Zahra menatap ragu pintu utama rumah kakaknya, Aris. Rumah yang memang tidak mewah tapi tidak terlalu kecil juga. Rumah itu adalah rumah yang dibeli Aris dari hasil kerja kerasnya sebelum benar benar mantap menikahi Nadia, wanita yang kini menjadi istrinya.
“Eh Zahra?”
Zahra tersentak begitu mendengar suara kakak iparnya, Nadia istri Aris.
“Kakak..” Zahra mulai kikuk sekarang.
“Sudah lama ya? Memangnya Aris nggak dirumah?”
Zahra tidak tau harus menjawab apa. Dirinya memang sudah hampir 10 menit berdiri didepan pintu dan sama sekali tidak mengetuknya. Kalaupun Aris ada didalam, Aris tidak akan tau ada Zahra didepan pintu karna Zahra hanya diam tanpa mengetuk pintu sejak tadi.
“Kebiasaan nih pasti kakak kamu ketiduran. Emang biasa dia mah Ra, kalau pulang cepet ya abis maghrib gini sudah tidur.”
Zahra tersenyum. Itu artinya kedatangan-nya untuk bertemu dan berbicara secara langsung dengan Aris tidak sia sia. Aris sudah pulang sejak sore tadi.
“Yuk masuk, kamu udah makan?”
Nadia membuka pintu dan mempersilahkan adik kesayangan suaminya itu masuk.
“Udah kok kak.” Jawab Zahra pelan sambil mendudukan dirinya disofa ruang tamu.
“Kamu kesini pasti mau ketemu sama Aris kan? Sebentar biar kakak bangunin.”
Zahra hanya menganggukan kepalanya. Zahra berharap Aris bisa mengerti dan paham setelah mendengar alasan Zahra dan Faza memutuskan untuk berbohong.
Aris yang dibangunkan oleh Nadia awalnya terlihat malas malasan. Namun begitu Nadia mengatakan ada Zahra kedua matanya langsung terbuka sempurna. Rasa kantuk Aris hilang begitu saja.
“Dimana dia?” Tanya Aris dengan wajah datar.
Nadia menghela napas pelan. Nadia tau semuanya karna malam itu Nadia melihat sendiri bagaimana Aris menghajar Faza yang sama sekali tidak melawan.
“Kamu yang sabar.. Zahra kesini pasti mau menjelaskan sesuatu sama kamu. Terkadang apa yang kita pikirkan tidak sama dengan kenyataan yang ada Ris.”
Aris hanya diam saja. Pria dengan piyama coklat gelap itu melangkah keluar dari kamarnya menuju ruang tamu dimana Zahra sedang menunggunya.
Zahra yang saat itu sedang harap harap cemas menunggu Aris langsung berdiri begitu Aris mendekat padanya.
“Kak.. Aku bisa jelaskan semuanya..”
Aris diam. Tatapan-nya begitu datar pada Zahra yang berdiri tidak jauh darinya. Aris benar benar kecewa pada adiknya itu. Zahra mau menikah dengan Faza, pria yang bahkan tidak berani jujur tentang ketidak setujuan kedua orang tuanya tentang pernikahan mereka.
“Katakan semuanya dan setelah itu kamu pulang.” Ujar Aris melengos enggan menatap Zahra.
Zahra memejamkan kedua matanya kuat. Ini kali pertama Aris bersikap seperti itu padanya. Aris, sosok yang hangat dan penuh kasih kini bersikap begitu dingin padanya.
Zahra mulai menjelaskan semua kesepakatan-nya dengan Faza membohongi Aris. Dan semua itu tentu saja mereka lakukan demi bisa hidup bersama.
“Aku juga salah kak.. Kalau kakak mau marah jangan hanya marah sama mas Faza.”
“Cukup Zahra. Kakak tidak pernah mengajarkan kamu berbohong. Tapi hanya karna Faza kamu sampai membohongi kakak. Kakak bener bener kecewa sama kamu.” Sela Aris penuh amarah.
Air mata Zahra berjatuhan detik itu juga. Aris berbicara dengan nada tinggi padanya. Dan lagi lagi itu adalah untuk yang pertama kalinya.
“Aku mencintainya kak. Kami sudah lama pacaran.. Kami ingin menikah dan hidup bersama.. Cara kami memang salah.. Tapi aku mohon maafkan aku dan mas Faza kak..”
Aris memejamkan kedua matanya. Aris tau bagaimana perasaan Faza dan Zahra. Siapapun pasti ingin menikah setelah berpacaran. Siapapun pasti ingin hidup bersama orang yang dicintai. Tapi menurut Aris cara yang dilakoni Zahra dan Faza sangatlah salah. Mereka berdua berbohong demi kepentingan mereka sendiri tanpa memikirkan resiko yang akan mereka berdua hadapi kedepan-nya.
“Dengar kakak Zahra..” Lirih Aris dengan kedua mata terus terpejam.
Zahra menundukan kepalanya. Sesekali Zahra menyeka air mata yang menetes membasahi kedua pipinya.
“Menikah itu bukan hanya tentang hidup berdua dengan orang yang kita cintai. Menikah itu bukan akhir dari segala kebahagiaan pasangan. Tapi menikah itu adalah berubahnya status kamu juga kehidupan kamu. Kamu tidak akan sebebas yang kamu mau lagi. Begitu juga dengan Faza. Kamu tidak bisa melakukan apa yang kamu suka sebebas dulu setelah ini. Karna sejatinya tidak akan ada dua pensil yang bisa membuat satu titik secara bersamaan Zahra.”
Pelan pelan Zahra mengangkat kepalanya. Zahra tidak mengerti dengan apa yang dikatakan oleh Aris. Tapi tatapan sendu Aris menyiratkan ke khawatiran yang bisa dengan jelas Zahra tangkap.
“Mungkin kamu belum merasakan-nya sekarang. Tapi nanti kamu pasti akan mengerti. Saat itu datang kakak harap kamu tidak menyesal dengan keputusan kamu menikah dengan Faza.”
Zahra semakin tidak mengerti. Zahra sudah yakin dengan keputusan-nya menikah dengan Faza. Dan Zahra yakin dirinya tidak akan menyesal. Faza adalah pria yang sangat dicintainya. Faza adalah suami impian-nya sejak dulu.
“Sekarang lebih baik kamu pulang. Faza pasti menunggu kamu.”
“Apa itu artinya kakak maafin aku dan mas Faza?” Tanya Zahra dengan sangat hati hati.
Aris tersenyum miris.
“Memangnya kakak punya pilihan lain?” Tanya balik Aris.
Zahra menggelengkan kepalanya. Tujuan-nya datang adalah untuk menjelaskan juga meminta maaf pada Aris atas kebohongan uang dilakukan-nya dengan Faza.
“Kamu tunggu sebentar, kakak akan ambil kunci mobil kakak. Biar kakak antar kamu pulang.”
Zahra menganggukan kepalanya. Seulas senyum perlahan mulai terukir dibibir pink nya. Zahra merasa lega sekarang. Aris sudah memaafkan-nya dan Faza meskipun Aris masih bersikap dingin padanya. Tapi Zahra yakin kemarahan Aris tidak akan berlangsung lama. Aris sangat menyayanginya, Zahra selalu meyakini itu.
Dalam perjalanan Aris sama sekali tidak bersuara membuat suasana hening tercipta diantaranya dan Zahra. Suasana yang jarang sekali terjadi jika keduanya sedang bersama dalam satu mobil.
“Kak..” Panggil Zahra pelan mencoba memecah keheningan.
“Hem..” Saut Aris terus fokus dengan kemudinya.
“Sebenarnya hari ini mas Faza sudah mulai kerja. Dan mas Faza bilang dia bakal lembur makanya pulang kerja aku langsung kerumah kakak..” Cerita Zahra.
“Jadi Faza tidak tau kamu datang kerumah kakak?” Tanya Aris.
Zahra menggelengkan kepalanya menjawab pertanyaan Aris.
“Biasakan jujur pada suami kamu Ra. Tanam kebiasaan baik dalam hidup berumah tangga sejak awal.”
Zahra menatap Aris yang terus fokus dengan jalanan yang sedang mereka lalui. Jalanan yang sedikit padat mengingat saat itu adalah jamnya orang orang pulang dari aktivitasnya diluar rumah seharian.
Perlahan Zahra tersenyum. Aris sedang menasehatinya agar Zahra menjadi istri yang baik untuk Faza.
“Aku nggak bohong kok kak. Aku hanya tidak meminta izin saja sama mas Faza.” Kata Zahra tersenyum lebar.
Aris ikut tersenyum mendengarnya. Zahra terlihat sangat polos jika sedang melucu.
“Sama saja.” Balas Aris dalam senyuman gelinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 298 Episodes
Comments
👙⃝᜴ᵍᵉᵐᵇᶦᶫ👻ᴸᴷ
semangat....
2022-09-14
1
Fajar Alfiyanshah
semangat kak Thor💪💪💪
2022-07-03
2
Fajar Alfiyanshah
betul Zahra biasakan izin dulu ke suami kl mau apa apa..
2022-07-03
1