3 hari berlalu tanpa terasa untuk kebanyakan orang itu hanyalah pergantian hari biasa, namun Arcane bukan salah satu dari orang itu.
Arcane mendapatkan kemajuan dari pelatihannya dimana ia menemukan kalau ia bisa memperluas mana dengan cara menyuntikkan sejumlah mana eksternal secara terus menerus, namun itu membuat dadanya sesak dan nyeri.
namun jika mengharuskan Arcane untuk merasakan mati suri cara ini adalah yang terbaik, dan kini meskipun sedikit kapasitas mana Arcane telah meluas.
lalu Arcane juga melakukan sedikit eksperimen yang dimana ia mengeluarkan sebuah sihir, sebelumnya Arcane beberapa kali mencoba untuk mengeluarkan sihir namun ia gagal dan ia belum menemukan permasalahannya padahal ia tau semua kandungan komposisi elemen dan teorinya.
Namun ia akhirnya menempuh alternatif lain yang dimana ia mulai mengendalikan mana murni yang ada di dalam tubuhnya, mulai menjadi proyektil seperti bola peluru hingga menyelimuti seluruh tubuhnya sebagai perisai.
selain itu ia melakukan hal yang hal lebih Ekstrim yang tanpa sengaja ia telah menemukan sebuah tehnik untuk mempercepat aliran darah di tubuhnya, karena hal itu ia bisa mendapatkan kekuatan fisik 2 kali lipat.
namun itu membuat tubuhnya terbebani sehingga itu seperti tidak ada bedanya dengan kehabisan mana, namun ia menilai kalau cara ini sangat efektif untuk melatih fisiknya.
sangking asiknya berlatih ia sampai hampir lupa akan hukumannya.
"tok.... tok... tok yang mulia pangeran anda di suruh bergabung untuk sarapan di ruang makan"
Arcane yang sedang push up tersadar dan menjawab.
"tu... tunggu sebentar!! "
Arcane langsung bersiap dengan cepat dan ketika sudah tidak ada bau keringat yang tersisa ia langsung keluar dan menemukan 5 maid yang berdiri dengan anggun.
tak menunggu lama Arcane di temani oleh 2 maid menuju ruang makan sementara sisanya masuk kedalam kamarnya.
sejenak Arcane merasa gugup karena kondisi kamarnya yang cukup berantakan dan tentu saja 3 hari tidak di bersihkan karena Arcane selalu bersih keras untuk sendiri, beberapa maid dan pelayan bahkan merasa kalau sebenarnya pangeran ini sedang mengunci diri bukan di hukum.
Sesampainya ia di sana Arcane merasakan suasana yang sedikit berbeda entah hanya perasaan atau firasat ia seperti biasa duduk di meja makannya.
ketika menoleh ke kiri dan kanan ia terkejut dengan seseorang yang memakai pakaian emas dan biru elegan dan mewah.
ia adalah seorang laki-laki yang mempunyai umur sekitar 40 atau 50 tahunan namun masih memiliki aura yang mendominasi dan bijaksana.
wajahnya juga tampan dengan rambut yang berwarna coklat namun dengan mata yang merah terang membuatnya semakin menjadi sosok yang mendominasi.
Arcane sendiri bingung dan menatap ibunya yang duduk di hadapannya, ia sedikit tersenyum ketika pulpen pemberiannya tersemat di gaun nya yang indah.
namun Arcane menggeleng dan mengurungkan niat untuk bertanya karena merasakan sesuatu yang sedikit intens.
beberapa saat kemudian Elisabeth memulai obrolan.
"Arcane, seharusnya kau mengucapkan salam kepada ayahmu"
"ayah? " tanya Arcane penasaran sekaligus memastikan.
Elisabeth tersenyum dan mengangguk.
"benar ia adalah ayahmu Raja James Bernard Fortis, mungkin ini adalah pertemuan pertama mu namun sesungguhnya di beberapa kesempatan dia datang dan selalu memperhatikan mu bermain"
Arcane sedikit bingung dan canggung, dan hanya bisa menebak kalau mungkin ini adalah cara seorang pangeran di besarkan?....entahlah
Arcane hanya bisa turun dari kursinya dan berjalan kesamping.
"salam hormat ayah"
Arcane menunduk melakukan posisi hormat membungkuk ala bangsawan, James yang melihat anaknya itu kini mulai sedikit menunjukkan rasa tertariknya.
sebelumnya ia selalu memasang wajah serius dan kaku, namun ia juga bukan tipe orang yang mengabaikan keluarganya karena begitu Arcane memberi hormat ia menunjukkan senyum ramahnya.
James yang memperhatikan Arcane kemudian bertanya.
"hooh... apakah kau tau salam yang kau lakukan itu? "
Arcane menjawab namun tidak merubah posisinya.
"dari buku yang hamba baca jika memberi hormat kepada seorang raja adalah seperti ini serta bersikap dan berkata sesopan mungkin"
"membaca? "
James menoleh ke Elisabeth, namun yang ia dapati adalah Elisabeth mengangkat jari telunjuknya ke bibir seolah-olah mengisyaratkan untuk merahasiakannya.
"itu hanyalah buku cerita favorit nya"
James mengangguk dan mengelus kepalanya.
"angkat kepalamu nak, kau hanya perlu bersikap seperti itu di hadapanku ketika ada di pertemuan penting, atau ketika kau bekerja untukku.
jika pertemuan keluarga kecil seperti ini kau hanya perlu memelukku atau mengucapkan salam biasa"
Arcane kemudian mengangkat kepalanya dan mendongak ke atas lalu tersenyum lebar, ia menganggukkan kepalanya dengan bersemangat.
setelah itu ketiganya makan bersama, ketika selesai Arcane langsung meminta ijin kepada kedua orang tuanya.
"ayah, ibu bisakah aku berkeliling kediaman? "
James sedikit Bingung namun Elisabeth langsung menjawab.
"boleh, namun sepertinya ayahmu juga ingin melihat sekeliling...bisakah kau menemaninya? "
Arcane bingung namun ia hanya mengangguk, sementara itu James menoleh ke Elisabeth dan ia hanya mendapati kode kedipan mata darinya.
James menghela nafas dan kemudian berdiri dan mengikuti Arcane di belakangnya.
sebelumnya James mengira kalau ia akan bersama dengan Elisabeth dengan mesra sambil mengawasi Arcane, namun ia kini di buat bingung dengan tingkah anaknya.
Arcane berkeliling taman sebentar setelah itu ia ke bagian belakang dapur, entah apa yang di pikirkan namun Arcane meminta beberapa karung, tali, sebuah gunting, beberapa paku, palu, dan pisau.
James semakin bingung namun ia memerintahkan pelayan untuk segera menuruti apa yang di minta, tapi Arcane hanya meminta pisau untuk sisanya di siapkan saja, karena ia membutuhkannya sekitar 2 sampai 3 hari ke depan.
setelah selesai ia berjalan-jalan ke lapangan pelatihan prajurit sebentar dan berjalan lagi menuju hutan kecil di belakang kediamannya.
meskipun di bilang hutan itu hanyalah sebutan untuk wilayah kediaman yang belum di gunakan, wilayah itu di biarkan kosong dan banyak di tumbuhi pohon dan semak yang tidak beraturan.
wilayah itu sengaja di sisakan supaya jika ada perluasan kediaman atau membuat bangunan lain tinggal menggunakan wilayah itu dan tidak perlu menggusur rumah warga seenaknya.
tanpa ragu Arcane memasuki hutan itu dan menerobos semak semak, James kembali di buat terkejut dan heran pasalnya Arcane menggunakan pisau itu bukan untuk membuka jalan, namun untuk menandai pohon dan memotong beberapa tanaman.
beberapa kali mereka juga berhenti dan James mengira mengira Arcane kelelahan namun Ketika di lihat lebih dekat Arcane sedang memandangi beberapa jamur dan tanaman liar.
James yang tidak sabar pun bertanya.
"Arcane kita sedang melakukan apa? "
Arcane menoleh dan melanjutkan jalannya.
"tidak ada ayah, sebenarnya aku hanya penasaran dengan wilayah ini....jadi aku telusuri saja"
"penasaran? apa yang membuatmu penasaran? "
"hmm... mungkin di sini aku bisa menemukan tempat persembunyian?.... bukankah itu bagus? " kata Arcane dengan mata yang berbinar.
James mengangguk dan menerima kalau memang anak laki-laki suka dengan hal semacam itu, namun apa yang tidak ia sadari adalah kalau Arcane bukan hanya mencari tempat persembunyian namun juga tempat dimana ia bisa melatih jiwa dan raganya.
James kemudian berjalan lebih cepat dan mengangkat tangannya ke depan dan beberapa saat kemudian sebuah kekuatan tak kasat mata langsung membuat tanaman di sekitar ambruk dan membuat jalan.
"nah sekarang kita bisa berjalan lebih leluasa"
Arcane kagum kemudian ia berbalik dengan mata yang bersinar berkata.
"ayah apakah itu sihir!? "
James tersenyum dan mengelus kepala Arcane.
"benar sekali"
"sihir apa itu ayah!? bagaimana caranya!? bisakah kau mengajariku!? sihir macam apa itu!?"
"eh..."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 151 Episodes
Comments
GRAVITY 000
sepertinya aku kenal nama itu, ah ya selena sang pengintai dari distrik malam dan misteri nya, dan juga sekaligus pengajar raib, seli dan ali #serialbumi
2023-03-30
1
Jimmy Avolution
Terus....
2023-01-27
0
polisi kata
baju kah thor? kok ada kata naju
2022-12-05
0