Bab.17

Brraakkk!

Tiba-tiba saja pintu ruang tengah yang menghubungkan ruang tamu dengan ruang tengah menutup dan terbuka lagi dengan sendirinya. Keduanya seketika menoleh ke arah pintu ruang tengah tersebut saking terkejutnya. Namun, tidak terlihat siapa pun di balik pintu.

"Hahh ... siapa yang menggerakkan pintunya?! sepertinya gak ada angin yang bertiup kencang. Udaranya saja terasa panas begini!" ujar Citra.

Citra kemudian melihat ke arah Andra. Citra merasa takut saat menyadari muka Andra mengeras dengan mata tajam memandang ke arah pintu dan jari-jari tangan yang mengepal.

Aneh sekali mengapa Andra terlihat sangat marah saat melihat ke arah pintu? Andra nampak seperti dua orang yang berbeda. Aku merasa yang berada di hadapanku saat ini bukanlah Andra yang dulu aku kenal. Aku harus waspada dan menjaga jarak. Andra kali ini nampak sangat berani dan lebih agresif. Apa yang harus aku lakukan saat ini! batin Citra merasa sangat ketakutan.

Citra beranjak berdiri dari duduknya untuk sedikit menjauh dari Andra.

"Mau ke mana, Cit?" tanya Andra.

"Emm ... aku lupa jika tadi ada PR dari sekolah. Ndra, sebaiknya kamu pulang saja ya? ini sudah larut malam--- aku juga mau mengerjakan tugas dulu!" ujar Citra beralasan.

"Aku temani kamu mengerjakan tugas ya, Cit. Aku khawatir meninggalkan kamu sendirian di rumah ini. Bagaimana jika hantunya datang di saat aku tak ada?" tanya Andra.

Disaat seperti ini Andra terlihat manis sekali seperti sebelumnya. Apa aku terlalu berprasangka buruk padanya, hingga berpikir macam-macam padanya?! gumamnya dalam hati.

"Oke, aku ambil ransel dulu ya, Ndra?" ujar Citra sembari beranjak menuju kamarnya.

Sesampainya di dalam kamar Citra mengambil ranselnya yang terletak di atas meja belajarnya. Tiba-tiba saja horden jendela kamarnya melambai seperti sedang tertiup angin. Padahal Citra tidak merasakan ada hembusan angin bertiup. Citra menangkap ada dua cahaya yang menyorot di balik kaca jendela seperti mata yang memancarkan cahaya.

Secepat kilat Citra berlari keluar dari dalam kamarnya menuju ruang tengah. Namun, sesampainya di ruang tengah tidak ada Andra di sana. Citra berputar netranya mengitari seluruh tempat. Namun, tetap saja tidak menemukan keberadaan Andra di rumahnya. Hanya meninggalkan suara televisi yang masih menyala di ruang tengah.

"Kenapa kamu tiba-tiba menghilang, Ndra? katanya mau menemani mengerjakan tugas. Kamu membuatku semakin mencurigaimu, Andra!" gumam Citra sendiri dan semakin takut saat menyadari berada sendirian di dalam rumahnya.

Citra duduk meringkuk di atas sofa sembari memeluk kedua lengan tangannya. Dia bingung antara tetap tinggal atau pergi meninggalkan rumah. Jam di dinding menunjukkan angka sembilan lewat tiga puluh menit. Jika ke luar dari rumah, pasti sudah sangat sepi.

Bunda, Ayah kumohon pulanglah ...! aku tidak mau sendiri di rumah ini. Bunda, Citra takut ...! mengapa kalian tega membiarkan aku sendirian? apa kalian tidak menyayangi aku? aku ini anak kandung kalian apa bukan?! tidakkah kalian takut jika terjadi sesuatu padaku? aku ingin disayangi dan dilindungi! Bunda tolong pulanglah! gumam Citra di dalam hatinya sembari terisak.

Di saat seperti ini Citra merutuki tindakan orang tuanya yang telah tega membiarkan dia sendirian dan menghadapi ini semua sendiri di rumah yang terasa asing baginya. Hingga rasa kantuk perlahan membuatnya tertidur di atas sofa ruang tengah dengan televisi yang masih menyala.

Tanpa Citra ketahui ada yang memencet tombol off pada sudut bawah televisinya dan seketika layar televisinya mati.

Sesosok anak kecil itu duduk di samping sofa yang di duduki Citra sembari menggenggam sebuah boneka babi berwarna pink lusuh yang sudah sobek bagian telinganya.

"Kakak kenapa selalu bilang sendirian? bukankah ada aku yang selalu menemanimu? Kakak selalu tertidur sih, padahal aku pengen main bersama Kakak. Iya kan Piglet?" ujar bocah itu sembari mengangguk-anggukkan kepala bonekanya.

Anak perempuan itu membelai rambut Citra agar tertidur nyenyak. Sama seperti di ingatannya tentang mamanya yang akan membelai kepalanya saat menidurkannya.

Keesokannya Citra bangun pagi-pagi sekali. Ternyata pintu rumahnya semalam lupa belum sempat ditutup. Citra hendak menutup pintu tersebut, namun bertepatan dengan hal itu dia melihat dari kejauhan nampak seseorang yang sedang duduk di samping pintu gerbang rumahnya. Citra mengucek matanya agar melihat lebih jelas. Namun, sosok itu tidak ada lagi di sana. Sontak hal itu membuat badan Citra merinding karena takut. Citra teringat bahwa ia belum shalat. Akhirnya ia mengabaikan sosok itu dan pergi untuk menjalankan kewajibannya.

Seusai salat Citra mandi dan bersiap untuk berangkat ke sekolah. Pagi ini ia berangkat lebih awal dari biasanya. Sebab, ia ingin mampir ke rumah Andra untuk memastikan keadaan Andra terlebih dahulu. Ia masih penasaran dengan sosok pemuda yang mengalami kecelakaan. Entah mengapa ia ingin memastikannya.

Dengan segera Citra memakai jaket, mengenakan tas ranselnya, kemudian menaiki motornya dan bergegas menuju rumah Andra.

Sesampainya di rumah Andra, lagi-lagi Citra menemukan rumah itu sepi dan tanpa penjaga.

"Hhhhh ...!" Citra menghela napas beratnya.

"Andra...a, kamu di mana?" seru Citra meneriaki nama Andra dari depan gerbang rumahnya. "Andra...a!" ulangnya lagi.

Citra putus asa karena tidak ada yang menyautinya. Citra kemudian berjalan menuju sepada motornya. Saat menyalakan mesin motornya ada seorang perempuan paruh baya membuka pintu rumah megah itu. Si wanita keluar bukan karena mendengar teriakan Citra, namun ia sengaja membuka pintu saat akan menyapu teras rumah itu. Karena mustahil teriakan Citra terdengar dari dalam rumah yang besar dan megah itu ketika berada di dalam rumah.

Citra mengurungkan langkahnya dan segera turun kembali dari motornya. Citra mendekati gerbang untuk bertanya.

"Permisi, Bu! permisi...i!" seru Citra.

Wanita itu menoleh ke arah Citra, "Siapa ya?"

"Saya temannya Andra, Bu. Andra ada?" tanya Citra.

"Mbak teman sekolahnya?" tanya si wanita itu.

Meskipun ia tidak tahu Andra kelas berapa dan di kelas yang mana, Citra akhirnya menganggukkan kepala, "Iya, Bu."

"Mas Andra ada di rumah sakit, Mbak. Kemarin mas Andra mengalami kecelakaan," ujar wanita itu.

Degg.

Seketika hati Citra semakin resah mendengar hal itu.

"Apa kecelakaannya di ujung kompleks ini, Bu?" tanya Citra lagi.

"Saya kurang tahu, Mbak. Tapi satpam di rumah ini mengatakan jika kecelakaannya memang di kompleks ini, tapi saya kurang tahu di mana tepatnya."

"Dirawat di rumah sakit mana, Mbak?" tanya Citra.

"Kalau tidak salah di RSI, Mbak!"

Citra teringat akan obrolannya kemarin dengan penjual soto. Saat itu penjual soto juga mengatakan jika pemuda korban kecelakaan itu dirawat di rumah sakit yang sama. Mungkinkah pemuda itu adalah Andra?

Citra kemudian berpamitan dan segera melaju dengan sepeda motornya menuju sekolahan. Dia berencana akan mendatangi rumah sakit nanti sepulang sekolah.

****

Sesampainya di sekolahnya Citra menyempatkan waktu sebelum bel masuk untuk curhat kepada Amel tentang yang terjadi padanya semalam dan juga tentang kecelakaan yang menimpa Andra.

"Cit, jika Andra sedang di rumah sakit. Lantas siapa laki-laki yang mendatangi lo dengan sosok yang datang menyerupai Andra itu?" tanya Amel dengan cemas.

...______Ney-nna______...

Terpopuler

Comments

Wury Ayra

Wury Ayra

nah loh!!! adra sdg dirawat di rmh sakit.... trs yg dtg ke rmh citra bkn andra dong?? lalu siapa??

2022-07-03

3

Zil@

Zil@

sungguh Malang nasib mu citra.....

2022-06-30

4

🍁𝐀𝐑𝐀❣️💋🅚🅙🅢👻ᴸᴷ

🍁𝐀𝐑𝐀❣️💋🅚🅙🅢👻ᴸᴷ

👻👻👻👻

2022-06-30

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!