selain itu pedagang tersebut juga memiliki seorang putra yang umurnya kurang lebih sama seperti Arcane keduanya juga pernah bertemu beberapa kali untuk memasak buruan Arcane.
meskipun keduanya jarang berinteraksi keduanya telah berteman meskipun anak itu tidak tau asal usul Arcane, menjelang sore ia kembali secepat yang ia bisa dan ia juga menghindari kecurigaan ibu dan penghuni kediaman tentang kehilangan keberadaan Arcane.
Arcane kini kembali dan ketika akan memasuki kediaman tiba-tiba seorang anak kecil memeluk kakinya. "kakak..... "
Arcane menoleh dan tersenyum, ia tau kalau anak itu adalah Eliana kemudian ia menaruh jari telunjuknya di bibir. "sssst..... "
Eliana pun mengikuti Arcane dengan menggemaskan. "sssst..... "
Arcane menggendong Eliana di punggungnya dan menyelinap. "nona! nona Eliana! anda kemana!? "
beberapa maid berkeliling mencari Eliana yang ternyata telah luput dari perhatian pengasuhnya, sebenarnya Arcane cukup heran karena adiknya sangat pandai untuk melarikan diri.
selain itu ia juga sangat pandai untuk menemukan Arcane karena pernah suatu ketika ketika keduanya bermain petak umpet ketika Arcane bersembunyi Eliana selalu bisa menemukannya, dimanapun dan kapanpun.
selain itu juga setiap ia pulang pasti ada drama dimana Eliana menghilang dan tiba-tiba memeluk kaki Arcane ketika akan memasuki kediaman.
kembali ke cerita saat ini keduanya berada di depan kamar Arcane dan ketika ia masuk tiba-tiba. "kalian dari mana ha!? "
Arcane terkejut dan hampir menjatuhkan Eliana untungnya ia bisa menangkapnya. "astaga.... ibu!? kau mengejutkan ku"
Elisabeth menatap keduanya dengan tajam. "Arcane sudah berapa kali jika ingin mengajak Eliana bermain setidaknya para pengasuh Eliana tau jangan seperti penculik lolicon b******n di luar sana!!! "
"ta.. tapi ia yang tiba-tiba memeluk kakiku saat aku ingin masuk ke kediaman.... "
" huh kuno ibu tidak percaya!.... " Elisabeth langsung mengambil Eliana dan keluar dari kamar Arcane.
"cepat mandi!!! bau mu seperti hewan liar" melihat ibunya pergi Arcane bergumam. "memang... aku tadi kan membawa banyak hewan liar jadi wajar lah. "
tiba-tiba Elisabeth berhenti dan berbalik. "apa? apa yang baru saja kau katakan Arcane!? "
Arcane langsung buru-buru menggeleng "ti-tidak ibu!!"
Arcane langsung masuk tanpa menunggu balasan Elisabeth, sementara Elisabeth sendiri hanya mengabaikan tingkah Arcane.
beberapa saat kemudian di saat makan malam biasanya mereka akan melanjutkan urusan masing-masing, namun sepertinya malam ini terasa berbeda.
karena setelah makan malam Elisabeth langsung melontarkan sebuah pertanyaan kepada Arcane. "Arcane apakah kau tidak mau melanjutkan belajar mu dengan kapten kesatria dan Sebastian? "
Arcane menoleh dan tanpa pikir panjang ia menjawab. "tidak ibu... kenapa emangnya? "
"ibu berfikir kalau mengundang seorang guru, jika kau ingin maka ibu bisa Mendatangkannya untuk mengajarimu"
Arcane tetap menggeleng. "tidak!!!.... aku malas, lagian mereka pasti hanya menyombongkan diri saja"
Elisabeth Bingung dan menjawab. "maksudmu? "
Arcane turun dan menuju jalan keluar namun ketika sudah di depan pintu ia menjawab. "lupakan.... yang jelas aku merasa kalau aku tidak cocok, dan jika ada yang namanya takdir aku akan bertemu guruku sendiri"
keesokan harinya Arcane kali ini pergi lebih pagi untuk berburu karena ia takut buruannya lepas karena sesungguhnya juga ia kurang yakin dengan jebakan buruannya.
namun berbeda dari hari sebelumnya karena seorang anak mencegatnya ketika ia akan memasuki saluran irigasi itu.
"HEI Arcane!!! "
Arcane mengenali suara itu dan menoleh "oh... Brian ada apa? "
Brian adalah nama anak dari seorang pedagang yang biasanya membeli hasil buruannya, dan biasanya mereka bertemu ketika ia menjaga lapak bersama ayahnya. "kenapa? bukannya kau biasanya menjaga lapak bersama ayahmu? "
Brian menghampiri Arcane dengan nafas tak karuan. "hah... hah... hah... kau.... ku ingin berburu kan? "
Arcane mengangguk. "ia kenapa memangnya? "
Brian mengatur nafasnya dan setelah tenang ia membalas. "sebaiknya kau mengurungkan niatmu karena kabarnya ada monster yang sedang berkeliaran di hutan"
Arcane berfikir sejenak. "hmm... apakah sudah ada korban jiwa? "
"tidak si sebenarnya itu hanya sebuah kabar burungnya"
Arcane menatap Brian dengan tatapan kesal dan memukul kepalanya "Tak!!!" "aduh... kenapa kau ini!?.... "
"kalau kau mau menggosip setidaknya cari tau kebenarannya....
sudahlah jangan ganggu aku!!, ada perut yang harus di isi"
Brian yang melihat Arcane memasuki saluran irigasi itu langsung mengikuti Arcane.
"aargh kalau begitu aku ikut!!! "
Arcane yang mendapati dirinya di ikuti Brian langsung berbalik dan menghalanginya. "tunggu kenapa kau ikut!? jangan bilang kau ingin memeriksa keberadaan monster itu!? "
Brian menggeleng dan melemparkan sebuah pisau dapur yang sedikit berkarat kepada Arcane yang kemudian langsung di tangkap. "aku ingin belajar berburu juga, kau tau kan kalau usaha ayahku itu tidak selalu konsisten.... alasan karena aku tidak selalu menemani ayahku karena biasanya aku menjadi buruh untuk mengangkut barang"
Arcane mengangguk kemudian bertanya. "lalu? "
"kemarin aku membantu seorang penempa dan di beri 2 pisau dapur itu sebagai bonus, melihat itu aku teringat kau yang selalu pergi tanpa satu senjata apapun"
Arcane tersenyum karena sejujurnya meskipun ia tidak menggunakan senjata namun ia masih bisa menggunakan sihir, akan tetapi Arcane berterima kasih kepada Brian karena telah menjadi teman yang baik dan ia juga berfikir untuk lebih melatih fisiknya.
"baiklah kalau begitu ayo ikut aku"
"hehehe.... ok Arcane"
keduanya lang pergi memasuki hutan dan Arcane menjelaskan tanaman-tanaman yang biasanya ia ambil dan meninggalkan tanaman muda supaya tetap bisa tumbuh, setelah itu keduanya memasang perangkap dan mengambil hewan buruan yang telah terjebak.
dan karena ada Brian yang kini menemaninya ia bisa memperluas daerah perbuatannya, dan karena sebelumnya Arcane memasang perangkap hutan lebih dalam mereka mendapatkan hasil yang lumayan.
namun mumpung ada rekan yang menemani Arcane berencana memasang beberapa perangkap yang lebih besar berharap kalau mereka akan mendapatkan buruan yang lebih besar.
namun untuk menambah peluang keberhasilan mereka Arcane menggunakan beberapa herbal beracun untuk melumpuhkan mereka, melihat itu juga Brian yang penasaran bertanya.
"wah kau bisa meracik potion juga? "
Arcane tertawa sedikit sebelum menjawab.
"bukan... ini hanya obat atau ramuan dari tanaman yang jika cairan atau tanaman ini masuk kedalam tubuh maka akan membuatmu pingsan... kalau ini bisa membuat kita pingsan ketika memasuki tubuh kita berarti ini juga sama dengan hewan liar"
"oooh..... aku mau coba juga"
Arcane tidak pelit ilmu dan ia dengan senang hati mengajari Brian, dan setelah jadi mereka mencampur ramuan itu kedalam jebakan.
"ok, sepertinya sudah cukup.... ayo kita kembali juga sepertinya sudah mulai sore"
Brian setuju dan langsung kembali karena keduanya tidak sadar dengan waktu yang mereka habiskan untuk menjelajah dan memasang perangkap, mereka langsung menjual herbal ke apotik. "Arcane sebenarnya kau siapa sih? yang aku tau pemburu tidak sepintar kau"
Arcane hanya tersenyum.
"hanya manusia biasa yang tinggal di Kerajaan asgar sebagai pemburu"
"hah... kenapa kau menjawab seperti itu terus!! "
"hehehe.... memang itu kenyataannya, kau mau berharap apa lagi? "
"iya si... "
lalu ketika keduanya menjelajahi pasar untuk pergi ke lapak ayah Brian Arcane berhenti sejenak karena melihat kereta kuda namun berbeda dari keren kuda biasa.
karena kereta kuda itu di modifikasi untuk mengurung mahluk hidup di dalamnya dan yang di lihat Arcane adalah mahluk yang mirip seperti manusia namun memiliki telinga dan ekor hewan.
"mereka kenapa? "
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 151 Episodes
Comments
Jimmy Avolution
Ayo...
2023-01-27
0
Vemas Ardian
emng paling bener tu nenek sih wkwkk
2022-09-09
2
Evenflow
👣
2022-08-18
0