James menatap Arcane bingung dan ia pun berlutut. "Arcane apakah kau ingin menjadi seorang penyihir"
Arcane menggeleng dan menjawab. "tidak aku berfikir kalau sihir itu bisa mempermudah pekerjaan jadinya aku ingin sedikit mempelajari nya"
James mengelus kepala Arcane dan menyuruhnya untuk memperhatikan. "kau harus tau kalau ayahmu ini adalah seorang kesatria, namun sebagai keluarga kerajaan aku juga bisa sihir sederhana."
James mengangkat tangannya dan membuat hembusan angin kuat ke bawah sehingga beberapa semak yang masih berdiri semakin tertekan ke bawah. "sihir bukan cuma sebagai bentuk atau sekedar apa yang di wujudkan, namun juga bagaimana cara kerjanya.
seperti api yang membakar kayu dan air yang mengalir, kau harus mengerti itu semua dan terekam jelas di pikiran mu dan...
wind ball"
selesai berucap di depan tangan James terbentuk bola angin dan langsung melesat cepat hingga mengenai pohon, tidak hanya itu pohon yang terkena hantaman bola angin itu berlubang lumayan dalam yang berbentuk bola angin itu.
Arcane kagum dan mengerti sekarang kalau proses terjadi juga penting, ini alasannya kenapa sihirnya tidak bekerja.
Arcane merasa bodoh sendiri karena sebelumnya karena ia seperti orang yang ingin menyalahkan motor namun ia lupa untuk memasukkan kuncinya, atau seperti motor matic yang tidak bisa di nyalakan ketika standar sampingnya belum di naikkan.
Arcane kemudian melakukan hal yang sama, James hanya tersenyum lembut dan menggeleng. "Arcane sihir tidak semudah me-"
belum menyelesaikan perkataannya ia melihat tangan Arcane bercahaya redup dan kini mulai membentuk bola angin, James tak bisa berkata-kata lagi.
lalu ketika ia melemparkan bola angin itu, bola Itu melesat dan membuat lubang yang cukup besar hingga membuat pohon itu tumbang.
James menatap anaknya terpaku namun tidak sampai di situ, Arcane mulai berfikir sejenak dan melakukan gerakan seperti menebas sesuatu.
dan hal yang mengejutkannya gerakan tangan tebasan itu membentuk jejak angin dan langsung meluncur menuju semak-semak.
Arcane mengangguk dan langsung berjalan seperti tidak terjadi apapun, namun berbeda dengan James ia seperti melihat monster kecil.
Arcane masih berjalan-jalan tanpa lelah mengeluarkan sihir terus-menerus meskipun hanya 2 jenis sihir yang sama, ia kini seperti anak kecil yang di beri mainan baru yang memainkannya tanpa lelah seharian.
(Ya dilihat di beberapa hal ia memang masih anak-anak)
setelah puas menjelajah keduanya kembali ke kediaman, untuk James ia seharian menatap putranya dengan rasa penasaran, kagum, dan heran.
akhirnya ia pun bertanya.
"Arcane apakah sebelumnya ku tidak pernah berlatih sihir"
Arcane menggeleng dan menjawab.
"tidak.... aku bahkan baru mempelajari nya ayah, Aku Pun hanya penasaran karena para pelayan menggunakan sihir saat membersihkan kediaman, ibu juga menggunakannya ketika di perpustakaan.
ketika aku bertanya ibu hanya memberi tahu ku kalau aku belum siap dan memberikan aku buku cerita tentang pahlawan penyihir "
mendengar penjelasan Arcane James hanya mengangguk paham dan mulai sedikit serius.
"lalu... apa yang ingin kau capai di masa depan"
Arcane terdiam sejenak, dan kemudian berfikir dengan serius. sejujurnya ia juga tidak tau dengan apa yang di lakukan kedepannya.
meskipun disini ada yang namanya sihir dan teknologi masih belum terlalu maju namun gairah nya masih belum tergugah, namun baginya hal itu masih lama dan ia mempunyai waktu lebih dari cukup.
Arcane menoleh kemudian menatap James dengan senyuman tipis.
"masih lama untuk memutuskan hal itu ayah, kecuali dunia hancur aku masih memiliki waktu yang panjang.... "
James tersenyum namun ketika akan menanggapi jawaban itu, Arcane kembali bicara sambil melanjutkan jalan kembali "namun aku selalu tau apa yang harus di siapkan untuk keadaan yang tidak terduga, jadi apapun yang datang setidaknya aku akan selamat"
James kembali di buat takjub, dengan umur yang sekecil ini ia memiliki pemikiran yang terlalu jauh James hanya bisa menggeleng dan mengikuti Arcane kembali ke kediaman.
-- dimalam hari --
Hari itu setelah makan malam di kamar tidur James menatap keluar jendela menatap jauh ke depan, di belakangnya tiba-tiba sebuah pelukan melingkar dari belakangnya. "tidak sepatutnya seorang raja menurunkan kewaspadaannya"
James tau kalau itu adalah Elisabeth, ia hanya tersenyum. "bukannya lengah, hanya mengalah.... lagipula apa salahnya juga untuk lengah di hadapan mata dan telinga kerajaan"
Elisabeth tersenyum di balik pelukan, lalu James melepaskan pelukan itu dan duduk di pinggir tempat tidur.
"eli...aku ingin bertanya tentang Arcane... dia.. "
sebelum menyelesaikan perkataannya Elisabeth menghampiri James dan meletakkan jari telunjuknya ke bibir James. "ia anak yang unik bukan?"
James mengangguk dan membalas. "hmm.... dengan bakatnya akan sihir sepertinya kerajaan akan memiliki ahli sihir yang dapat di andalkan"
mendengar perkataan itu Elisabeth mulai bingung.
"sihir? apakah kau mengajari anak sekecil itu tentang sihir?"
James kini malah kembali bingung dengan perkataan Elisabeth.
"bukankah kau yang diam-diam mengajarinya sihir? "
"tidak pernah sekalipun"
"Jadi... dia berkata jujur"
"James jelaskan maksudmu dengan sihir yang kau maksud! "
James kemudian menatap Elisabeth dengan dalam dan menceritakan kejadian di hutan belakang, tak lupa juga ia menceritakan tentang memberi gambaran tentang sihir. "..... hanya sebuah gambaran dan contoh sebuah sihir sederhana.
namun ia bisa meniru dengan sempurna dan membuat kreasi baru dengan sihir itu, jika bukan jenius mungkin bisa di sebut monster"
Elisabeth mendengar hal itu juga terkejut dan membalas. "hah... aku tidak menyangka kalau ia memiliki bakat sebesar ini"
"maksud mu?"
"anda tau kalau selain menjadi mata dan telinga kerajaan aku juga memiliki insting yang tajam.... "
kini Elisabeth lah yang menjelaskan kalau ia sebenarnya memiliki firasat kalau anaknya yaitu Arcane tidak seperti anak kebanyakan.
itu terbukti dengan ia bisa berbicara dan berjalan lebih cepat dari kebanyakan anak namun tidak hanya itu, sejak bayi ia juga telah menunjukkan kepintarannya dimana ketika akan poop atau pipis Arcane akan melakukan kode atau apapun supaya para pelayan bisa tau dengan maksudnya.
tidak seperti bayi kebanyakan yang akan menangis jika poop dan pipis di pokoknya, hal itulah yang menyebabkan Elisabeth untuk sedikit menghambat kepintaran Arcane.
Elisabeth adalah mata dan telinga untuk kerajaan, ia selalu bekerja di balik bayangan dan selalu bergerak seminimal mungkin untuk mendapatkan seluruh informasi dari seluruh kerajaan, tidak ada yang tidak ia tau informasi dari penjuru kerajaan.
sebagai seorang informan ia tau kalau bakat Arcane yang terlalu besar jika terlalu cepat di kembangkan maka akan memancing permusuhan, namun jika di pendam takutnya Arcane hanya akan melawan dan memberontak.
sebenarnya ia juga tau semua kejadian saat membaca laporan dari jaringan intel nya, namun karena ia merasa kalau anak buahnya hanya melebih lebihkan laporan ia tidak terlalu memikirkan nya.
namun baru kali ini ia tau kalau Arcane sangat berbakat dengan sihir.
kembali ke Elisabeth yang menjelaskan kepada James.
".... selain itu aku juga merasakan kalau ia memiliki kebijaksanaan yang tinggi"
James hanya menghela nafas dan menghampiri Elisabeth dan mencium dahinya.
"untuk saat ini aku serahkan perkembangannya kepadamu... hanya kau yang paling aku percaya di kerjaan ini.
dan kamu tau juga bukan kalau kau hanya bisa menahan dirinya hanya sampai di upacara pemberkatan"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 151 Episodes
Comments
Jimmy Avolution
Ayo...
2023-01-27
0
Evenflow
Sejauh ini ceritanya udah lumayan, ringan tapi berisi
2022-08-18
1
Rhido Kurniawan
lanjutkan thor bagus ceritanya cuma maaf nih Thor kalau boleh saran setiap awal kalimat dibuat huruf kapital biar enak dibacanya. makasih 🙏
2022-08-11
0