setelah Arcane mendapatkan pencerahan ia kemudian kembali ke kamarnya dan langsung menulis jadwal pelatihan tubuhnya, dan karena di jaman ini tidak ada jam jadi ia menyusun jadwal yang fleksibel.
selain itu ia juga menggambar blue print untuk membangun sebuah tempat pelatihan pribadinya, meskipun ia ingin menyembunyikan yang satu ini namun jika tidak di lakukan rasanya kurang efektif.
begitu selesai ia mencari kepala pelayan dan meminta di ajak berkeliling keluar kediaman, sebelumnya ia ingin meminta kepada ibunya namun melihat betapa marahnya ia pagi ini Arcane mengurungkan niatnya.
bukan tanpa alasan ia ingin keluar Hari ini, selain ingin melihat suasana luar kediaman ia juga ingin mengumpulkan segala informasi sedini mungkin supaya ia bisa bebas kemanapun tanpa tersesat.
setelah berkeliling sebentar Arcane telah bertemu seorang pria yang lumayan berumur berpakaian rapi dengan tubuh tegap dan elegan sedang membawa beberapa dokumen.
"paman sebas, paman Sebastian.... apakah anda sibuk!? "
Kepala pelayan yang di panggil Sebastian pun berhenti, ia menoleh dan memberikan hormat.
"oh yang mulia pangeran... apa yang bisa hamba bantu? "
"paman apakah kita bisa keluar kediaman? aku ingin melihat kota? "
Sebastian yang mendengar hal itu menatap heran dan menjawab.
"sebaiknya kita tunda dulu yang mulia, jika ingin jalan-jalan lebih baik dengan baginda ratu Elizabeth. "
"eeh... tapi aku ingin pergi karena bosan tidak pernah keluar kediaman"
ya.... dengan alasan keamanan Arcane tidak pernah keluar kediaman sekalipun, meskipun begitu selalu ada para pelayan kecil yang biasanya menemani Arcane bermain untuk mengusir kebosanannya.
Ya meskipun Arcane jarang bermain permainan anak-anak ia lebih banyak menghabiskan waktu untuk membaca dan tidur.
"tidak bisa yang mulia, anda masih terlalu kecil" balas Sebastian tegas.
Arcane memutar otak dan kemudian langsung tersenyum licik, ia kemudian menunduk dan berbicara dengan nada sedih.
"am... sebenarnya aku ingin keluar untuk memberikan hadiah untuk ibu karena sepertinya ibu masih marah kepadaku... "
Sebastian yang mendengar itu tersenyum dan berlutut dengan tangan mengelus kepala Arcane.
"hah... anda memang mirip dengan beliau.... baiklah anda boleh keluar dengan syarat harus kembali sebelum petang serta ditemani oleh seorang pelayanan dan seorang kesatria"
Arcane menatap Sebastian dan tersenyum lebar.
"benarkah!?"
Sebastian hanya mengangguk singkat, dan dengan jawaban itu Arcane langsung bersemangat.
"baik kalau begitu aku akan bersiap-siap, terima kasih paman Sebastian"
setelah berterimakasih dan memberi hormat Arcane langsung berbalik menuju kamarnya, ia mengganti bajunya dengan pakaian yang lebih sederhana dan sebuah jubah.
Begitu selesai ia langsung pergi ke pintu utama atau pintu depan yang dimana di sana telah ada seorang kesatria dan seorang maid menunggu di depan pintu dan mereka telah mengenakan pakaian tentara bayaran dan pakaian pembantu sebagai penyamaran.
NB. sepertinya mulai sekarang Saya akan menggunakan maid Sebagai sebutan pelayan wanita dan pelayan/waiter sebagai pelayan laki-laki, jika kedepannya ada kesalahan mohon koreksinya terima kasih 🙏🙏🙏
keduanya langsung memberi hormat dan memperkenalkan diri.
"salam yang mulia pangeran hamba boy kesatria yang akan mengawal anda"
"salam yang mulia hamba Mai maid yang akan menemani anda"
Arcane mengangguk dan tak menunggu lama ia langsung mengajak keduanya pergi, ketika mereka bertiga menuju gerbang utama diam-diam Sebastian memperhatikan dari dalam mansion dan dengan nada dingin serta tatapan tajam berkata.
"mereka sudah pergi? "
meskipun masih siang namun sesosok manusia yang mengenakan topeng polos berwarna silver muncul dengan berlutut hormat.
"5 orang terbaik sedang mengawasi di balik bayangan"
Sebastian mengangguk dan pergi seperti tidak terjadi apapun, namun sebelum ia terlalu jauh dari orang itu ia berkata.
"bagus lanjutkan tugas"
"laksanakan! "
bersamaan dengan itu orang tersebut langsung menghilang dengan kecepatan yang tak terlihat oleh mata dan sebas melanjutkan pekerjaannya seperti tidak terjadi apapun.
-- di kota --
Arcane berjalan dengan santai di jalanan kota, meskipun perjalanan ketiganya cukup jauh dari kediaman namun ajaibnya Arcane masih belum lelah padahal kedua orang yang mengikuti Arcane sebenarnya cukup heran karena wajarnya anak sekecil itu harusnya menyerah.
hal pertama yang di kunjungi Arcane adalah pusat perbelanjaan, disini ia bisa dengan bebas melihat beberapa produk Jadi seperti pakaian, perhiasan, restoran, bahkan senjata.
namun selain berhenti sejenak di depan toko perhiasan dan senjata tidak ada yang menarik perhatian Arcane, sebenarnya beberapa kali Arcane di tawari oleh Mai untuk melihat toko mainan namun Arcane tanpa ragu menolak.
sejujurnya Arcane lebih tertarik untuk pergi ke toko peralatan sihir namun ketika masuk ia sedikit kecewa karena isinya hanya buku mantra, senjata sihir, tongkat sihir, batu sihir dan batu mana.
meskipun kecewa Arcane bisa tau kalau ternyata ada yang di sebut benda sihir meskipun baginya dalam bentuk sederhana.
Ya bagaimana tidak? benda seperti tongkat sihir hanyalah sebuah benda untuk mempercepat proses penciptaan sihir saja sementara senjata sihir hanya seperti pedang yang bisa mengeluarkan panas dan tebasan jarak jauh itu pun tidak permanen.
bagi Arcane yang kehidupan sebelumnya yang menciptakan pistol plasma ataupun selancar udara hal itu hanyalah mainan anak², bukan bermaksud sombong namun jika di bandingkan dalam posisi yang sama dunia ini memang masih belum maju atau bisa di bilang tidak ada kemajuan sama sekali
Arcane bisa menyimpulkan seperti itu karena dalam buku yang ia baca tidak ada kemajuan teknologi yang berarti.
karena bahkan dalam bidang senjata mereka hanya memperbaiki efektivitas aliran mana dan ketahanan senjata saja tanpa ada inovasi lainnya.
menurut Arcane itu adalah hal paling menyia-nyiakan sumber daya alam seperti batu mana (batu yang menyimpan mana murni tanpa ada elemen sihir) dan batu sihir (sama seperti batu mana namun mempunyai kandungan elemen alam seperti api, air, tanah dll), jika di dunia sebelumnya kedua benda itu pasti sudah menjadi baterai serbaguna.
setelah puas melihat lihat Arcane langsung membeli beberapa tinta cair dari toko serba ada dan beberapa aksesoris berwarna perak setelah itu ia langsung menuju lokasi kerajinan di sana barang yang di beli bisa di pesan atau di buat di tempat secara langsung namun toko yang buka tidak terlalu banyak karena bisnis model seperti ini terlalu besar kerugiannya jika tidak pintar dalam berbisnis.
sini banyak toko kerajinan yang menawarkan barang Jadi dan juga jasa untuk Meng-custom sesuai keinginan pelanggan, dan bahkan di sini juga ada pembuatan peralatan sihir yang katanya sangat mahal dan langka.
Pada wilayah kerajinan Arcane langsung menuju ke tempat kerajinan aksesoris.
"KRING... Selamat datang tuan ada yang bisa di bantu"
Arcane memasuki sebuah toko yang paling mewah dan terbaik rekomendasi Mai dan orang sekitar, dan benar saja ketika memasuki toko tersebut kelompok Arcane langsung di sambut oleh pelayan tampan.
Arcane langsung mendatanginya dan mengatakan maksud dari tujuannya.
"aku ingin membuat sebuah benda, berapa lama kira-kira akan selesai? "
"tuan bisa katakan apa yang ingin anda buat? supaya kami menilai berapa lama waktu pembuatannya? "
Arcane berfikir sejenak dan menjawab.
"hmm.... sebaiknya lebih mudah di gambarkan dari pada di katakan, bisa aku meminta pena dan kertas? "
"tentu tuan"
pelayan itu langsung mengantarkan rombongan Arcane ke sebuah meja yang sudah ada alat tulis di atasnya.
di sana Arcane langsung mengambil pena bulu dan kertas untuk menggambar sebuah benda, setelah beberapa saat kemudian setelah gambar itu selesai.
"ini seperti ini, apakah anda bisa mengerjakannya? "
pelayan itu mengambil kertas dan melihat sekilas.
"mohon tunggu sebentar Saya akan menanyakan kepada pengrajin kami"
Arcane hanya bisa mengangguk dan menunggu, sementara pelayan itu berbalik dan pergi menunjukkan gambaran Arcane.
"BHAHAHAHAHA..... APA IN HAHAHAHAHA"
sebuah tawa terdengar dari sebuah ruangan sesaat kemudian pelayan toko beserta seorang pria gemuk lengkap dengan berbagai peralatan menempel di tubuhnya, begitu mereka sampai ke hadapan Arcane pelayan itu langsung memperkenalkannya.
"anak ini yang menggambar itu.... dan tamu yang terhormat ini adal......"
"sudah jangan bertele-tele aku adalah pemilik toko! , nak kau ingin membuat sebuah pena bukan? "
Mai dan boy sedikit tidak suka dengan pemilik toko karena sifatnya yang terlalu tidak sopan, namun Arcane tidak masalah dan menjawab.
"benar... apakah ada masalah? "
"hahahaha..... bocah ingusan"
pemilik toko itu langsung meremas kertas itu dan membuangnya di meja Arcane ia kemudian berbalik dan mengambil sebuah pena yang terpajang di tokonya.
"bocah ini yang namanya pena, sekarang bayar 10 koin emas dan pulang"
kelompok Arcane sebagai pelanggan tidak senang dengan sikap pemilik toko, dan Mai pun kini tidak bisa membendung cemoohan ini.
"tuan apakah begini cara anda melayani pelanggan!? "
pemilik toko melirik dan menatap remeh.
"huh? siapa kau? pelayan rendahan saja berani meninggi"
"kau!? sebaiknya anda lebih sopan di hadapan ya-"
sebelum Mai menyelesaikan perkataannya Arcane langsung menyela.
"kakak Mai sepertinya kita tidak di Terima di toko ini, kalau begitu kita pergi saja"
tanpa menunggu tanggapan Mai ataupun pemilik toko Arcane langsung mengambil remasan kertas dan berjalan keluar.
namun baru beberapa langkah bahu Arcane di cengkram oleh pemilik toko.
"semua yang ada di toko ini adalah milikku bahkan raja pun harus mengeluarkan sejumlah uang ketika membawa benda keluar dari sini bahkan jika itu hanyalah sebuah remasan kertas"
boy yang sedari tadi diam langsung memegang pedang yang tersarung di pinggangnya dan menatap tajam pemilik toko apalagi Mai yang sedari tadi kesal dengan sikapnya.
namun Arcane hanya menghela nafas dan berkata.
"baik... kakak Mai tolong berikan 1 koin kepada pemilik toko"
lalu dengan kesal Mai langsung mengeluarkan koin perak dan meletakkannya di atas meja, namun si pemilik toko hanya tersenyum licik.
"hei hei hei.... kami hanya bertransaksi menggunakan koin emas"
"kak Mai.... "
mendengar itu Mai langsung mengeluarkan koin emas dan bermaksud mengambil koin perak, namun ketika ia akan melakukannya pemilik toko kembali berkata licik.
"nona... di toko ini ketika uang telah berada di atas meja maka kami anggap kalau uang itu berarti sudah di belanjakan"
Mai semakin marah namun ketika ia akan membalas, Arcane memotong pembicaraan.
"kalau begitu semoga bisnis anda lancar"
sang pemilik toko tertawa penuh kemenangan dan ia pun melepaskan cengkeramannya lalu membiarkan kelompok Arcane pergi.
namun ketika mereka akaan keluar pemilik toko kembali berkata licik.
"oh iya dengan cara pakaian kalian seharusnya kesulitan untuk melepaskan sebuah koin emas secara cuma-cuma.... jangan jangan kalian-"
begitu selesai berbicara boi yang sedari tadi diam langsung membalas.
"sebaiknya sampai di sini saja, karena jika lebih dari ini Saya jamin anda akan berharap untuk melarikan diri ke ujung dunia"
mendengar perkataan boi yang penuh ancaman tidak membuat pemilik toko gentar
"oh aku takut sekali"
mereka bertiga langsung keluar dari toko dan segera menjauh, lalu Mai dengan nada yang sedikit ragu.
"tuan... soal toko tadi...."
"lupakan sebaiknya kita pergi ke toko lain untuk membuat ini, karena hadiah permintaan maaf ku lebih penting"
potong Arcane sembari memberikan kertas yang telah di remas kepada mai, Mai yang mendengar itu tersenyum dan melihat apa yang di gambar Arcane.
ia sedikit terkejut karena apa yang di gambar Arcane ternyata berbeda jauh dengan apa yang ada di pikirannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 151 Episodes
Comments
anhar005
segitu tololnya lu ajg gitu doang lu bilang pencerahan
2024-01-17
0
Jimmy Avolution
Terus...
2023-01-27
0
Evenflow
Good
2022-08-18
0