Faza melajukan motornya dengan kecepatan maximal. Faza benar benar menyesal karna pergi begitu saja tanpa memperdulikan Zahra yang dirumah sendirian.
Dalam waktu singkat Faza sudah sampai dihalaman rumah. Pria itu buru buru membuka helm kemudian turun dari motornya. Faza bahkan sedikit berlari untuk mencapai pintu yang rasanya sangat jauh sekali.
Tepat saat Faza hendak mengetuk pintu, pintu tersebut terbuka memunculkan Zahra yang sedang membopong karung sampah warna hitam dengan ukuran cukup besar.
“Zahra aku..”
“Permisi aku mau lewat.” Selanya.
Faza langsung diam. Menyadari kesalahan yang tanpa sengaja dia perbuat Faza pun pasrah dengan menyingkir memberi jalan pada Zahra.
“Sayang, aku bantuin yah..”
“Nggak usah. Aku biasa melakukan-nya sendiri.”
Zahra menjawab dengan dingin. Kesal juga kecewa Zahra rasakan karna perlakuan Faza kali ini.
Setelah menaruh karung sampah itu ditempatnya, Zahra pun kembali masuk kedalam rumah dengan melewati Faza begitu saja.
Sedang Faza yang melihat sikap dingin istrinya hanya bisa diam dan melangkah mengikuti Zahra dari belakang.
“Aku tadi pagi ketiduran dirumah mamah.. Aku minta maaf..”
Zahra tersenyum miris. Hanya karna Zahra meminta bantuan untuk membersihkan rumah dan belanja ke pasar Faza pergi begitu saja tanpa pamit.
“Aku sudah masak. Kalau mau makan aku juga sudah siapkan dimeja.”
Zahra berbicara dengan topik lain enggan menyauti ucapan Faza.
“Aku capek. Mau tidur.” Katanya lagi kemudian melangkah menjauh dari Faza menuju kamar mereka.
Faza menghela napas. Tidak biasanya Zahra irit bicara saat marah. Biasanya Zahra akan mengomel tiada henti jika sedang marah padanya.
Faza melangkah menuju meja makan dan mendudukan dirinya dikursi. Dengan pelan Faza menyingkap tudung saji yang menutupi hidangan diatas meja.
Faza tersenyum. Makan malam untuknya sudah tersaji. Memang tidak semewah makanan dirumahnya. Rasanya pun pasti sangat jauh jika dibanding masakan mamahnya. Tapi Faza merasa sangat senang juga terharu. Zahra marah padanya tapi masih mau menyiapkan makan malam untuknya.
“Maafin aku sayang..” Lirih Faza.
Sesungguhnya Faza merasa lapar. Tapi Faza juga tidak mungkin makan sedang istrinya sedang marah padanya.
Faza meraih sepiring ayam goreng dengan cah brokoli tidak lupa dengan semangkuk nasinya kemudian membawanya kedapur untuk menyimpan-nya. Rasa lapar diperutnya tidak sebanding dengan rasa lelah istrinya karna seharian membereskan rumah seorang diri tanpa bantuan darinya.
Ketika membuka kulkas, Faza terdiam. Semua bahan bahan makanan sudah tertata rapi disana. Itu artinya Zahra juga sudah belanja kepasar sendiri.
“Ya Tuhan...” Gumam Faza penuh sesal.
Faza menutup pelan pintu kulkas. Bisa bisanya dia tidur dengan nyenyak seharian sedang istrinya bermandi keringat membersihkan rumah sendiri.
Faza melangkah menuju kamarnya. Disana Faza mendapati Zahra yang berbaring diatas tempat tidur dengan posisi memunggunginya. Selimut tebal menutupi tubuhnya sampai batas pinggang. Faza sadar dirinya salah. Dan Faza sangat menyesal.
Sementara itu tanpa Faza ketahui Zahra menangis dengan kedua mata terpejam. Zahra merasa sangat kecewa kali ini pada Faza yang tidak perduli padanya dan malah pergi kerumah orang tuanya untuk tidur.
“Kamu jahat mas.. Kamu egois.” Batin Zahra pilu.
Zahra tidak menyangka jika ternyata sikap Faza tidak semanis saat mereka masih pacaran. Faza memang egois sejak dulu tapi Faza tidak pernah menolak kemauan-nya apa lagi jika Zahra membutuhkan bantuan. Tanpa diminta pun Faza pasti akan membantunya.
Zahra menggigit bibir bawahnya berusaha untuk menahan isak tangisnya. Membersihkan rumah sendiri sudah menjadi kebiasaan Zahra sejak kakaknya Aris menikah dan memiliki rumah sendiri. Tapi kali ini membersihkan rumah menjadi hal yang sangat menyedihkan untuk Zahra. Tidak menyenangkan seperti biasanya.
“Sayang...”
Sentuhan lembut Faza dubahunya membuat Zahra semakin merasa sakit.
“Aku minta maaf.. Aku tau aku salah. Kamu bisa pukul aku kalau itu bisa membuat kamu puas dan mau maafin aku..”
Zahra tetap diam namun air matanya semakin deras menyebrangi pangkal hidungnya juga sudut matanya hingga membasahi bantal yang menjadi penyangga kepalanya.
“Aku tau kamu belum tidur.. Tolong maafin aku sayang..” Ujar Faza dengan nada memohon.
Faza mencium lembut bahu Zahra. Kesalahan-nya benar benar sangat fatal kali ini.
Faza memeluk perut Zahra mengusapnya dengan sangat lembut. Harusnya Faza tidak pergi pagi tadi. Harusnya Faza tetap dirumah dan membantu Zahra membereskan rumah.
“Zahra..”
“Tolong lepaskan mas. Aku mau tidur. Jangan ganggu aku.”
Suara Zahra begitu lirih dan bergetar menandakan rasa sakit dan kecewa yang menjadi satu dihatinya.
Faza yang memahami dengan apa yang sedang dirasakan oleh Zahra semakin mengeratkan pelukan-nya. Pria itu menempelkan tubuhnya dibelakang Zahra bahkan ikut masuk kedalam selimut enggan menuruti kemauan istrinya.
“Enggak.. Aku nggak akan lepaskan kamu. Sayang aku bener bener minta maaf.. Aku janji tidak akan melakukan kesalahan yang sama lagi..”
Takut. Itu yang saat ini Faza rasakan. Faza sadar sudah membuat Zahra merasa sakit karna sikap egois dan tidak perdulinya.
“Aku kecewa sama kamu mas..” Zahra kembali membatin dengan kedua mata tetap terpejam.
-------------
“Bagaimana kalau besok kita kerumah Zahra, Sudah sebulan semenjak Zahra menikah kita tidak kesana kan?”
Aris berhenti mengusap usap punggung Arka yang memang selalu meminta diusap usap punggungnya saat akan tertidur. Hal itu sudah menjadi kebiasaan Arka sejak lepas dari asi.
Aris menghela napas. Pekerjaan Zahra tidak ada liburnya. Tidak seperti dirinya yang kerja diperusahaan dan mempunyai waktu libur dua hari dalam satu minggu.
“Aku malas ketemu sama Faza.” Katanya pelan.
Nadia menghela napas.
“Kamu nggak boleh begitu dong. Kan Zahra juga sudah ngejelasin sama kamu kalau mereka berdua memang sama sama sepakat untuk membohongi kamu. Jangan hanya menyalahkan Faza.”
Aris diam. Pria itu mencium lembut kepala putranya yang tertidur dengan posisi tengkurap.
“Faza dan Zahra itu saling mencintai mas. Kamu tolong mengertilah.. Kasihan juga kan Zahra kalau kamu begini terus.”
Aris menatap Nadia yang duduk diatas ranjang didepan putranya yang terlelap.
“Zahra tidak pernah bohong sama aku sebelumnya Nad. Tapi sekalinya berbohong benar benar sangat fatal. Aku nggak bisa memakluminya. Tante Sinta juga menyalahkan sepenuhnya kebohongan mereka berdua pada Zahra. Aku benar benar nggak bisa terima itu. Jelas jelas Faza yang selalu ngejar Zahra dari dulu.”
Nadia paham. Aris memang sangat menyayangi Zahra, adik satu satunya.
“Aku menyesal sudah menikahkan Zahra dengan Faza.”
“Mas.. Kalau berpikir seperti itu berarti kamu nggak ada bedanya sama tante Sinta. Tante Sinta belum merestui hubungan mereka dan sekarang kamu juga begini. Zahra pasti akan sangat sedih dan merasa sendiri.”
Aris menatap Nadia lagi kemudian melengos.
“Kita harusnya dukung mereka mas. Kita perkuat keyakinan mereka dalam menjalani hubungan-nya. Toh tujuan mereka menikah juga baik kan? Mereka sama seperti kita, ingin hidup bahagia bersama orang yang kita cintai.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 298 Episodes
Comments
imah
cuekin aja ra si faza nya itu
biar sadar kesalahanya fatal,,,
2022-07-07
2