada. Apa aku ada di surga! tetapi tidak mungkin! aku masih punya dosa dua waktu shalat, apa Allah mengampuni dosaku tanpa menghisabnya.
Ku lirik sekeliling, semuanya serba putih. Sebenarnya aku dimana? jika aku sudah di surga kenapa aku masih merasakan sakit di kepala dan lenganku.
Bukankah jika kita di tempatkan di surga tidak akan pernah merasakan kesakitan lagi, karena surga tempat kenikmatan tiada batas.
Tetapi, tubuhku merasa sakit! atau jangan -jangan aku memang di neraka bukan di surga gara-gara aku punya hutang dua waktu shalat.
Jika di neraka, tetapi kenapa ruangannya putih bersih.
Aku bukan di surga bukan pula di neraka. Terus aku dimana? apa jangan-jangan aku di jabal A'raf sebuah bukit antara surga dan neraka.
Jika iya!
"Laila? "
Deg ...
Aku terkejut mendengar seseorang yang memanggilku, dari suaranya aku hapal siapa dia. Tetapi tidak mungkin sahabatku ada di jabal A'raf bersamaku. Apa dia juga sudah mati.
"Hey, Laila?"
Duarr ...
Mataku membulat melihat siapa yang memanggilku dengan tangan hangat menepuk pipiku pelan. Aku mengalihkan tatapanku padanya yang tersengum manis.
"Ap.. apa aku sudah mati? "
Ha ... ha ...
Aku menyerngit bingung kenapa sahabatku malah tertawa. Apa pertanyaanku ada yang lucu.
"Awwsss, "
"Sakit? "
"Iya! "
"Berarti kamu belum mati, kamu masih hidup, "
Deg ...
Benarkah aku masih hidup ya Robb, sungguh besar karuniamu ya Robbi.
Seketika cairan bening keluar dari pelupuk mataku. Entah aku bahagia atau sedih masih hidup.
Sejenak aku bisa melupakan kejadian yang menyakitkan itu. Hingga bayang-bayang menyakitkan kembali berputar di memoriku. Membuat aku sakit, sakit yang teramat.
Tetesan cairan bening terus keluar deras membasahi pipiku, semuanya seakan mimpi bagiku.
Ternyata aku benar-benar terbuang dan terlupakan. Sakit ini terlalu perih ku ingat, tetapi aku juga sulit untuk melupakannya. Bayang-bayang menyakitkan itu menorelkan trauma yang begitu dalam.
"Hey, kenapa menangis. Maaf jika aku menertawakanmu? "
Ku lilik sahabatku sambil berusaha tersenyum dengan air mata yang ku usap pelan. Aku menggeleng seakan memberi tahu, tangisku bukan karena dirinya.
Sudah Laila jangan terus menangis, menangisi laki-laki brengsek itu.
Huh ...
Ku tarik nafas dalam-dalam lalu membuangnya secara kasar. Sekarang aku baru sadar kalau aku bukan di surga atau di neraka bukan pula di jabal A'raf.
Tetapi aku sedang berada di rumah sakit, aku menyadarinya ketika indra penciumanku mulai mencium bau obat. Hingga ku lilik tanganku yang terasa sakit dan kaku ternyata sedang di infus.
Ku lilik sahabatku meminta penjelasan bagaimana aku bisa di rumah sakit dan sudah berapa lama aku berada di sini.
"Malam itu aku dan suamiku terburu-buru mau pulang ke Jakarta karena Via jatuh sakit. Tetapi di perjalanan hujan deras membuat mas Arman memelankan laju mobilnya. Di persimpangan jalan mas Arman melihat seorang perempuan yang berdiri di tengah jalan. Mas Arman pikir itu hantu tetapi seiring mendekatnya aku terkejut jika itu kamu. Ketika aku memanggil nama mu kamu jatuh pingsan dengan keadaan yang mengenaskan, "
Allahu rohman, inikah pertolonganmu. Disaat aku di usir dan di buang kau datangkan pertolonganmu lewat sahabat ku. Sungguh besar karuniamu ya Robb bagaimana aku bisa berpaling darimu sedang setiap masalah Kau ada bersamaku.
"Be.. berapa lama aku di sini, Ra? "
"Satu bulan, kamu mengalami koma satu bulan."
"Astagfirullah ...,"
Bibirku bergetar dengan air mata yang kembali keluar. Selama itukah aku berbaring. Apa Kau begitu kasihan padaku ya Robb hingga kau istirahatkan aku cukup lama.
Entah harus mengucap apa dengan kasih sayangmu ya Robb. Sungguh sungguh aku sangatlah bersyukur.
Ku tatap Amira Dila, sahabatku penolongku. Entah urusan apa yang membuat Amira berada di kota Bandung. Bukankah ini bukan tanpa kebetulan! semuanya adalah skenario Allah, menolongku di waktu yang tepat.
"A.. apa kita masih di Bandung atau di Jakarta? "
"Kita berada di Jakarta, maaf aku terpaksa membawamu kesini. Karena waktu itu aku dan mas Arman lagi buru-buru."
Allahu apalagi ini, kau begitu baik memberi ku jalan menuju tujuanku. Di saat aku bingung dan hampir putus asa ingin kembali ke kota kelahiranku. Tepatnya ingin kembali ke rumah orang tuaku. Kau tunjukan jalan, kau mudahkan perjalanannya walau harus ada kesakitan di baliknya.
"Terimakasih ... , terimakasih Ra. Terimakasih hiks ...,"
Ku tumpahkan air mata ku kembali kini di pelukan Amira, sahabatku, penolongku.
Amira hanya diam sambil mengelus punggungku lembut membuat aku sedikit tenang. Pelukan ini mengingatkanku pada mamah, Amira sahabatku memang baik mempunyai sipat keibuan.
Aku tidak tahu jalan takdir-Nya mempertemukan aku dan Amira di waktu yang tepat ketika aku benar-benar membutuhkan tempat berteduh. Entah ini kebetulan atau apa, sebuah keberuntungan menghampiriku.
Tidak! ini semua bentuk kasih sayang Allah. Bukankah tidak ada daun yang jatuh dari rantingnya kecuali kehendak Allah. Begitupun pertemuanku dan Amira, semuanya kehendak Allah walau aku tahu kesan pertama yang sangat menyedihkan. Tetapi, aku bersyukur Amira menemukan dan membawaku pergi jauh. Jika tidak mungkin aku benar-benar akan meninggal di bawah guyuran air hujan yang membekukan tubuhku.
"Ada apa? apa yang sebenarnya terjadi? kenapa waktu itu kamu berjalan sendiri dengan luka di tubuhmu?"
Aku terdiam mendengar bermacam pertanyaan Amira, haruskah aku menceritakan semuanya pada Amira. Kehidupan rumah tanggaku yang hancur tanpa sisa, atau aku sembunyikan sendiri dengan kesakitan ini.
"Maaf jika pertanyaanku mengusikmu, maaf juga aku belum mengabari suamimu karena aku tidak tahu nomornya?"
"Aku di ceraikan! "
"Astagfirullah ...,"
"Malam itu, aku di siksa lalu aku dibuang begitu saja hanya demi seorang Madu!"
"Astagfirullah ..., Allahu Akbar. Innalillahiwainnaillahiroziun."
Tubuhku terhuyung akibat tarikan Amira yang menariku dalam pelukannya. Amira memeluku erat sangat erat seperti enggan melepaskan aku. Sekali lagi ku tumpahkan air mataku di pelukan Amira sahabatku, pertolongan Allah menemaniku di setiap tetesan air mata kesedihan, kepiluan, kecewa, marah dan sedih. Ku tumpahkan di pelukan Amira. Tubuhku lemah, terguncang hebat oleh tangisan membasahi kerudung Amira.
Entah berapa lama aku menangis dalam pelukannya, hingga mataku sembab dengan tenghorokan tercekat.
Rasanya aku lelah sendari tadi menangis, menangisi laki-laki brengsek itu. Sudah cukup Laila. Berhentilah, berhenti. Jangan kau sia-siakan air mata sucimu keluar hanya menangisi laki-laki yang menertawakanmu. Bangkit dan tunjukan kalau kamu kuat dan mampuh bertahan tanpanya.
"Ini adalah takdir, semoga kamu sabar dalam menghadapi ujian ini. Insyaallah ada kebahagiaan yang menantimu di ujung sana. Jangan berlalut dalam kesedihan, sabar dan ikhlaskan."
"Terimakasih, "
Hanya itu yang bisa ku ucapkan saat ini, hatiku terlalu sakit jika harus di paksa bicara lagi.
Amira benar, aku harus sabar dan ikhlaskan.
Bersambung ...
Jangan lupa Like dan Vote ya Cinta 😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
cinta semu
alkhamdulillah ...ada penolong buat Laila ....😁
2023-12-22
1
ratu adil
smngt laila
2022-08-16
0