Pagi ini Faza mengantar Zahra ke restoran tempat Zahra bekerja. Tidak rela sebenarnya membiarkan Zahra bekerja dihari hari baru mereka bersama. Tapi Faza tau dan hapal bagaimana Zahra. Faza tidak ingin membuat masalah pada hubungan-nya sendiri sehingga lebih memilih mengikuti apa yang Zahra mau kali ini.
“Mas kamu nggak pulang? Aku udah nyampe loh dari tadi..”
Zahra tertawa merasa bingung sendiri karna Faza terus saja duduk dengan santai diatas motor besarnya padahal mereka sudah sampai didepan restoran bahkan Zahra juga sudah menyaliminya.
“Aku pulang juga dirumah sendirian kan?”
Zahra mengeryit.
“Terus?”
“Ya aku mau ikut masuk. Aku mau tungguin kamu sampai kamu selesai kerja.” Jawab Faza dengan santainya.
Zahra melongo mendengarnya. Bagaimana mungkin Faza ikut masuk dan menunggunya seharian bekerja. Rasanya akan sangat aneh. Bahkan mungkin semua teman teman seprofesinya akan menertawakan-nya.
“Mas tapi kan..”
“Tapi kan apa? Kamu takut ketahuan genit sama tamu tamu disini?”
Kedua mata Zahra melotot mendengar selaan Faza. Faza memang pria yang sangat pencemburu. Tidak jarang mereka bertengkar jika Faza sudah mulai curiga dengan rasa cemburu berlebihan-nya itu.
“Kamu ngomong apa si mas? Aku nggak begitu ya..”
Faza tertawa melihat ekspresi kesal Zahra.
“Bercanda kok. Aku percaya kok istri aku ini orang yang setia.”
Zahra berdecak.
“Nggak lucu bercanda nya.”
Faza tertawa geli. Pria itu berpikir mungkin karna Zahra sedang mendapat tamu bulanan-nya sehingga sangat mudah marah dan tersinggung.
“Sudahlah, aku mau kerja. Terserah mas mau menunggu disini atau pulang.”
Zahra berlalu menjauh dari Faza dengan menghentak hentakan kedua kakinya saat melangkah. Faza yang melihatnya tertawa geli karna tingkah menggemaskan istrinya saat sedang marah itu.
Ketika Faza hendak turun dari motor gedenya tiba tiba ponsel dalam saku celana jins hitamnya berdering. Pria tampan berperawakan tinggi itu segera merogoh saku celana panjangnya mengeluarkan benda pipih itu.
Faza terdiam ketika mendapati nama sang mamah yang tertera dilayar ponselnya. Faza tau mamahnya pasti sangat khawatir sekarang karna dirinya sudah dua hari tidak pulang kerumah.
Faza menarik napas dalam dalam kemudian menghembuskan-nya perlahan. Mamah dan papahnya tidak tau perihal pernikahan-nya dengan Zahra, begitu juga dengan Fadly adiknya. Faza sengaja menyembunyikan-nya dari keluarganya karna kedua orang tuanya yang tidak pernah setuju dengan hubungan-nya dan Zahra. Bahkan kedua orang tuanya berniat menjodohkan-nya dengan wanita yang Faza saja belum pernah mengenalnya. Mamahnya bilang wanita itu adalah anak teman sepermainan-nya saat masih muda dulu.
Ponsel Faza terus saja berdering meski Faza mendiamkan-nya. Berkali kali hingga akhirnya Faza memutuskan untuk mengangkatnya.
“Ya Tuhan Faza ! Kamu dimana nak? Kenapa tidak pulang?”
Faza memejamkan kedua matanya tidak tau harus menjawab apa. Faza tidak berniat membohongi kedua orang tuanya. Tapi Faza juga tidak mau di jodohkan. Faza hanya mencintai Zahra.
“Halo mah..”
“Kamu dimana? pulang sekarang.”
Suara mamahnya begitu sangat tegas membuat Faza tidak tau harus mengatakan apa. Faza tau cepat atau lambat kedua orang tuanya pasti akan mengetahui tentang pernikahan-nya dan Zahra. Faza memang berniat akan jujur dan membawa Zahra kehadapan kedua orang tuanya. Tapi dalam waktu dekat ini. Faza merasa harus memikirkan semuanya secara matang dulu mengingat kedua orang tuanya yang sangat menentang hubungan-nya dengan Zahra terutama sang mamah, Sinta.
“Mah Faza...”
“Kalau kamu nggak pulang mamah akan susul kamu ketempat wanita itu. Mamah tau kamu pasti disana Faza.” Sela Sinta dengan lantang.
Faza berdecak kemudian mematikan sambungan telepon-nya. Mamahnya selalu saja tidak mau mendengarkan apapun alasan-nya. Faza mereka sang mamah menganggapnya seperti boneka yang bisa diatur segala sesuatunya menurut kehendak sang mamah sendiri.
Satu notifikasi masuk membuat Faza langsung mengeceknya. Itu adalah pesan dari Sinta yang berisi ancaman dimana nama Zahra terseret didalamnya.
“Ya Tuhan... Mamah tuh kenapa sih? Nggak pernah sekali saja ngertiin aku..” Faza mengeluh. Sinta memang tidak pernah mau mengerti dirinya juga adiknya Fadly.
Sekali lagi Faza berdecak. Pria itu kemudian turun dari motor gedenya dan masuk kedalam restoran tempat Zahra bekerja. Faza benar benar akan menunggu Zahra sampai selesai bekerja hari ini.
-------
“Ciee.. pengantin baru, sumringah banget wajahnya.”
Zahra menoleh mendengar suara yang tidak asing lagi ditelinganya. Zahra tertawa pelan menanggapi godaan dari Tina, teman seprofesinya di restoran itu.
“Apaan sih kamu Tin. Biasa aja kok.”
Tina tertawa geli kemudian mendekat pada Zahra yang baru saja selesai mengganti bajunya dengan seragam waitrees yang sama dengan-nya.
“Gimana rasanya Ra?” Tanya Tina berbisik pada Zahra.
Zahra mengeryit.
“Rasa apa?” Zahra terlihat kebingungan tidak mengerti dengan pertanyaan yang dilontarkan oleh Tina.
Tina berdecak.
“Nggak usah pura pura polos deh Zahra...”
Zahra menggelengkan kepalanya. Tina memang selalu ingin tau urusan orang lain. Tapi meskipun Tina bawel dan selalu ingin tau Tina tetap teman baiknya yang selalu siap membantunya setiap Zahra mengalami kesulitan.
“Kalian kan pasti sudah melakukan ritual wajib malam pertama kan?” Tanya Tina membuat Zahra langsung merona malu.
“Gimana gimana? kata orang orang rasanya seperti terbang kelangit ketuju.” Tina mulai bawel.
“Iihhh.. Apaan sih kamu nanya nya. Malu tau. Udah ah aku mau mulai kerja. Keburu pak Santo marah nanti.”
Tina mengerucutkan bibirnya. Rasa ingin taunya tentang segala hal memang sangat besar.
“Ck, sok rahasia rahasiaan sama aku.” Dumel Tina kemudian melangkah menyusul Zahra yang keluar dari ruang ganti.
Ketika Zahra mengambil buku catatan untuk mencatat pesanan para pelanggan, pria berjas abu abu dengan postur jangkung mendekat. Zahra yang membalikan tubuhnya hampir saja menabrak manager restoran yang biasa dipanggil pak Santo itu.
“Eh pak.. Pagi pak..” Sapa Zahra kikuk. Hampir saja Zahra menabrak pak Santo.
“Ya pagi.” Balas pak Santo dingin.
Zahra yang melihat raut wajah tidak biasa managernya itu menundukan kepalanya. Jika pak Santo sudah memperlihatkan ekspresi seperti itu pasti ada kesalahan yang membuat hati si manager berambut klimis itu tidak senang.
“Saya tau kamu sudah menikah. Tapi tolong jangan berlaku seenaknya Zahra.”
Zahra memejamkan erat kedua matanya. Entah kesalahan apa yang dibuatnya pagi ini. Padahal Zahra tidak terlambat datang. Zahra juga baru akan mulai bekerja sehingga rasanya tidak mungkin jika dirinya sudah membuat kesalahan.
Pak Santo menatap Zahra yang menunduk dengan rahang mengeras. Pria berusia 30 tahunan itu juga mengepalkan tanganya sebelum akhirnya memilih untuk berlalu dari hadapan Zahra.
Tina yang juga berada disana ikut kebingungan. Tidak biasanya pak Santo bersikap begitu dingin pada Zahra.
“Ra, kamu nggak papa?” Tanya Tina mendekat pada Zahra.
Zahra menelan ludahnya kemudian menggelengkan kepala. Bingung sebenarnya dengan sikap dingin dan teguran tidak mendasar Santoso padanya.
“Aku nggak papa kok.” Jawab Zahra.
“Ya udah yuk kita mulai kerja. Takutnya pak Santo malah tambah marah nanti.”
Tina menganggukan kepalanya setuju. Dan mereka berdua kemudian memulai aktivitasnya dengan menyapa ramah para pelanggan yang datang dan menanyakan apa yang akan dipesan termasuk Faza yang memang sudah duduk tenang dipojok ruangan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 298 Episodes
Comments
👙⃝᜴ᵍᵉᵐᵇᶦᶫ👻ᴸᴷ
semangat
2022-09-09
1
Fajar Alfiyanshah
sepertinya pak Santo suka tuh sama Zahra ..
2022-07-02
1