chapter 10 ---

James menatap Arcane bingung dan ia pun berlutut. "Arcane apakah kau ingin menjadi seorang penyihir"

Arcane menggeleng dan menjawab. "tidak aku berfikir kalau sihir itu bisa mempermudah pekerjaan jadinya aku ingin sedikit mempelajari nya"

James mengelus kepala Arcane dan menyuruhnya untuk memperhatikan. "kau harus tau kalau ayahmu ini adalah seorang kesatria, namun sebagai keluarga kerajaan aku juga bisa sihir sederhana."

James mengangkat tangannya dan membuat hembusan angin kuat ke bawah sehingga beberapa semak yang masih berdiri semakin tertekan ke bawah. "sihir bukan cuma sebagai bentuk atau sekedar apa yang di wujudkan, namun juga bagaimana cara kerjanya.

seperti api yang membakar kayu dan air yang mengalir, kau harus mengerti itu semua dan terekam jelas di pikiran mu dan...

wind ball"

selesai berucap di depan tangan James terbentuk bola angin dan langsung melesat cepat hingga mengenai pohon, tidak hanya itu pohon yang terkena hantaman bola angin itu berlubang lumayan dalam yang berbentuk bola angin itu.

Arcane kagum dan mengerti sekarang kalau proses terjadi juga penting, ini alasannya kenapa sihirnya tidak bekerja.

Arcane merasa bodoh sendiri karena sebelumnya karena ia seperti orang yang ingin menyalahkan motor namun ia lupa untuk memasukkan kuncinya, atau seperti motor matic yang tidak bisa di nyalakan ketika standar sampingnya belum di naikkan.

Arcane kemudian melakukan hal yang sama, James hanya tersenyum lembut dan menggeleng. "Arcane sihir tidak semudah me-"

belum menyelesaikan perkataannya ia melihat tangan Arcane bercahaya redup dan kini mulai membentuk bola angin, James tak bisa berkata-kata lagi.

lalu ketika ia melemparkan bola angin itu, bola Itu melesat dan membuat lubang yang cukup besar hingga membuat pohon itu tumbang.

James menatap anaknya terpaku namun tidak sampai di situ, Arcane mulai berfikir sejenak dan melakukan gerakan seperti menebas sesuatu.

dan hal yang mengejutkannya gerakan tangan tebasan itu membentuk jejak angin dan langsung meluncur menuju semak-semak.

Arcane mengangguk dan langsung berjalan seperti tidak terjadi apapun, namun berbeda dengan James ia seperti melihat monster kecil.

Arcane masih berjalan-jalan tanpa lelah mengeluarkan sihir terus-menerus meskipun hanya 2 jenis sihir yang sama, ia kini seperti anak kecil yang di beri mainan baru yang memainkannya tanpa lelah seharian.

(Ya dilihat di beberapa hal ia memang masih anak-anak)

setelah puas menjelajah keduanya kembali ke kediaman, untuk James ia seharian menatap putranya dengan rasa penasaran, kagum, dan heran.

akhirnya ia pun bertanya.

"Arcane apakah sebelumnya ku tidak pernah berlatih sihir"

Arcane menggeleng dan menjawab.

"tidak.... aku bahkan baru mempelajari nya ayah, Aku Pun hanya penasaran karena para pelayan menggunakan sihir saat membersihkan kediaman, ibu juga menggunakannya ketika di perpustakaan.

ketika aku bertanya ibu hanya memberi tahu ku kalau aku belum siap dan memberikan aku buku cerita tentang pahlawan penyihir "

mendengar penjelasan Arcane James hanya mengangguk paham dan mulai sedikit serius.

"lalu... apa yang ingin kau capai di masa depan"

Arcane terdiam sejenak, dan kemudian berfikir dengan serius. sejujurnya ia juga tidak tau dengan apa yang di lakukan kedepannya.

meskipun disini ada yang namanya sihir dan teknologi masih belum terlalu maju namun gairah nya masih belum tergugah, namun baginya hal itu masih lama dan ia mempunyai waktu lebih dari cukup.

Arcane menoleh kemudian menatap James dengan senyuman tipis.

"masih lama untuk memutuskan hal itu ayah, kecuali dunia hancur aku masih memiliki waktu yang panjang.... "

James tersenyum namun ketika akan menanggapi jawaban itu, Arcane kembali bicara sambil melanjutkan jalan kembali "namun aku selalu tau apa yang harus di siapkan untuk keadaan yang tidak terduga, jadi apapun yang datang setidaknya aku akan selamat"

James kembali di buat takjub, dengan umur yang sekecil ini ia memiliki pemikiran yang terlalu jauh James hanya bisa menggeleng dan mengikuti Arcane kembali ke kediaman.

-- dimalam hari --

Hari itu setelah makan malam di kamar tidur James menatap keluar jendela menatap jauh ke depan, di belakangnya tiba-tiba sebuah pelukan melingkar dari belakangnya. "tidak sepatutnya seorang raja menurunkan kewaspadaannya"

James tau kalau itu adalah Elisabeth, ia hanya tersenyum. "bukannya lengah, hanya mengalah.... lagipula apa salahnya juga untuk lengah di hadapan mata dan telinga kerajaan"

Elisabeth tersenyum di balik pelukan, lalu James melepaskan pelukan itu dan duduk di pinggir tempat tidur.

"eli...aku ingin bertanya tentang Arcane... dia.. "

sebelum menyelesaikan perkataannya Elisabeth menghampiri James dan meletakkan jari telunjuknya ke bibir James. "ia anak yang unik bukan?"

James mengangguk dan membalas. "hmm.... dengan bakatnya akan sihir sepertinya kerajaan akan memiliki ahli sihir yang dapat di andalkan"

mendengar perkataan itu Elisabeth mulai bingung.

"sihir? apakah kau mengajari anak sekecil itu tentang sihir?"

James kini malah kembali bingung dengan perkataan Elisabeth.

"bukankah kau yang diam-diam mengajarinya sihir? "

"tidak pernah sekalipun"

"Jadi... dia berkata jujur"

"James jelaskan maksudmu dengan sihir yang kau maksud! "

James kemudian menatap Elisabeth dengan dalam dan menceritakan kejadian di hutan belakang, tak lupa juga ia menceritakan tentang memberi gambaran tentang sihir. "..... hanya sebuah gambaran dan contoh sebuah sihir sederhana.

namun ia bisa meniru dengan sempurna dan membuat kreasi baru dengan sihir itu, jika bukan jenius mungkin bisa di sebut monster"

Elisabeth mendengar hal itu juga terkejut dan membalas. "hah... aku tidak menyangka kalau ia memiliki bakat sebesar ini"

"maksud mu?"

"anda tau kalau selain menjadi mata dan telinga kerajaan aku juga memiliki insting yang tajam.... "

kini Elisabeth lah yang menjelaskan kalau ia sebenarnya memiliki firasat kalau anaknya yaitu Arcane tidak seperti anak kebanyakan.

itu terbukti dengan ia bisa berbicara dan berjalan lebih cepat dari kebanyakan anak namun tidak hanya itu, sejak bayi ia juga telah menunjukkan kepintarannya dimana ketika akan poop atau pipis Arcane akan melakukan kode atau apapun supaya para pelayan bisa tau dengan maksudnya.

tidak seperti bayi kebanyakan yang akan menangis jika poop dan pipis di pokoknya, hal itulah yang menyebabkan Elisabeth untuk sedikit menghambat kepintaran Arcane.

Elisabeth adalah mata dan telinga untuk kerajaan, ia selalu bekerja di balik bayangan dan selalu bergerak seminimal mungkin untuk mendapatkan seluruh informasi dari seluruh kerajaan, tidak ada yang tidak ia tau informasi dari penjuru kerajaan.

sebagai seorang informan ia tau kalau bakat Arcane yang terlalu besar jika terlalu cepat di kembangkan maka akan memancing permusuhan, namun jika di pendam takutnya Arcane hanya akan melawan dan memberontak.

sebenarnya ia juga tau semua kejadian saat membaca laporan dari jaringan intel nya, namun karena ia merasa kalau anak buahnya hanya melebih lebihkan laporan ia tidak terlalu memikirkan nya.

namun baru kali ini ia tau kalau Arcane sangat berbakat dengan sihir.

kembali ke Elisabeth yang menjelaskan kepada James.

".... selain itu aku juga merasakan kalau ia memiliki kebijaksanaan yang tinggi"

James hanya menghela nafas dan menghampiri Elisabeth dan mencium dahinya.

"untuk saat ini aku serahkan perkembangannya kepadamu... hanya kau yang paling aku percaya di kerjaan ini.

dan kamu tau juga bukan kalau kau hanya bisa menahan dirinya hanya sampai di upacara pemberkatan"

Terpopuler

Comments

Jimmy Avolution

Jimmy Avolution

Ayo...

2023-01-27

0

Evenflow

Evenflow

Sejauh ini ceritanya udah lumayan, ringan tapi berisi

2022-08-18

1

Rhido Kurniawan

Rhido Kurniawan

lanjutkan thor bagus ceritanya cuma maaf nih Thor kalau boleh saran setiap awal kalimat dibuat huruf kapital biar enak dibacanya. makasih 🙏

2022-08-11

0

lihat semua
Episodes
1 chapter 1--
2 chapter 2--
3 chapter 3--
4 chapter 4--
5 chapter 5--
6 chapter 6 ---
7 chapter 7 ---
8 chapter 8 --
9 chapter 9--
10 chapter 10 ---
11 chapter 11 ---
12 chapter 12 ---
13 chapter 13---
14 chapter 14 ---
15 chapter 15 ---
16 chapter 16 ---
17 chapter 17 ---
18 chapter 18 ---
19 chapter 19 ---
20 chapter 20 --
21 chapter 21 ---
22 chapter 22 ---
23 chapter 23 ---
24 chapter 24 ---
25 chapter 25 ---
26 chapter 26 ---
27 chapter 27 ---
28 chapter 28 ---
29 chapter 29 ---
30 chapter 30 ---
31 chapter 31
32 chapter 32
33 chapter 33
34 chapter 34
35 chapter 35
36 chapter 36
37 chapter 37
38 chapter 38
39 chapter 39
40 chapter 40
41 chapter 41
42 chapter 42
43 chapter 43
44 chapter 44
45 chapter 45
46 chapter 46
47 chapter 47
48 chapter 48
49 chapter 49
50 chapter 50
51 chapter 51
52 chapter 52
53 chapter 53
54 chapter 54
55 chapter 55
56 chapter 56
57 chapter 57
58 chapter 58
59 chapter 59
60 chapter 60
61 chapter 61
62 chapter 62
63 chapter 63
64 chapter 64
65 chapter 65
66 chapter 66
67 chapter 67
68 chapter 68
69 chapter 69
70 chapter 70
71 chapter 71
72 chapter 72
73 chapter 73
74 chapter 74
75 chapter 75
76 chapter 76
77 chapter 77
78 chapter 78
79 chapter 79
80 chapter 80
81 chapter 81
82 chapter 82
83 chapter 83
84 chapter 84
85 chapter 85
86 chapter 86
87 chapter 87
88 chapter 88
89 chapter 89
90 chapter 90
91 chapter 91
92 chapter 92
93 chapter 93
94 chapter 94
95 chapter 95
96 chapter 96
97 chapter 97
98 chapter 98
99 chapter 99
100 chapter 100
101 chapter 101
102 chapter 102
103 chapter 103
104 chapter 104
105 chapter 105
106 chapter 106
107 chapter 107
108 chapter 108
109 chapter 109
110 chapter 110
111 chapter 111
112 chapter 112
113 chapter 113
114 chapter 144
115 chapter 115
116 chapter 116
117 chapter 117
118 chapter 118
119 chapter 119
120 chapter 120
121 chapter 121
122 chapter 122
123 chapter 123
124 chapter 124
125 chapter 125
126 chapter 126
127 chapter 127
128 chapter 128
129 chapter 129
130 chapter 130
131 chapter 131
132 chapter 132
133 chapter 133
134 chapter 134
135 chapter 135
136 chapter 136
137 chapter 137
138 chapter 138
139 chapter 139
140 chapter 140
141 chapter 141
142 chapter 142
143 chapter 143
144 chapter 144
145 chapter 145
146 chapter 146
147 chapter 147
148 chapter 148
149 pengumuman
150 chapter 21 jangan di baca
151 chapter 23 jangan di bacaa
Episodes

Updated 151 Episodes

1
chapter 1--
2
chapter 2--
3
chapter 3--
4
chapter 4--
5
chapter 5--
6
chapter 6 ---
7
chapter 7 ---
8
chapter 8 --
9
chapter 9--
10
chapter 10 ---
11
chapter 11 ---
12
chapter 12 ---
13
chapter 13---
14
chapter 14 ---
15
chapter 15 ---
16
chapter 16 ---
17
chapter 17 ---
18
chapter 18 ---
19
chapter 19 ---
20
chapter 20 --
21
chapter 21 ---
22
chapter 22 ---
23
chapter 23 ---
24
chapter 24 ---
25
chapter 25 ---
26
chapter 26 ---
27
chapter 27 ---
28
chapter 28 ---
29
chapter 29 ---
30
chapter 30 ---
31
chapter 31
32
chapter 32
33
chapter 33
34
chapter 34
35
chapter 35
36
chapter 36
37
chapter 37
38
chapter 38
39
chapter 39
40
chapter 40
41
chapter 41
42
chapter 42
43
chapter 43
44
chapter 44
45
chapter 45
46
chapter 46
47
chapter 47
48
chapter 48
49
chapter 49
50
chapter 50
51
chapter 51
52
chapter 52
53
chapter 53
54
chapter 54
55
chapter 55
56
chapter 56
57
chapter 57
58
chapter 58
59
chapter 59
60
chapter 60
61
chapter 61
62
chapter 62
63
chapter 63
64
chapter 64
65
chapter 65
66
chapter 66
67
chapter 67
68
chapter 68
69
chapter 69
70
chapter 70
71
chapter 71
72
chapter 72
73
chapter 73
74
chapter 74
75
chapter 75
76
chapter 76
77
chapter 77
78
chapter 78
79
chapter 79
80
chapter 80
81
chapter 81
82
chapter 82
83
chapter 83
84
chapter 84
85
chapter 85
86
chapter 86
87
chapter 87
88
chapter 88
89
chapter 89
90
chapter 90
91
chapter 91
92
chapter 92
93
chapter 93
94
chapter 94
95
chapter 95
96
chapter 96
97
chapter 97
98
chapter 98
99
chapter 99
100
chapter 100
101
chapter 101
102
chapter 102
103
chapter 103
104
chapter 104
105
chapter 105
106
chapter 106
107
chapter 107
108
chapter 108
109
chapter 109
110
chapter 110
111
chapter 111
112
chapter 112
113
chapter 113
114
chapter 144
115
chapter 115
116
chapter 116
117
chapter 117
118
chapter 118
119
chapter 119
120
chapter 120
121
chapter 121
122
chapter 122
123
chapter 123
124
chapter 124
125
chapter 125
126
chapter 126
127
chapter 127
128
chapter 128
129
chapter 129
130
chapter 130
131
chapter 131
132
chapter 132
133
chapter 133
134
chapter 134
135
chapter 135
136
chapter 136
137
chapter 137
138
chapter 138
139
chapter 139
140
chapter 140
141
chapter 141
142
chapter 142
143
chapter 143
144
chapter 144
145
chapter 145
146
chapter 146
147
chapter 147
148
chapter 148
149
pengumuman
150
chapter 21 jangan di baca
151
chapter 23 jangan di bacaa

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!