Makan malam yang dihadiri Faza, Anita, dan para atasan juga sederet para direksi berlangsung dengan sangat hangat. Mereka sesekali mengobrol tentang pekerjaan yang diselingi canda tawa.
Anita tampak sangat bahagia duduk berdampingan dengan Faza tanpa menyadari tatapan kesal Zahra padanya.
“Dasar suami nggak peka, bukan-nya pulang malah enak enakan makan disini. Egois, nyebelin.”
Zahra terus saja mengumpat pada Faza yang sama sekali tidak tau menau tentang keberadaan-nya direstoran itu.
“Permisi nyonya, tuan, pesanan-nya...”
Zahra menoleh mendengar suara waitrees yang tidak jauh dari mejanya. Tiba tiba ide cemerlang melintas di kepala cantiknya.
Zahra mengikuti waitrees itu sampai akhirnya Zahra menemukan ruangan untuk para pegawai direstoran itu berganti baju. Zahra tersenyum menatap tumpukan seragam baru yang mungkin disiapkan untuk pegawai baru. Disana juga ada topi hitam dan masker yang seolah memang sudah disiapkan untuk penyamaran-nya. Tanpa pikir panjang Zahra mengambil satu seragam tersebut beserta masker dan topinya kemudian mengenakan-nya. Tidak lupa Zahra memakai masker dan topi yang ditemukan-nya supaya penyamaran-nya tidak diketahui oleh siapapun termasuk Faza, suaminya.
Zahra keluar dari ruang ganti kemudian memulai aksinya dengan membawakan pesanan pelanggan restoran itu. Zahra tersenyum dibalik masker hitamnya menatap Anita yang sedang bercengkrama dengan orang orang berbaju formal yang duduk semeja dengan Anita juga Faza.
“Kalian benar benar sangat serasi dan kompak. Saya do'akan kalian jodoh.”
Anita tertawa mendengar pujian dari salah satu direksi. Senang rasanya mendengar ada orang yang memuji kecocokan-nya dengan Faza.
Zahra yang mendengar itu merasa sangat muak. Ingin sekali rasanya Zahra menyiram wajah dengan make up tebal itu menggunakan segelas orange jus yang dibawanya.
“Itu tidak mungkin pak. Saya sudah menikah.” Senyum Faza meluruskan.
“Ah sayang sekali. Padahal kalian sangat cocok.”
Zahra tersenyum senang. Faza mengakui bahwa dirinya sudah menikah.
“Bagus masku.” Batin Zahra.
Zahra kemudian mendekat pada meja pemesan orange jus yang dibawanya. Dan kebetulan meja si pemesan melewati meja Faza dan Anita. Kesempatan itu tidak disia siakan oleh Zahra. Ketika melewati Anita, Zahra dengan sengaja menumpahkan orange jus itu hingga mengenai bahu bahkan sampai membasahi rambut bergelombang Anita.
“Ya Tuhan...”
Anita terkejut dan langsung berdiri dari duduknya begitu juga dengan Faza dan yang lain-nya.
“Ya ampun.. Maaf maaf nyonya.. Saya benar benar minta maaf... Saya tidak sengaja.”
Zahra terus menundukan kepalanya menghindari kontak mata langsung dengan Anita maupun Faza. Meski sebenarnya Zahra ingin sekali berteriak bahagia karna berhasil mengerjai Anita.
“Maaf nyonya.. Biar saya bersihkan bajunya.”
“Ah enggak enggak, nggak usah. Sudah tidak apa apa.”
Zahra tersenyum. Zahra tau Anita pasti sedang mati matian menahan amarahnya didepan orang banyak.
“Kamu nggak papa?” Tanya Faza pada Anita.
“Saya tidak apa apa pak Faza.. Hanya saja ini sedikit lengket dan dingin.”
Faza kemudian memusatkan perhatian-nya pada waitrees yang tidak tidak ia ketahui bahwa sebenarnya itu adalah Zahra, istrinya sendiri.
Namun bukan Faza namanya jika tidak cerdas. Jam tangan biru muda yang melingkar di pergelangan tangan kiri Zahra mencuri perhatian-nya. Ditambah lagi dengan sandal rumahan yang memang selalu Zahra pakai dengan alasan merasa sangat nyaman jika mengenakan-nya.
Faza tersenyum merasa geli. Istrinya memata matainya bahkan sampai ketempat Faza dan Anita makan malam bersama para atasan diperusahaan tempat Faza dan Anita bekerja.
“Kalau begitu saya permisi nyonya, tuan. Sekali lagi saya minta maaf..”
Tidak mau penyamaran-nya ketahuan Zahra memilih langsung berlalu. Faza yang memang sudah tau bahwa itu adalah Zahra segera mengikutinya diam diam.
“Eemm.. Sebentar pak, saya ketoilet dulu.”
“Ah ya.. Silahkan..”
Faza melangkah cepat tidak mau kehilangan jejak Zahra hingga akhirnya Zahra masuk kedalam toilet wanita.
“Ahahahahaa.. Kasihan banget tadi mukanya hahahah..” Zahra tertawa tawa merasa menang karna berhasil mengerjai Anita dengan penyamaran-nya. Zahra tidak tau bahwa Faza sudah mengetahui penyamaran-nya.
“Rasain. Emang enak aku siram pake jus. Genit sih sama mas Faza..”
Zahra menghela napas kemudian melepaskan topi hitam yang entah punya siapa dia kenakan. Zahra menatap pantulan dirinya dicermin didepan-nya.
“Tapi.. Anita memang cantik. Aku kalah segalanya dari dia. Udah cantik, pinter, karirnya bagus lagi..” Gumam Zahra mulai pesimis dengan dirinya sendiri.
Zahra menundukan kepalanya. Untuk menjadi wanita karir seperti Anita memang tidak mudah. Selain harus sekolah tinggi juga diperlukan mental dan keberanian yang luar biasa. Sedangkan Zahra, dia hanya lulusan sekolah menengah atas yang tentu saja ijazahnya tidak akan bisa untuk melamar pekerjaan yang setara dengan suaminya.
Ketika Zahra menatap kembali bayangan-nya dicermin kedua matanya membulat sempurna. Faza sudah berada dibelakangnya, melipat kedua tangan-nya didepan dada dengan tatapan yang Zahra sendiri tidak bisa mengartikan-nya.
“Mas...” Gumam Zahra.
Zahra membalikan tubuhnya menelan ludahnya tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Faza berada didepan-nya didalam toilet wanita.
“Mas...”
“Kamu mengikutiku sampai kesini hmm..”
Zahra gelagapan sendiri. Hubungan-nya dengan Faza sedang tidak baik dan sekarang Zahra ketahuan mengikuti Faza.
“Segitu tidak percayanya kamu padaku Zahra?” Tanya Faza mulai mendekat pada Zahra.
Zahra menggeleng. Lidahnya terasa kelu untuk sekedar mengucapkan bantahan tidak atas pertanyaan Faza.
“Mas aku...”
Tiba tiba suara pintu terbuka terdengar. Faza yang tidak mau membuat gaduh segera menarik Zahra masuk kedalam bilik WC yang berderet dibelakangnya.
“Sstt...” Faza memberi isyarat pada Zahra agar diam. Pria dengan setelan jas hitam itu memeluk erat tubuh istrinya.
Faza perlahan mengendurkan pelukan-nya. Tangan besarnya meraih dagu Zahra mendongakkan-nya dengan lembut agar Zahra menatapnya.
Faza tersenyum menatap wajah khawatir istrinya.
“Jangan takut. Kita aman..” Bisik Faza meyakinkan Zahra.
Zahra hanya diam saja. Tatapan Faza begitu lembut padanya. Tidak ada lagi tatapan tajam penuh kemarahan seperti semalam saat mereka berdebat.
“Tentang semalam, aku minta maaf.. Aku tidak bermaksud menyalahkan niat baik kamu..”
Zahra menelan ludahnya. Permintaan maaf Faza terdengar sangat tulus dengan sorot mata penuh penyesalan. Ketulusan Faza membuat Zahra perlahan mengukir senyuman manis dibibirnya. Zahra mengangguk pertanda Zahra mau memaafkan kesalahan suaminya yang marah marah bahkan membentaknya semalam.
“Aku juga minta maaf.. Aku salah.” Lirih Zahra.
Faza ikut tersenyum. Perlahan Faza mendekatkan wajahnya pada wajah Zahra. Faza bahkan sedikit menyudutkan tubuh Zara ketembok dengan tatapan yang sangat intens.
Zahra yang mengerti dengan maksud Faza langsung menutup bibirnya.
Hal itu membuat Faza mengeryit.
“Kenapa?” Tanya nya.
“Kita lagi sembunyi mas dan ini ditoilet.” Jawab Zahra memberi alasan.
Faza tersenyum dan dengan lembut meraih tangan Zahra yang menutupi bibirnya.
“Hanya ciuman sayang..” Katanya kemudian langsung meraih bibir Zahra.
Kedua mata Zahra membulat saat bibir mereka menyatu. Meski sempat terkejut dengan tindakan suaminya, namun lambat laun akhirnya Zahra pun menikmati cumbuan lembut penuh cinta Faza.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 298 Episodes
Comments
Fajar Alfiyanshah
lanjut kak Thor tetap 💪💪💪🥰😘
2022-07-05
2