Sinta bangun dari duduknya kemudian melangkah mendekat pada Faza dan Zahra yang terus bergandengan tangan seolah sedang menunjukan padanya bahwa mereka berdua bisa bertahan dalam kebersamaan-nya.
Sinta tersenyum sinis sambil bertepuk tangan melihat eratnya genggaman tangan Faza pada Zahra.
“Hebat. Kamu benar benar hebat Faza.” Ujarnya.
Faza hanya diam saja. Tekadnya untuk hidup berdua dengan Zahra sudah benar benar bulat. Apapun akan Faza perjuangkan demi bisa bersama Zahra. Termasuk berjuang mendapat restu dari kedua orang tuanya. Sinta dan Fandy.
“Kamu menikahi dia dibelakang mamah sama papah bahkan Fadly juga.”
Sinta menatap Faza yang melengos tidak berani membalas tatapan-nya.
“Apa kamu memang sudah merasa bisa melakukan semuanya sendiri Faza? kamu tidak butuh mamah sama papah lagi?”
Faza menelan ludahnya. Apa yang dipertanyakan Sinta sama sekali tidak benar. Faza selalu membutuhkan kedua orang tuanya juga adiknya Fadly.
“Lihat mamah Faza.”
Suara Sinta sedikit meninggi membuat Faza menurut dan langsung menatap padanya.
“Sekarang kamu lihat dia baik baik. Apa kelebihan dia sehingga kamu sampai berani membantah mamah sama papah?”
Faza menoleh menatap pada Zahra yang menunduk tidak berani mengangkat kepalanya. Faza sadar apa yang dilakukan-nya dengan membawa Zahra menghadap mamahnya adalah salah. Akibatnya sekarang Zahra terlihat ketakutan sampai tidak berani menegakkan kepalanya karna ucapan Sinta.
“Jawab mamah Faza!” Tuntut Sinta dengan amarah yang menguasainya.
Faza memejamkan sebentar kedua matanya kemudian kembali menatap pada Sinta yang ada didepan-nya.
“Demi dia kamu sampai berani melanggar aturan mamah sama papah. Apa yang kamu harapkan dari dia Faza?! Cantik? dia tidak cantik bahkan masih lebih cantik Anita. Teman kerja kamu itu.”
“Mah...” Faza memelankan suaranya tidak mau membuat sang mamah tersinggung dengan suara lantangnya.
“Untuk kali ini saja tolong biarkan Faza memilih sendiri apa yang menurut Faza baik mah.. Faza mencintai Zahra tanpa syarat. Dan tolong restui pernikahan kami. Faza tau Faza salah karna sudah membohongi mamah sama papah. Tapi itu semua Faza lakukan karna mamah sama papah terus melarang Faza untuk bersama Zahra.”
Sinta tertawa mendengar apa yang Faza katakan.
“Jadi sekarang kamu balik menyalahkan mamah sama papah? Kamu menganggap mamah sama papah penghalang untuk kamu bahagia hanya karna wanita ini?”
Faza menggelengkan pelan kepalanya. Maksud ucapan-nya tidak seperti apa yang Sinta pertanyakan sekarang.
“Bukan begitu mah..”
“Faza, apa kamu lupa bagaimana papah kamu berjuang untuk kamu dan Fadly? Apa kamu lupa dengan jasa mamah yang sudah melahirkan kamu? Menyusui kamu? dan ini balasan kamu untuk mamah sama papah?”
Faza kembali diam. Sinta benar benar salah menilai apa yang dilakukan-nya.
“Sekarang mamah minta sama kamu Faza. Tinggalkan wanita ini dan kembali sama mamah.”
Faza tidak bisa memilih sekarang. Faza mencintai dan menghormati kedua orang tuanya. Tapi Faza juga sangat mencintai Zahra. Faza sudah berjanji dihadapan Tuhan untuk menjaga dan melindungi Zahra, menyanggupi segala tentang Zahra.
“Maaf mah.. Faza sudah dewasa sekarang. Dan Faza yakin keputusan Faza kali ini benar.” Lirih Faza.
“Faza kamu..” Sinta tidak percaya mendengarnya. Putranya yang selalu bergantung padanya kini berani melawan-nya hanya karna seorang wanita.
“Selama ini kami menjaga hubungan kami dibelakang mamah sama papah. Itu bukan waktu yang sebentar mah.. Dan sekarang kami berdua juga yakin kami bisa lebih menjaga hubungan ini apapun rintangan-nya.”
Faza menuntun Zahra berlalu dari hadapan Sinta. Faza merasa bukan lagi anak kecil yang apa apa harus dengan izin Sinta. Faza sudah memutuskan untuk hidup berdua dengan Zahra meskipun untuk mendapat restu dari kedua orang tuanya itu mungkin tidak semudah yang Faza bayangkan.
“Faza !! Kembali Faza !!”
Faza seperti sengaja menulikan pendengaran-nya dari teriakan mamahnya. Faza menaiki motor gedenya dengan Zahra yang berada diboncengan-nya dan berlalu dalam diam meninggalkan kediaman keluarganya.
“Mas...”
“Ya sayang...”
Zahra diam sebentar. Zahra tau Faza sedang tidak baik baik saja sekarang.
“Aku minta maaf..” Lirih Zahra dengan suara bergetar.
Faza menepikan motor gedenya dijalanan yang cukup padat malam itu. Faza menghela napas pelan. Tangan-nya menyentuh dan mengusap dengan lembut tangan Zahra yang saling bertaut memeluk perut Faza erat.
“Tidak perlu minta maaf karna memang tidak ada yang bisa disalahkan. Yang penting sekarang kita harus selalu bersama. Kita pasti bisa hadapin ini bareng bareng sampai mamah dan papah benar benar kasih restu untuk hubungan kita.” Ujar Faza pelan.
Zahra menganggukan kepalanya yang bersender dibahu Faza. Walaupun tidak yakin tapi Zahra akan berusaha untuk bertahan selama Faza ada disampingnya.
“Aku antar kamu pulang yah..”
Zahra mengangkat kepalanya dari punggung Faza. Kata mengantar itu artinya Faza tidak akan pulang bersamanya.
“Aku akan pergi kerumah kak Aris sebentar.” Senyum Faza yang mengerti dengan kebingungan Zahra.
Zahra hampir saja melupakan kemarahan kakaknya pada Faza.
“Bagaimana kalau aku ikut? Aku akan bantu kamu menjelaskan semuanya pada kak Aris. Bukankah kita sepakat berbohong sama sama? Itu artinya kita juga harus mengakui kebohongan itu bersama juga.”
Faza tertawa pelan.
“Nggak usah sayang. Mending kamu dirumah dan istirahat. Kamu kan abis kerja seharian.”
“Mas tapi...”
“Nurut ya sama mas..” Sela Faza dengan sangat lembut.
Zahra berdecak pelan. Jika dirinya tidak nurut Faza pasti akan marah padanya.
“Ya sudah.” Angguk Zahra kembali menyenderkan kepalanya dipunggung Faza.
Faza tersenyum mendengarnya. Pria itu kembali menghidupkan mesin motor gedenya meneruskan perjalanan mengantar Zahra pulang sebelum akhirnya memutuskan untuk datang ketempat Aris, kakak iparnya.
Zahra sebenarnya tidak tega membiarkan Faza datang sendiri kerumah Aris dan istrinya. Tapi Faza melarangnya untuk ikut dan Zahra tidak mungkin tetap bersikeras untuk ikut.
“Ya Tuhan.. Semoga kakak tidak kalap.” Batin Zahra memejamkan kedua matanya penuh harap.
Zahra tau bagaimana Aris jika sedang marah. Ditambah lagi dengan Faza yang juga sangat keras wataknya. Zahra hanya bisa berharap semoga keduanya bisa menahan emosinya dan tidak kalap.
Setelah mengantar Zahra, Faza langsung tancap gas menuju kediaman Aris dan istrinya. Disana Aris sudah menunggu diteras rumah sederhananya dengan perasaan marah yang membludak.
Faza yang melihat itu tersenyum tipis. Apapun yang akan Aris lakukan padanya Faza tidak akan melawan.
Faza turun dari motor gedenya dan melangkah mendekat pada Aris.
BUGH !!!
Satu kepalan keras Aris mendarat di sudut bibir kanan Faza membuat tubuh Faza langsung terhempas kelantai keramik putih yang dingin itu.
Faza meringis. Sakit, itu yang dia rasakan sekarang.
“Bangun kamu brengsek !!” Marah Aris pada Faza.
Faza menurut saja. Faza berpikir mungkin dia pantas mendapat amukan dari Aris karna telah membohonginya.
“Kamu berani membohongiku, kamu menikahi adikku diam diam dibelakang kedua orang tuamu. Apa kamu pantas disebut laki laki Faza?!” Marah Aris dengan kedua mata menatap tajam pada Faza.
Faza tersenyum tipis. Dengan pelan Faza menyeka sudut bibirnya yang berdarah karna pukulan keras Aris.
“Aku minta maaf kak. Tapi aku melakukan-nya karna aku tidak mau kehilangan Zahra. Aku sangat mencintai Zahra. Aku janji sama kakak, aku akan selalu menjaga Zahra.”
Aris mengepalkan kedua tangan-nya. Zahra juga pernah mengatakan bahwa Zahra sangat mencintai Faza. Dan bukan tidak mungkin Zahra juga berperan dalam kebohongan yang dilakukan Faza kali ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 298 Episodes
Comments
👙⃝᜴ᵍᵉᵐᵇᶦᶫ👻ᴸᴷ
aduh... bingung mau ngomong apa
2022-09-11
1