Faza terus diam saat makan malam berlangsung. Tepatnya setelah Zahra memberitahu bahwa Fadly yang mengantar semua barang barang miliknya Faza memang sudah terlihat berbeda. Wajahnya begitu datar dan sama sekali tidak berbicara.
Zahra berdehem mencoba menarik perhatian Faza tapi tidak berhasil. Faza tetap diam dan fokus dengan makanan dipiringnya. Padahal Zahra ingin tau apa pendapat Faza tentang masakan-nya malam ini. Meskipun menurut Zahra sendiri enak tapi Zahra ingin mendengar pendapat Faza.
Zahra menatap Faza yang duduk didepan-nya. Mungkin pemikiran-nya dan Faza tentang Sinta sama sekarang.
Tiba tiba Zahra teringat tentang kepergian-nya kerumah Aris kemarin. Zahra belum sempat mengatakan-nya pada Faza. Dan Zahra berpikir mungkin kejujuran-nya akan membuat mood Faza bagus. Faza akan merasa senang karna Zahra mau mengatakan apapun padanya.
“Eemm.. Mas..” Panggil Zahra hati hati.
Faza menatap Zahra menunggu Zahra mengatakan sesuatu padanya.
“Kemarin sore aku kerumah kak Aris. Aku menjelaskan semua kesepakatan kita berbohong tentang pernikahan kita. Aku lakuin itu karna aku nggak mau hanya kamu yang disalahkan.” Ujar Zahra.
Faza melepaskan sendok dan garpu yang dipegangnya. Zahra tidak meminta izin padanya lebih dulu saat akan pergi.
“Aku minta maaf karna nggak minta izin dulu sama kamu. Aku pikir aku akan mengatakan-nya setelah kamu pulang.. Tapi..”
“Bagus..” Sela Faza tersenyum miris.
Zahra yang melihat senyuman itu mengeryit.
“Bagus kamu sudah membuat kak Aris semakin nggak respect sama aku.”
Zahra terkejut mendengarnya. Maksudnya bukan seperti itu. Zahra hanya ingin jujur pada Aris bahwa dalam kebohongan itu dirinya ikut berperan.
“Maksud kamu apa mas? Aku hanya menjelaskan bahwa aku terlibat dalam kebohongan itu.”
“Sudahlah. Aku kenyang.”
Tidak ingin mendengar apapun yang Zahra katakan Faza pun bangkit dari duduknya. Faza berlalu dari meja makan menuju kamarnya. Faza bahkan membanting pintu kamar mereka.
Zahra menggeleng tidak mengerti. Entah dimana letak kesalahan-nya sehingga Faza tiba tiba marah dan menyalahkan niat baiknya.
“Mas Faza kenapa sih?” Kesal Zahra.
Zahra menghela napas. Zahra pikir Faza akan senang dengan apa yang dilakukan-nya. Tapi nyatanya Faza malah marah marah bahkan sampai membanting pintu kamar mereka.
“Nyebelin banget jadi cowok.”
Zahra merasa tidak selera lagi menghabiskan makan malamnya dan memutuskan untuk membereskan-nya. Kemarahan tidak jelas Faza membuatnya merasa sangat kesal sekarang.
Setelah membereskan meja makan Zahra pun menyusul Faza kedalam kamar. Setelah dipikir kembali, Zahra merasa tidak terima niat baiknya disalahkan oleh Faza.
“Mas..” Zahra mendekat pada Faza yang duduk ditepi ranjang dengan posisi memunggunginya.
“Kamu kenapa sih marah marah sama aku? Niat aku baik, aku nggak mau kamu disalahin sendiri sama kak Aris.”
Faza mendesis kesal. Pria itu bangkit dari duduknya berdiri menghadap pada Zahra.
“Tapi kakak kamu sama sekali nggak nelepon atau kirim pesan ke aku buat minta maaf. Kamu pikir penjelasan kamu itu berguna? Nggak Zahra. Penjelasan kamu justru membuat kakak kamu semakin tidak percaya sama aku. Ngerti kamu?!”
Suara Faza sedikit meninggi diakhir kalimat. Faza benar benar frustasi sekarang. Mamahnya secara tidak langsung mengusirnya. Dan Zahra, kemarin dia pergi menemui Aris tanpa meminta izin lebih dulu padanya.
“Kamu kenapa sih marah marah nggak jelas? Kak Aris nggak seperti itu. Dia paham kok dengan apa yang aku jelasin.”
Zahra tidak mau kalah. Zahra tidak mau disalahkan karna niat baiknya.
“Tapi buktinya mana? Kak Aris nggak nelepon aku untuk minta maaf karna sudah membuat aku babak belur kan?”
“Kak Aris melakukan itu karna mamah kamu mas. Kamu sadar nggak sih?”
Kedua mata Faza melebar. Zahra mulai menyangkut pautkan masalah kebohongan mereka dengan mamahnya.
“Apa maksud kamu bawa bawa mamah hah?!”
“Mamah kamu hina aku apa kamu pikir kak Aris bisa terima? mamah kamu nuduh aku menjauhkan kamu dari keluarga kamu.”
Zahra dan Faza terus berdebat. Tidak ada yang mau mengalah hingga akhirnya Faza memutuskan untuk keluar dari kamar dan tidur diruang tamu.
Sedangkan Zahra, dia malah mengunci pintu kamar agar Faza tidak lagi masuk.
Malam berlalu begitu singkat. Faza yang tidur disofa ruang tamu perlahan menggeliat dan terbangun dari tidur nyenyaknya. Saat itu Faza merasa aneh dengan keberadaan selimut tebal yang menutupi tubuhnya.
Faza terbangun dan duduk disofa dengan terus berpikir. Faza yakin semalam dirinya tidak membawa selimut.
“Zahra...” Gumam Faza.
Faza menyingkirkan selimut yang menutupi tubuhnya kemudian bergegas bangkit dan melangkah cepat menuju kamarnya. Pintunya sudah tidak dikunci lagi oleh Zahra. Tempat tidurnya pun sudah rapi juga sunyi.
“Kemana dia?”
Faza menatap jam beker yang ada diatas nakas. Jam masih menunjukan pukul setengah 6 pagi.
“Apa dia sudah berangkat ke restoran?” Faza bertanya tanya sendiri. Faza merasa sangat menyesal karna sudah marah marah pada Zahra semalam. Padahal setelah Faza pikir pikir apa yang Zahra lakukan memang baik. Zahra tidak ingin Aris hanya menyalahkan-nya.
Faza kembali keruang tamu untuk mengambil ponselnya. Saat Faza mencoba menelepon Zahra, suara nada dering ponsel Zahra justru begitu jelas terdengar dari arah kamarnya.
Sudah bisa dipastikan, Zahra pasti sengaja meninggalkan ponsel untuk menghindarinya.
“Ya Tuhan...” Keluh Faza.
Faza menghela napas kasar. Tidak kehabisan akal Faza menelepon Tina, teman kerja Zahra. Tina mengatakan Zahra sudah datang ke restoran.
Mendengar itu Faza merasa lega. Setidaknya Zahra baik baik saja meskipun Faza tau Zahra pasti masih sangat marah padanya.
“Lebih baik aku mandi sekarang. Aku tidak mau telat kekantor.”
Faza melangkah kembali menuju kamar untuk mengambil handuk dan baju ganti. Faza akan meminta maaf nanti pada Zahra. Tapi untuk sekarang Faza harus bergegas menuju kantor karna tidak mau sampai telat dan mencontohkan yang tidak baik pada bawahan-nya.
Setelah selesai membersihkan dirinya, pandangan Faza tertuju pada sepiring nasi goreng yang mungkin lupa ditutupi dengan tudung saji oleh si pembuatnya. Faza terkekeh geli. Entah lupa atau sengaja Zahra tidak menutupinya agar Faza melihatnya. Karna yang Faza tau Zahra adalah orang yang menjunjung tinggi nilai kebersihan. Zahra pasti tidak akan membiarkan makanan terbuka begitu saja karna bisa saja lalat akan hinggap diatas makanan itu.
Merasa tidak punya banyak waktu lagi, Faza pun meraih kotak makan dan menuang sepiring nasi goreng tersebut kedalam wadah berwarna hijau berbentuk hati.
“Aku akan memakan-nya nanti dikantor saja.” Gumam Faza sambil berlalu dari meja makan.
Faza bergegas berangkat dengan mengendarai motor gede warna merah kesayangan-nya. Namun sebelum kekantor Faza menyempatkan untuk ke restoran tempat Zahra bekerja. Faza tersenyum ketika mendapati Zahra yang sedang melayani para pelanggan dengan senyuman ramahnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 298 Episodes
Comments
Rani Hia
zahra juga harusnya dalam situasi ini harus bertindak hati2
2023-02-10
0
imah
semoga saling mengerti semua,,,,
gk lama lama marahanya
2022-07-04
2
Nafsienaff
Diusahain ya say😘
2022-07-04
1