Lagi lagi apa yang sebelum menikah Zahra bayangkan benar benar tidak sesuai kenyataan. Bayangan mengerjakan semuanya bersama sama ternyata hanya khanyalan saja. Pada kenyataan-nya sekarang Zahra mengerjakan semuanya sendiri. Menyapu, ngepel, mengelap bahkan sampai mencuci baju. Sedang Faza, suaminya itu pergi entah kemana.
“Hhh..” Zahra mengusap peluh yang membasahi keningnya sembari mendudukan dirinya diatas sofa ruang tamu.
Zahra menatap jam dinding berbentuk bulat dengan gambar kupu kupu.
“Sudah hampir sore. Aku ke super market terdekat aja deh.”
Zahra kembali bangkit dari duduknya melangkah menuju kamar untuk mengambil dompet.
Ketika Zahra membuka pintu lemari untuk mengambil dompet, tiba tiba ponselnya berbunyi pertanda ada pesan masuk. Penasaran Zahra segera meraih ponselnya yang tergeletak diatas tempat tidur berseprai hijau lumut itu.
Zahra berdecak ketika membuka pesan yang ternyata dari Faza. Faza mengatakan untuk Zahra menggunakan uang yang ada di tas kerjanya jika ingin pergi berbelanja.
“Yang aku butuhin itu nggak cuma uang kamu buat belanja. Tapi kehadiran kamu juga buat anterin aku sekarang mas..” Gumam Zahra sedih.
Zahra menghela napas. Kehidupan setelah pernikahan ternyata tidak seindah yang dia bayangkan.
Suara ketukan pintu membuat Zahra mengeryit. Zahra bangun dari duduknya ditepi ranjang melangkah pelan keluar dari kamarnya untuk membuka pintu.
“Tina?”
Zahra mengeryit ketika mendapati Tina berdiri di depan pintu utama rumahnya.
“Kamu nggak papa Ra?”
Zahra tersenyum. Tina pasti khawatir dengan-nya karna Zahra memang meminta izin libur kerja dengan alasan sakit. Tidak mungkin rasanya jika Zahra mengatakan bahwa dirinya libur kerja karna ingin menemani Faza yang sekarang entah berada dimana.
“Yuk masuk..”
Zahra menarik tangan Tina menyuruhnya untuk masuk kedalam rumahnya.
“Kamu kok jam segini udah balik?” Tanya Zahra mengajak Tina untuk duduk.
“Ya. Pak Santo yang nyuruh aku buat kesini jenguk kamu.”
Zahra mengeryit.
“Pak santo?”
Tina menganggukan kepalanya.
“Sepertinya dia khawatir sama kamu. Dia bahkan memberiku uang untuk membeli buah buahan ini.”
Tina menaruh dua kantong plastik buah buahan diatas meja didepan-nya dan Zahra.
Zahra merengut. Zahra benar benar menyesal karna sudah berbohong tentang izin libur kerjanya.
“Kamu udah mendingan?”
“Aku nggak sakit Tin. Aku sehat sehat aja. Sakitku hanya alasan pada pak Santo saja supaya di izinkan libur hari ini.”
“Apa?!” Tina benar benar terkejut.
“Kenapa harus berbohong sih Ra?”
Zahra menundukan kepalanya. Zahra ingin sekali mencurahkan isi hatinya pada Tina sekarang. Tapi Zahra tau menceritakan tentang masalah rumah tangganya pada orang lain tidak baik.
“Aku hanya ingin libur saja.” Senyum Zahra menatap Tina.
Tina menatap kedua mata Zahra lekat. Tina tau ada yang sedang membuat hati sahabatnya itu merana.
“Ah ya Tin, kebetulan aku mau belanja sekarang. Anterin yah?”
“Memangnya nggak sama suami kamu?” Tanya Tina bingung.
“Nggak, dia lagi pergi. Kamu mau kan anterin aku?”
Tina menganggukan kepalanya dengan senyuman manis yang terukir dibibirnya.
“Tapi sekalian kita makan siang diluar yah..”
“Oke.. Nggak masalah.”
“Tapi nggak papa kan? Suami kamu nggak marah kan kita pergi berdua?”
Zahra tertawa. Zahra tidak perduli meskipun Faza marah. Toh pria itu juga sekarang pergi entah kemana dan sama sekali tidak mengatakan apapun padanya saat akan pergi.
“Udah tenang.. udah lama loh kita nggak jalan bareng.” Kata Zahra.
“Ya juga sih.”
-----------
Sinta membuka pintu kamar Faza dengan sangat pelan. Wanita dengan rambut ikal kecoklatan itu menghela napas menatap putra pertamanya yang dari datang sampai sekarang terus saja tidur dengan lelap.
“Faza Faza.. Kamu pasti capek banget yah tiap hari kerja.”
Sinta melangkah pelan mendekat pada ranjang dimana Faza berbaring. Sinta pikir Faza tidak akan mau datang lagi setelah Fadly mengantarkan barang barangnya ketempat tinggalnya bersama Zahra.
“Kasihan sekali kamu nak.. Pasti kamu nggak bahagia hidup bersama dia. Dia pasti nggak bisa ngurusin kamu dengan baik makanya kamu memilih pulang kesini dihari libur.” Gumam Sinta.
“Nanti saja deh aku bangunin-nya. Kasihan kalau lagi tidur nyenyak dibangunin.”
Sinta bangkit dari duduknya kemudian kembali melangkah keluar dari kamar Faza.
“Loh mah, kata papah kak Faza kesini. Sama Zahra ya?”
Sinta berdecak begitu mendapati Fadly berada didepan pintu kamar Faza.
“Kalau dia ikut mamah nggak mungkin izinin Faza masuk Fadly.” Ketusnya menjawab pertanyaan Fadly.
Fadly menghela napas pelan. Mamahnya masih tidak mau menerima kenyataan bahwa Faza sudah resmi menikahi Zahra.
“Tapi kan mah..”
“Fadly cukup. Jangan bahas apapun lagi tentang dia. Sekarang lebih baik kita makan siang. Jangan ganggu kakak kamu. Dia sedang tidur.” Sela Sinta tidak mau dibantah.
Fadly mengangguk pelan. Padahal Fadly ingin sekali mengobrol dengan Faza seputar pekerjaan.
“Ya mah..”
Fadly mengikuti langkah mamahnya menuruni anak tangga satu demi satu menuju lantai dasar kediaman mewah itu.
Fadly yakin Faza pasti punya alasan kenapa datang tanpa Zahra. Tebakan Fadly mungkin mereka sedang bertengkar sehingga Faza memilih untuk menghindar sementara.
Sampai menjelang malam Faza belum juga bangun. Faza bahkan sampai melewatkan makan siangnya.
Fadly yang merasa penasaran sedang apa kakaknya didalam kamar pun mengendap endap masuk tanpa sepengetahuan mamahnya yang memang sepertinya sengaja tidak membangunkan Faza agar Faza tetap tinggal.
Begitu masuk kedalam kamar Faza, Fadly berdecak beberapa kali dengan kepala menggeleng melihat Faza yang masih lelap dalam tidurnya.
“Dasar kebo..”
Fadly melangkah menuju ranjang dimana Faza berbaring. Fadly membangunkan Faza yang menggeliat sebelum akhirnya membuka kedua matanya dengan sempurna.
“Eh kamu.. Abis darimana?” Tanya Faza bangkit dari berbaringnya dan duduk menghadap Fadly yang duduk disampingnya tadi berbaring.
“Kakak tuh yang seharian tidur kaya orang mati. Sampe nggak makan siang lagi.”
Faza mengeryit. Karna kelelahan Faza sampai kebablasan tidur sampai seharian.
“Ini jam berapa?” Tanya Faza cepat.
“Tuh liat, ini itu udah mau malem. Ditungguin bangun dari tadi juga.” Jawab Fadly kesal.
“Ya Tuhan..”
Faza langsung melompat dari tempat tidur. Kesadaran-nya langsung penuh. Tubuhnya yang semula lemas karna baru bangun tidur langsung segar kembali. Faza sudah meninggalkan Zahra sendirian dirumah begitu lama. Padahal Faza sendiri yang meminta Zahra untuk libur kerja dan dirumah saja menemaninya. Tapi Faza sendiri malah pergi dan tidur seharian dirumah orang tuanya.
“Loh kak..”
“Aku harus pulang sekarang.” Sela Faza sambil mengenakan sepatunya dengan sangat terburu buru.
Setelah selesai mengenakan sepatunya, Faza meraih jaket juga kunci motor miliknya kemudian berlari keluar kamarnya meninggalkan Fadly yang hanya bisa menghela napas melihat kelakuan ajaib kakak satu satunya itu.
Faza berlari menuruni anak tangga tanpa berpikir untuk pamit pada kedua orang tuanya. Faza bahkan hampir menabrak asisten rumah tangga yang saat itu hendak menyimpan baju yang sudah selesai disetrika.
“Zahra pasti marah banget sama aku..”
Faza keluar dari rumah megah kedua orang tuanya dan segera menaiki motor gedenya melesat dengan cepat dari pekarangan luas kediaman keluarganya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 298 Episodes
Comments
Lila Anggraini
dasar childish
2022-10-18
0
imah
kebangeten banget sih lu faza
istri dirumah sendiri beres beres
kamu enak enakan tidur
kalo tau gt dlu jangan nikah dlu kl masih ingin leha leha
2022-07-07
2