Bab.8

POV. Citra

Menelusuri jalanan ibu kota yang ramai akan lalu lalang kendaraan dan sorot lampu di kanan kiri jalan, membuatku memacu dengan perlahan menikmati suasana malam dengan hembusan angin sepoi-sepoi, memecah jalanan.

Kala itu jalanan masih cukup ramai dengan pengguna jalan yang wara-wiri menghabiskan hari minggu mereka menjelang berakhirnya weekend. Memasuki jalanan kompleks perumahan jalanan mulai terlihat sepi. Sebab banyak yang belum kembali dari berlibur.

Banyak rumah-rumah yang masih terlihat gelap karena tidak ada penghuninya. Kebanyakan orang yang berada di rumah pun tengah beristirahat selepas seharian menghabiskan waktu liburnya. Sehingga suasana malam itu semakin senyap dan terasa mencekam bagiku.

Tiga puluh menit berkendara, kini sampailah aku di pelataran rumah. Ku hentikan motor setelah sampai di halaman. Keadaan sekitar masih gelap gulita akibat belum adanya penerangan lampu. Satu-satunya penerangan saat ini hanyalah dari sorot lampu sepeda motorku. Hal itu membuatku ragu untuk turun dari motor.

Setelah berpikir beberapa saat akhirnya ku putuskan untuk mengambil handphone dari dalam tas, lalu ku hidupkan senternya. Ku matikan sepeda motorku, lantas aku memberanikan diri untuk melangkah menuju teras rumah.

"Bismillah...!" ucapku berdo'a agar Allah menjagaku di setiap langkahku.

Aku putuskan untuk tidak menengok ke kanan maupun ke kiri dan hanya memandang lurus ke depan. Dengan di terangi lampu handphone, aku mencoba membuka kunci pada pintu rumahku. Dengan tangan yang sedikit bergetar dan terasa kelu karena gugup, akhirnya aku berhasil membukanya. Kemudian, dengan perlahan aku putar knop pintunya dan membukanya.

Cklek!

Pintu pun terbuka. Untuk menyalakan lampu aku harus berjalan masuk, hingga ke ujung ruang tamu. Sebab saklar lampu berada di sebelah pintu masuk ke ruang tengah.

Satu kakiku melangkah masuk, aku sudah merasa suhu ruang yang terasa lebih panas dari biasanya, hingga keringatku meluncur begitu saja dari sela-sela rambutku. Saat ini jantungku berdetak lebih cepat. Bahkan kini suara nafasku pun dapat aku dengar. Dengan perlahan aku melangkahkan kaki masuk ke dalam rumah. Meski, kakiku terasa berat untuk melangkah.

Sedari tadi aku merasa ada yang sedang mengawasiku dan seperti terus mengikutiku. Namun, dengan cepat aku menepis pikiran-pikiran negatif yang sempat muncul di otakku. Ku hembuskan napasku dengan kasar dan dengan cepat aku berlari menuju saklar lampu.

Tak! Tak !

Lampu ruang tamu dan ruang tengah pun menyala.

Huh...! aku benar-benar merasa lega. Setidaknya saat ini lampunya sudah menyala. Aku tidak boleh takut! Aku harus berani! Maka semua akan baik-baik saja! ucapku dalam hati untuk menguatkan diri sendiri.

Aku kembali ke luar rumah untuk memasukkan motorku ke dalam garasi rumah. Setelahnya ku tutup pintu ruang tamu dan menguncinya.

Aku melangkahkan kaki menuju kamarku. Ku lepas sepatu dan ku taruh di rak samping pintu kamarku. Rasanya tubuhku terasa lengket. Ingin aku segera mandi dan merebahkan tubuhku di kasur empukku.

Dengan cepat kubuka pintu kamar.

Braaaakkk!

Aku terhenyak hingga terhuyung mundur menekan pintu menabrak ke tembok. Aku terkejut melihat meja riasku yang berantakan. Seingatku alat make up Bunda sebelum berangkat ke mall sudah aku bereskan kembali ke dalam pouch make up. Namun, yang aku lihat sekarang alat make up Bunda bertebaran di meja hingga jatuh ke lantai.

"Aaaaarrggghh....!" aku menjerit sekencang-kencangnya ketika melihat seperti bayangan putih menembus jendela kamarku. Kemudian aku berlari ke tempat tidur seraya menutup seluruh tubuhku dengan selimut, hingga lama kelamaan aku pun tertidur.

......................

Srak srak!

Aku mengerjap saat mendengar sesuatu yang mengganggu tidurku. Ku lihat jam di dinding menunjukkan pukul 24.30. Aku teringat jika aku tadi belum sempat melaksanakan salat isya'. Aku pun bergegas bangkit dari tempat tidur menuju ke kamar mandi untuk mengambil wudhu.

Setelahnya aku mendirikan salat di kamarku. Awalnya aku sangat kusyu', namun pada rakaat terakhir aku seperti merasa ada yang berdiri di belakangku. Seolah ada hembusan angin dari arah belakangku. Seketika bulu kudukku pun meremang. Aku sedikit terganggu, namun cepat-cepat aku kembali memfokuskan pada bacaan salatku.

Seusai salat aku membereskan make up bunda yang semalam tercecer di atas meja rias. Aku mencoba berpikir positif mungkin saja kemarin aku memang terlupa untuk membereskannya. Setelahnya aku memasukkannya kembali ke dalam laci meja.

Saat itu aku melihat foto anak laki-laki yang aku temukan di gudang dan ku bawa ke tempat tidur. Aku memandanginya seraya mengingat-ingat wajah Andra yang tempo hari datang ke rumah juga yang aku lihat di bioskop kemarin.

"Andra Melvino," ucapku membaca tulisan yang tertulis pada foto.

Apa mungkin nama ini adalah nama anak ini? Mungkinkah foto anak kecil ini adalah foto Andra di masa kecil? tapi mengapa foto Andra waktu kecil ada di rumah ini? dan ke mana Andra pergi setelah berkunjung ke rumah malam itu? batinku bertanya-tanya.

Hingga aku merasa semakin lama semakin takut memikirkan tentang Andra yang tidak jelas asal-usulnya. Apalagi mengingat saat ini masih pagi buta dan aku hanya sendirian.

Aku menaruh fotonya di bawah bantalku, kemudian menarik selimut hingga menutupi setengah dari badanku. Aku mulai memejamkan mata berharap bisa tidur nyenyak hingga pagi.

......................

Aku seperti merasa tubuhku terhentak hingga aku terbangun, dan seluruh kamarku gelap. Aku meraba-raba nakas yang terletak di samping tempat tidurku untuk mencari handphone.

Saat aku menemukannya aku segera menghidupkan senter pada handphone.

"Aaarrgghh!" teriakku saat melihat ke arah cermin dan membaca tulisan yang tertera pada cermin.

Aku seketika ke luar dari kamar dan berlari melewati halaman dengan bertelanjang kaki menuju gerbang yang selalu terbuka, karena aku tidak pernah menutupnya. Lantas aku segera menyeberang jalan dan berhenti di depan rumah tetangga depan rumahku. Aku duduk di teras rumah depan untuk beristirahat. Aku menunduk sambil mengecek kakiku yang terasa perih. Tiba-tiba aku melihat ada kaki seseorang yang berdiri di hadapanku kemudian menepuk pundakku

Aku mendongak ke atas untuk melihat sosok pemilik kaki di depanku yang telah menepuk bahuku barusan.

"Kamu kenapa?" tanya Andra sembari berjongkok di depanku memperhatikan kakiku yang terluka.

"A-Andra! Ini, sepertinya tadi aku menginjak sesuatu yang cukup keras dan runcing," ujarku dengan sedikit gugup karena tiba-tiba ada Andra.

"Kenapa bertelanjang kaki malam-malam?" tanya Andra seraya memegang kakiku yang terluka.

Aku sejenak terdiam sembari mencuri pandang ke arahnya. Aku memandangi wajah Andra dengan lekat dan semakin mendekat agar dapat merangkum wajahnya untuk membandingkan dengan laki-laki yang tadi aku lihat di mall dan juga membandingkan dengan wajah anak kecil pada foto.

Fix, aku yakin memang Andra! gumamku dalam hati.

Tiba-tiba Andra mendongak dan menjentikkan jarinya di depan mukaku.

Ctik!

Seketika aku terhenyak dan salah tingkah karena ketahuan melamun sembari memandanginya.

"Kok malah bengong sih!" ujarnya sembari tersenyum ke arahku.

Astaga! aku sangat malu dan merutuki kebodohanku. "Em ... i-itu, ada yang aneh di rumahku. Aku berlari dan kali ini nggak sempet untuk memakai sandal," ujarku.

"Ada yang aneh? Apalagi kali ini?" tanya Andra.

"Tadi saat aku baru pulang ke rumah dan masuk ke dalam kamar, aku lihat alat make up bunda yang sebelumnya sudah aku bereskan ternyata sangat berantakan dan tercecer di mana-mana dan aku melihat ada bayangan yang menembus pada jendela kamarku."

"Yang lebih mengejutkan lagi, ketika aku terbangun dari tidurku ada sebuah tulisan di cermin, yang di tulis dengan lipstik bunda. Aku takut, Ndra!" tutur Citra bercerita.

"Sekarang kita ke rumahmu, Cit. Coba aku lihat!" ujar Andra.

"Beneran? Memangnya kamu nggak takut?" tanya Citra ragu untuk kembali ke rumahnya.

"Belum di lihat juga, apa yang mau ditakutkan!" ujar Andra seraya kembali tersenyum ke arahku.

Astaga, lihat Andra senyam-senyum kok jantungku berasa nggak nyaman begini sih! gumamku dalam hati seraya memegangi dadaku yang berdebar-debar.

"O-oke, ayo ke sana!" ujarku gugup.

..._________Ney-nna_________...

Terpopuler

Comments

Wury Ayra

Wury Ayra

setiap kali baca jantung rasanya dag dig dug....

2022-07-03

0

Zil@

Zil@

aduhhhh baca y sambil tahan nafas sesaat,huffff 😅
Andra kamu ini siapa si sebenernya...!!??

2022-06-29

4

🍁𝐀𝐑𝐀❣️💋🅚🅙🅢👻ᴸᴷ

🍁𝐀𝐑𝐀❣️💋🅚🅙🅢👻ᴸᴷ

ngos ngosan aq bacanya🤣🤣🤣

2022-06-28

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!