Sepanjang hari Zahra bekerja, Santoso terus saja bersikap dingin. Santoso bahkan terus marah marah tidak jelas pada semua bawahan-nya.
Kemarahan Santoso bahkan sampai menyita perhatian Faza yang memang sengaja menunggu sampai Zahra selesai bekerja.
“Duh... Capek banget..” Keluh Zahra begitu keluar dari restoran tempatnya bekerja.
Faza yang berada disamping Zahra tersenyum. Istrinya memang orang yang gila kerja, sama seperti dirinya. Mereka berdua melangkah beriringan menuju motor gede milik Faza yang terparkir didepan restoran itu.
“Tadi aku sempat melihat Tina dimarahin sama pak Santo.”
Zahra hanya diam saja. Meski sebenarnya Zahra juga bingung karna Santoso terus marah marah sepanjang hari ini tanpa sebab.
“Zahra..” Panggil Faza sambil menyerahkan helm pada Zahra.
“Mungkin Tina salah jadi kena marah.” Kata Zahra.
Faza mengangguk. Mungkin apa yang dikatakan oleh Zahra benar. Walaupun terasa seperti tidak biasa tapi Faza tidak perduli. Yang penting bukan Zahra yang dimarahi.
“Sini mas bantu pakein helmnya.”
Faza mengambil kembali helm yang diberikan-nya pada Zahra kemudian dengan sangat lembut memakaikan-nya.
“Makasih mas..” Senyum Zahra bahagia.
“Sama sama. Oh iya sayang. Kita kerumah yah..”
Senyuman dibibir Zahra seketika sirna. Kedua orang tua Faza tidak pernah menyukainya. Bahkan Sinta, mamah mertuanya sepertinya sangat membencinya.
“Tadi mamah nelpon aku. Dia bilang akan datang kerumah kalau aku nggak pulang. Aku rasa mungkin memang harus secepatnya kita berdua jujur tentang pernikahan kita.”
Deringan ponsel didalam tas selempang Zahra membuat Zahra dengan cepat mengambilnya. Zahra melirik Faza sebentar sebelum mengangkat telepon dari Aris, kakak nya.
“Halo kak..”
“Mana Faza?” Tanya Aris dari seberang telepon dengan nada marah.
Zahra terdiam sesaat. Sesuatu pasti telah terjadi sehingga kakak nya Aris marah pada Faza.
“Kenapa?” Tanya Faza penasaran.
“Siapa yang telepon?” Tanyanya lagi.
Zahra menghela napas pelan.
“Sebentar kak.” Katanya kemudian menyodorkan ponsel miliknya pada Faza.
“Kak Aris pengen ngomong sama kamu mas.”
Faza mengeryit bingung. Terakhir mereka bertemu Aris begitu marah padanya. Dan sekarang tiba tiba Aris menelepon Zahra dan mengatakan ingin berbicara dengan-nya.
“Mas..” Panggil Zahra pelan.
Faza mengangguk dengan senyuman manis dibibirnya. Pria itu menerima ponsel Zahra dan segera menempelkan ditelinganya. Faza tau semuanya tidak akan mudah. Tapi apapun yang terjadi Faza tidak akan menyerah pada keadaan. Faza akan terus mengikat Zahra dengan janji sucinya dan akan membawa Zahra kemanapun dirinya pergi.
“Ada apa kak?” Tanya Faza pada Aris. Faza terus tersenyum pada Zahra menenangkan istrinya yang mulai terlihat gelisah.
“Brengsek kamu Faza. Kamu membohongiku.” Umpat Aris marah dari seberang telepon.
Faza hanya diam mendengarnya. Aris tidak akan marah padanya tanpa sebab.
“Tante Sinta datang kerumah dan marah marah menuduh Zahra menyembunyikan kamu. Ternyata aku bodoh karna mau menjadi wali di pernikahan kalian.”
Faza tidak tau harus menjelaskan bagaimana pada Aris. Kakak iparnya itu pasti benar benar sangat marah padanya sekarang.
“Eemm.. Aku akan datang nanti kak.” Ujar Faza kemudian mematikan sambungan telepon begitu saja.
Faza tetap mencoba untuk tenang didepan Zahra. Faza tau semuanya berawal dari kesalahan-nya berbohong pada Aris. Meskipun Zahra tau tentang kebohongan-nya tapi Faza tidak mau jika sampai Zahra juga terkena amukan Aris.
“Yuk jalan..” Ajak Faza sambil menyerahkan kembali ponsel milik Zahra.
“Apa kak Aris marah?” Tanya Zahra menatap Faza khawatir.
“Enggak. Kak Aris hanya memintaku untuk datang nanti malam kerumahnya.” Jawab Faza santai.
“Mas...”
“Ini sudah sore sayang.. Mamah sudah menunggu kita.” Sela Faza sambil menaiki motor gedenya.
Zahra diam.
“Menunggu untuk mencaci makiku.” Batin Zahra menambahkan.
Zahra menurut dan naik ke bocengan Faza. Mereka berdua berlalu dari depan restoran dengan Faza yang melajukan motor gedenya dengan kecepatan sedang.
Takut sebenarnya sedang Faza rasakan. Tapi Faza sadar semuanya memang akibat dari kebohongan-nya. Mamahnya pasti akan sangat marah begitu pula dengan Aris yang sudah mengetahui kebohongan-nya karna Sinta yang datang ke kediaman-nya.
Rasa takut itu tidak hanya dirasakan Faza saja tapi juga Zahra. Zahra sadar sekarang keputusan-nya menerima ajakan Faza untuk menikah adalah salah. Akibatnya kakaknya marah dan orang tua Faza pasti akan lebih marah.
Zahra mengeratkan pelukan-nya dipinggang Faza. Apapun yang akan terjadi nanti Zahra akan menerimanya bahkan meski Faza akan meninggalkan-nya.
25 Menit kemudian motor Faza sampai tepat didepan gerbang rumah kedua orang tuanya. Faza segera membunyikan klakson sehingga pak satpam dengan sigap berlari dan membukakan pintu gerbang untuknya.
“Sore den, neng..” Sapa pak satpam ramah pada Faza dan Zahra.
“Sore pak..” Senyum Faza menyauti kemudian melajukan kembali motor gedenya masuk ke pekarangan luas kediaman mewah kedua orang tuanya.
Zahra turun dari motor Faza dengan perasaan ragu. Pikiran negatif mulai menguasai hati dan perasaan-nya sekarang. Faza sangat menyayangi mamahnya yang pasti akan menuruti apa saja perintah mamahnya nanti.
“Zahra..” Faza meraih tangan Zahra menggenggamnya dengan lembut.
Zahra mendongak menatap Faza. Zahra ingin sekali menangis sekarang. Tapi Zahra tau itu bukan waktu yang tepat.
”Sebelum kita bertemu dan menjelaskan semuanya sama mamah, Aku mau kamu janji satu hal sama aku..” Ujar Faza lirih.
Zahra hanya diam saja menatap Faza yang juga terlihat sama khawatirnya dengan-nya.
“Apapun rintangan yang akan kita lewati nanti, tolong kamu berjanji sama aku ya.. Jangan pernah menyerah pada keadaan.”
Air mata Zahra menetes begitu mendengar permintaan Faza. Hampir 8 Tahun menjalin hubungan membuat Zahra merasa tidak akan berdaya jika harus kehilangan Faza. Membayangkan-nya saja rasanya sangat sakit.
“Kamu mau kan janji sama aku?”
Dengan air mata berderai Zahra menganggukan kepalanya menyanggupi janji pada Faza.
“Jangan menangis. Kita akan selalu sama sama.” Bisik Faza menyeka air mata yang membasahi pipi Zahra kemudian memeluk erat Zahra yang malah menangis terisak dalam pelukan-nya.
Setelah Zahra berhenti menangis dan sedikit tenang, Faza mengajak Zahra untuk masuk kedalam kediaman kedua orang tuanya. Tangan besar Faza terus menggenggam erat tangan Zahra yang melangkah disampingnya. Faza yakin keputusan-nya menikahi Zahra sudah benar.
“Berani sekali kamu pulang dengan membawa dia Faza.”
Langkah Faza dan Zahra terhenti begitu mendengar suara dingin Sinta. Faza menolehkan kepalanya dan mendapati mamahnya sedang duduk dengan tenang disofa ruang tamu dengan majalah ditangan-nya.
Faza semakin mengeratkan genggaman tangan-nya pada Zahra. Apapun yang akan dikatakan mamahnya tidak akan membuat keyakinan-nya goyah untuk tetap mempertahankan hubungan-nya dengan Zahra.
“Aku mencintai Zahra mah. Itu alasan aku menikahinya meskipun mamah sama papah tidak memberi restu.”
Zahra memejamkan kedua matanya. Faza mulai berani menentang mamahnya demi hubungan mereka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 298 Episodes
Comments
Oke Santai
kisah cinta yang sangat bagus.
2024-04-13
0
👙⃝᜴ᵍᵉᵐᵇᶦᶫ👻ᴸᴷ
semangat....
2022-09-10
1