Sampai waktu makan malam tiba Faza belum kunjung pulang. Zahra yang merasa khawatir menjadi uring uringan sendiri. Ditambah lagi dengan Faza yang sama sekali tidak mengirim pesan ataupun menelepon-nya. Hanya ada satu panggilan tak terjawab itupun pagi tadi.
“Apa mas Faza pulang kerumah mamahnya? Dia masih marah sama aku?”
“Enggak enggak. Harusnya aku yang marah. Orang dia yang salah. Dia yang menyalahkan maksud baik ku.”
“Tapi...”
Zahra menarik napas dalam dalam kemudian menghembuskan-nya perlahan.
“Oke Zahra, tenang. Kamu tidak salah. Mas Faza yang salah.. Tenang...”
Zahra menoleh pada ponselnya berharap ada notifikasi masuk. Tapi sampai beberapa menit kedepan benda pipih itu tidak juga berbunyi.
“Ck. Dasar mas Faza kekanak kanakan. Nggak peka.”
Zahra mencoba untuk tenang dan sabar. Tapi ketiadaan kabar dari Faza membuatnya gelisah dan kelimpungan sendiri.
Tidak bisa lagi menahan rasa kesalnya Zahra pun meraih ponselnya memutuskan untuk menghubungi suami kekanak kanakan-nya lebih dulu. Namun sayang, nomor Faza tidak bisa dihubungi.
“Apa? Dia matiin handphone? Buat menghindari aku begitu?”
Zahra jadi kesal sendiri. Padahal apa yang sedang menguasai pikiran-nya belum tentu benar.
“Pasti dia pulang kerumah mamahnya.” Zahra terus berspekulasi sendiri.
Zahra kemudian menghubungi Fadly untuk menanyakan apakah Faza pulang kerumah orang tuanya atau tidak.
“Halo...”
“Fadly, apa mas Faza pulang kerumah?” Zahra langsung menodong Fadly dengan pertanyaan yang memang sudah sejak tadi membuatnya berpikiran negatif pada Faza.
“Enggak. Kak Faza nggak kesini. Kenapa? Kak Faza belum pulang?”
Zahra hendak membuka mulut untuk menjawab pertanyaan Fadly saat tiba tiba terdengar suara galak mamah mertuanya.
“Makanya kalau tidak bisa hidup berumah tangga nggak usah menikah. Kamu hanya membuat putraku susah !!”
Begitu umpatan penuh kekesalan sang mamah mertua padanya.
Zahra menelan ludah mendengarnya. Fadly pasti sedang bersama mamahnya sekarang.
“Maaf mah.. Zahra cuma khawatir sama mas Faza. Handphone nya nggak aktif dan Zahra takut..”
“Jangan lagi tanyakan anak bandel itu kesini kamu. Ngerti?!”
Sambungan telepon mati setelah Sinta menyela ucapan Zahra. Zahra berdecak, menyesal sekali mengubungi Fadly.
Zahra menghempaskan tubuhnya diatas tempat tidur. Tiba tiba bayangan saat mereka bercinta kembali membayangi Zahra. Zahra tersenyum. Malam itu begitu indah juga mendebarkan bahkan memabukkan.
“Enggak, aku nggak bisa diam begitu saja. Aku harus susul mas Faza kekantor nya.” Ujar Zahra begitu tersadar dari bayangan indahnya bersama Faza.
Tanpa pikir panjang Zahra segera menyambar tasnya. Zahra juga tidak lupa meraih cardigan rajutnya dan segera memesan ojek online yang akan menjadi tumpangan-nya menuju perusahaan tempat suaminya bekerja.
Tidak lama menuggu ojek online itu datang dan Zahra segera menyuruh agar situkang ojol tersebut segera melajukan motor bebeknya.
“Agak ngebut bang..” Pinta Zahra.
“Oke neng.” Saut si abang ojol tersebut.
Zahra terus memikirkan sedang apa? Dimana? dan bersama siapa sekarang suaminya itu. Apa lagi handphone Faza sama sekali tidak bisa dihubungi.
----------
“Kita naik mobil saya saja pak Faza. Takutnya kalau kita naik motor pak Faza nanti penampilan saya jadi berantakan.” Ujar Anita yang tidak mau dandan untuk yang kedua kalinya.
Faza menganggukan kepalanya. Faza benar benar tidak semangat bekerja hari ini. Baterai handphone nya habis dan Faza lupa membawa chargernya. Ditambah lagi dengan acara makan malam mendadak yang harus dia hadiri bersama para direksi.
“Silahkan pak Faza.” Senyum Anita manis.
Faza menganggukan lagi kepalanya kemudian mengambil kunci mobil yang disodorkan Anita. Tanpa pikir panjang Faza kemudian masuk kedalam mobil Anita yang kemudian disusul oleh Anita.
Tepat saat Faza masuk kedalam mobil Anita, Zahra sampai disana. Zahra mengeram kesal dengan kedua tangan mengepal erat. Faza tidak memperdulikan-nya yang sedang marah dan malah pergi bersama Anita. Begitu pikir Zahra.
“Neng sudah sampai.” Ujar situkang ojek online itu memberitahu Zahra.
“Kejar mobil merah itu bang.” Perintah Zahra.
“Loh nggak bisa neng. Saya narik sesuai orderan saya.”
Zahra berdecak. Menyesal kembali dia rasakan. Harusnya Zahra menaiki ojek pangkalan saja.
“Saya akan bayar tiga kali lipat bang.”
“Beneran ini neng?”
“Beneran bang, ayo buruan kejar mobil itu. Nanti kita ketinggalan jejak.” Zahra terus menatap mobil Anita takut jika sampai mobil itu menghilang dari pandangan kedua matanya dan Zahra tidak bisa mengikutinya.
“Tapi ini beneran kan neng bayar tiga kali lipat?”
Merasa sangat kesal karna kebawelan tukang ojek online tersebut Zahra pun merasa gemas.
“Iya bang. Ya Tuhan.. Ayo kejar mobil itu bang.. Suami saya diculik lampir itu..”
“Iya iya neng..”
Tukang ojek itu mendadak ikut panik dan segera memutar gas dengan kecepatan maximal mengejar mobil Anita.
“Neng kok bisa suaminya diculik lampir. Mana pakai mobil lagi nyuliknya..”
“Udah cepetan bang. Nanti saya tukar suami saya dengan abangnya kalau bawel.”
“Lah lah jangan atuh neng. Kasihan bini dan anak saya dirumah kalau saya ditumbalin ke lampir.”
Zahra menghela napas kasar. Tukang ojek itu sepertinya menanggapi serius ucapan-nya tanpa bisa mengartikan peri bahasa ajaib Zahra.
“Lebih cepat lagi bang...”
“Ini udah paling cepat neng.. Berdo'a saja neng. Tuhan pasti akan menyelamatkan suami neng dari lampir itu.”
Zahra memutar jengah kedua bola matanya. Zahra tidak akan memaafkan Faza jika Faza memang sengaja pergi bersama Anita saat hubungan-nya dengan Zahra sedang dilanda masalah.
Mobil Anita berhenti tepat didepan Restoran yang cukup mewah. Zahra segera menyuruh ojek online itu untuk berhenti agar posisinya tidak terlalu dekat dengan mobil Anita.
Zahra terus menatap Faza dan Anita yang masuk kedalam restoran mewah tersebut. Yang membuat Zahra kepanasan ditempatnya adalah Anita yang bergelayut dilengan Faza. Dan Faza, pria itu terlihat tidak keberatan.
“Iiiihhh.. Dasar lampir..” Gemas Zahra kelabakan sendiri. Zahra bahkan tanpa sadar mencubit lengan si tukang ojek online yang meringis menangis tidak berdaya menahan sakit.
“Awas kamu mas. Aku pasung kamu dikamar mandi.” Umpat Zahra kesal.
Setelah Faza dan Anita masuk kedalam restoran, Zahra segera melepas helm milik tukang ojek itu dan menyerahkan-nya kemudian berlari tanpa memikirkan ongkos yang sebelumnya dia janjikan tiga kali lipat itu.
Sementara tukang ojek apes itu menangis menahan sakit akibat cubitan gemas Zahra dilengan-nya.
“Ongkosnya atuh neng.. Huhuhu sakit sekali..” Tangisnya meratap menatap Zahra yang berlari begitu saja menyusul Faza dan Anita masuk kedalam restoran.
“Penampilan saya nggak berantakan kan pak Faza?” Tanya Anita ketika baru saja mendudukan dirinya dikursi.
“Tidak..” Jawab Faza singkat.
Anita tersenyum. Senang sekali rasanya karna bisa satu mobil dengan Faza tadi. Meskipun Faza bersikap dingin padanya.
Tanpa Faza dan Anita sadari, Zahra duduk tidak jauh dari tempatnya. Kedua matanya terus mengawasi dengan intens gerak gerik keduanya.
“Awas saja kamu mas kalau macam macam. Aku sunat kamu.” Kesal Zahra menggebu gebu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 298 Episodes
Comments
Fajar Alfiyanshah
pelakor beraksi minta disiram jus cabai
2022-07-05
2
imah
bau bau pelakor
pelakornya kegenitan
2022-07-05
1