PASUTRI (Tentang Cinta & Kebahagiaan)
“Bagaimana para saksi? Sah?”
“Sah !!” Jawab serentak para saksi yang memang sengaja di undang untuk menghadiri acara sakral sederhana tersebut.
Sementara sang mempelai pria dan wanita itu tampak tersenyum bahagia setelah berhasil bersumpah dihadapan Tuhan, penghulu, juga para saksi yang hadir. Namun ditengah rasa bahagia itu ada sebesit rasa ragu dihati Zahra karna pernikahan yang mereka berdua selenggarakan tidak dihadiri oleh kedua orang tua Faza, laki laki yang baru saja berstatus sebagai suaminya.
“Mas...”
“Zahra, ini hari bahagia kita. Tolong jangan bahas apapun dulu oke?”
Zahra langsung bungkam. Jika tidak karna takut kehilangan Faza, mungkin Zahra tidak akan mau menikah secara diam diam seperti itu.
Acara sakral itu berlangsung dengan meriah meski tamu undangan hanya dari para tetangga dekat saja. Namun itu semua tidak mengurangi rasa bahagia dihati Faza juga Zahra.
“Kakak nggak mau tau Faza, secepatnya kamu harus beritahu keluarga kamu tentang pernikahan ini. Kakak nggak mau kalau sampai Zahra yang menjadi korban.” Ujar Aris, kakak Zahra.
Aris dan Zahra adalah sepasang saudara yang memang sudah sejak kecil hanya hidup berdua. Kedua orang tuanya meninggal karena kecelakaan. Sedangkan sanak saudaranya, semuanya jauh dikampung halaman.
“Kakak nggak perlu khawatir. Aku pasti akan beritahu mamah sama papah. Tapi tidak dulu untuk sekarang. Aku akan mencari moment yang tepat.” Balas Faza tenang.
Sementara Zahra, dia hanya diam saja. Zahra bahagia karna akhirnya statusnya dan Faza jelas. Tapi Zahra juga ragu mengingat kedua orang tua Faza yang tidak pernah sedikitpun menyukainya.
“Ya sudah kalau begitu. Tapi ingat Faza, kakak tidak akan segan memukul kamu kalau sampai Zahra terluka.”
“Aku jamin Zahra akan selalu tersenyum kak.” Faza tersenyum dengan santai membalas ucapan menggebu gebu Aris, sang kakak ipar.
Aris melirik adik semata wayangnya yang masih mengenakan kebaya putihnya. Aris tidak bermaksud merusak hari bahagia adiknya. Aris hanya khawatir juga kesal pada Faza yang telah membohonginya dengan mengatakan kedua orang tuanya akan datang menyusul agar Aris mau menjadi wali untuk Zahra.
“Asal kamu tau Faza, sesuatu yang dimulai dari kebohongan itu tidak akan baik pada akhirnya. Tapi ingat, jika sampai adikku menderita kamu satu satunya orang yang akan ku cari.”
Ekspresi Faza langsung berubah. Ucapan Aris kali ini benar benar mengenai hati dan perasaan-nya.
“Ra, kakak pulang dulu..”
Zahra bangkit dari duduknya disofa kemudian mendekat pada Aris. Zahra menyalimi Aris yang memang sangat dia hormati. Hanya Aris keluarga satu satunya yang Zahra miliki sejak kedua orang tuanya meninggal.
“Kakak hati hati. Salam buat kak nadia dan dede Arka.” Ujar Zahra tersenyum.
“Ya.. Kamu baik baik sama suami kamu. Kakak akan sering sering datang kesini buat jengukin kamu.”
Faza melengos mendengar apa yang Aris katakan pada Zahra. Faza merasa Aris tidak percaya padanya tentang Zahra.
Faza melangkah menuju kamar pengantin-nya dan Zahra. Faza sadar apa yang dilakukan-nya dengan membohongi Aris salah. Tapi Faza juga tidak bisa jika harus kehilangan Zahra. Faza ingin memberikan status yang jelas pada Zahra yang memang sudah dipacarinya sejak lulus SMA.
Faza mendudukan dirinya ditepi ranjang. Pandangan-nya menyapu keseluruh sudut kamar yang memang sudah dihias sedemikian indahnya dengan kelopak bunga mawar merah yang bertaburan dilantai juga seprai putih bersih ranjang pengantin-nya dan Zahra.
Faza tersenyum. Faza melupakan apa yang Aris katakan padanya beberapa menit lalu begitu membayangkan masa depan indahnya bersama Zahra. Faza berpikir mereka berdua akan secepatnya dikaruniai buah hati oleh Tuhan seperti pasangan suami istri pada umumnya.
“Mas mau mandi sekarang?”
Lamunan Faza buyar seketika begitu suara Zahra masuk kedalam indra pendengaran-nya. Faza menoleh kearah pintu dan tersenyum sambil menepuk pelan tempat disampingnya menyuruh agar Zahra duduk disampingnya.
Zahra yang mengerti maksud Faza pun mendekat dan duduk tepat disamping suaminya.
“Aulia Zahra, sekarang kamu benar benar menjadi milikku seutuhnya.”
Faza meraih tangan Zahra, menggenggamnya lembut seolah meyakinkan bahwa mereka akan selalu bersama dalam keadaan apapun.
Zahra menatap tangan-nya yang digenggam Faza. Senyumnya mengembang menatap cincin yang melingkar dijari manisnya juga Faza. Cincin 2 gram yang menjadi tanda pengikat hubungan sah mereka.
Zahra kemudian menatap wajah tampan Faza. Rasanya seperti mimpi. Kakak kelas 2 tingkat darinya itu kini benar benar menjadi suaminya.
“Mas..” Panggilnya pelan.
“Hem..” Saut Faza mengangkat tangan Zahra yang digenggamnya kemudian menciumnya sekilas.
“Besok pagi kita ke makam ayah sama ibu yah.. Aku mau kasih tau mereka bahwa sekarang anak gadisnya sudah bersuami.”
Faza mengangkat sebelah alisnya.
“Gadis?” Tanyanya menatap Zahra.
Zahra mengangguk dengan senyuman manis yang terukir dibibirnya. Kebaya pengantin putih tulangnya masih melekat dengan sempurna ditubuh langsingnya. Bahkan riasan dikepalanya pun masih dengan kokoh dan rapi.
“Memangnya kamu yakin setelah malam ini kamu masih gadis hem?”
Pipi Zahra langsung merona mendengar pertanyaan dengan nada menggoda yang keluar dari bibir tipis Faza. Ini memang bukan kali pertama Faza menggodanya. Namun keadaan-nya sekarang berbeda. Jika dulu Zahra bisa cuek saat masih pacaran jika Faza menggodanya. Tapi sekarang, mereka sudah menikah bahkan sedang duduk berdua diatas ranjang. Dan godaan Faza benar benar langsung tepat mengenai rasa malu Zahra.
“Apaan sih kamu mas. Nggak lucu tau.”
Zahra yang malu berniat bangkit, namun Faza tidak mengizinkan Zahra meninggalkan-nya. Faza terus menggenggam tangan kecil Zahra.
“Aku nggak sedang melucu. Aku serius Zahra.”
Zahra menggigit bibir bawahnya. Membayangkan dirinya bergumul diatas ranjang bersama Faza malam ini membuatnya malu sendiri. Zahra sadar akan statusnya sekarang. Zahra juga sadar sudah menjadi kewajiban untuknya melayani Faza.
“Eemm.. Mas aku mandi dulu. Badanku lengket dan bau..” Zahra mencoba mengulur waktu dengan beralasan ingin mandi.
Faza yang mendengar itu tertawa. Pria yang masih lengkap dengan setelah jas hitamnya itu kemudian melepaskan tangan Zahra yang di genggamnya. Faza mengerti Zahra mungkin malu dan gugup. Dan Faza tidak mau menekan istri imutnya itu.
“Baiklah.. Aku akan menunggu disini..” Katanya sebelum Zahra berlalu keluar dari kamar mereka.
Setelah Zahra keluar dari kamar, Faza pun membaringkan tubuhnya diatas ranjang. Faza sudah sangat tidak sabar ingin melalui malam indahnya bersama Zahra malam ini.
“Mas Faza !!”
Teriakan Zahra dari arah kamar mandi membuat Faza langsung bangkit dari berbaringnya. Khawatir sesuatu yang buruk terjadi pada Zahra, Faza pun bergegas menyusul Zahra kekamar mandi yang memang berada disamping dapur rumah Zahra.
“Ada apa Zahra?” Tanya Faza begitu sampai didepan pintu kamar mandi.
Hening
Zahra diam dari dalam kamar mandi dengan kedua mata terpejam.
“Zahra, kamu nggak papa kan?” Faza kembali bertanya dengan nada khawatir.
Zahra menggigit bibir bawahnya. Faza pasti akan sangat kecewa jika tau dirinya kedatangan tamu bulanan-nya malam ini.
“Aku nggak papa mas.” Jawab Zahra pelan.
Zahra dapat dengan jelas mendengar helaan napas lega Faza. Zahra yakin Faza pasti khawatir karna panggilan lantangnya tadi.
”Mas bisa tolong ambilkan pembalut dilemari?” Tanya Zahra hati hati.
Faza mengeryit bingung.
“Pembalut?” Tanyanya mengulang nama barang yang sedang di inginkan oleh istrinya.
“Aku mens mas.”
Seketika bayangan indah Faza malam ini sirna saat itu juga. Zahra mendapat tamu bulanan-nya yang artinya mereka berdua tidak bisa melakukan malam pertama.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 298 Episodes
Comments
Wandi
g
2023-06-26
0
#ayu.kurniaa_
.
2023-05-28
0
Rizky Nasution
wadaiwwww😁
2023-05-16
0