Bab.9

Citra perlahan-lahan bangkit untuk berdiri. Jalannya tertatih menahan sakit di kakinya.

Tanpa di minta, Andra berjongkok di hadapan Citra, "Ayo naik!" titah Andra.

"Tapi..., aku berat loh!" Citra nampak sungkan.

"Ayoo buruan naik!" ujar Andra lagi.

Dengan ragu Citra naik ke punggung Andra. Lagi-lagi Andra adalah orang yang datang untuk menolongnya. Andra menggendong Citra menuju teras rumahnya. Kemudian menurunkannya di kursi panjang di teras rumah Citra. Andra berjongkok hendak melihat telapak kaki Citra yang terluka.

"Ehh... jangan-angan!" tolak Citra sembari mengibaskan kedua tangannya di depan Andra.

"Kenapa? Aku hanya berniat untuk melihat kakimu, mungkin saja lukanya dalam. Kalau luka dan tidak segera diobati bisa menjadi infeksi!" ujar Andra.

"Baiklah...," ujar Citra pasrah. Perlahan dia mengangkat kakinya yang terasa sakit.

Andra memegang tumit kaki Citra dan mengangkatnya, kemudian mengarahkan gantungan center yang selalu ia bawa untuk menyoroti kaki Citra. Nampak goresan kecil dan sedikit darah di bagian telapak kaki Citra.

"Benarkan, ada lukanya. Kenapa setiap bertemu denganmu selalu begini yah!" Andra nampak bingung karena Citra terlalu sering terluka di saat bertemu dengannya. Dia kemudian berdiri hendak masuk ke dalam rumah Citra.

"Ehh... mau kemana?" tanya Citra saat Andra menjauh.

"Ambil obatlah, kakimu musti diobati!" Andra melanjutkan langkahnya menuju ke dalam rumah. Karena sebelumnya sudah pernah mengambil obat di kotak P3k sehingga ia sudah hapal tempatnya.

Kotak obat terlerak di ruang tengah. Netranya menyoroti seluruh ruangan, nampak tidak ada yang aneh baginya. Cepat-cepat dia ambil kotak kecil berukuran sedang yang berisi perlengkapan medis untuk pertolongan pertama. Ditutupnya kembali kotak obat tersebut dan beranjak menuju ke luar.

Saat berjalan di ruang tamu, Andra seperti mendengar ada suara orang yang sedang berdebat di dalam rumah, namun suaranya terdengar seperti agak jauh dan tidak begitu jelas. Andra ragu untuk berbalik ke dalam rumah, dia memilih untuk mengabaikannya kemudian kembali ke tempat di mana Citra berada.

"Cit, kamu belum cari pembantu?" tanya Andra sembari mengoleskan obat merah pada kaki Citra.

"Sudah," jawabnya singkat.

"Ohh, pantesan aku seperti mendengar ada orang berbicara," jawab Andra.

"Apaa? Siapa yang berbicara?" Citra kaget reflek meremas lengan jaket yang dikenakan Andra.

"Kamu kenapa sih? kamu bilang ada pembantu, mungkin saja pembantu kamu yang berbicara." Andra beralih duduk di bangku samping Citra.

"Nggak mungkin, pembantuku udah mengundurkan diri tadi pagi. Di rumah nggak ada orang selain kita!" ujar Citra dengan cemas.

"Hahh... kalau begitu siapa dong? apa aku salah dengar?" gumam Andra yang masih bisa di dengar oleh Citra, "Ohh, mungkin suara dari rumah tetangga. Udah tenang aja, nggak ada apa-apa kok."

Andra mencoba berpikir positif agar Citra tidak semakin takut. Namun, sesungguhnya dia masih penasaran, karena dia yakin sempat mendengarnya tadi. Dia kembali berjongkok di depan Citra untuk mengobati luka di kaki Citra, sembari memikirkan hal janggal tadi.

"Terima kasih ya, Ndra. Kamu selalu nolongin aku," ujar Citra tulus.

"Sama-sama, kenapa pembantumu mengundurkan diri Cit?" tanya Andra.

"Ibunya sedang dirawat di rumah sakit. Padahal aku sudah cocok dengan kinerjanya yang cekatan dan telaten. Bahkan masakannya pun enak. Sayang sekali bertepatan dengan ibunya yang sakit!" ujar Citra sendu.

"Selagi tidak ada acara yang penting aku akan usahakan datang untuk menemanimu," ujar Andra.

"Benarkah? Apa itu tidak merepotkan mu?" tanya Citra.

"Merepotkan apanya, Cit. Aku juga nggak ada kerjaan di rumah, makanya kalau malam aku joging untuk menghirup udara segar karena penat di rumah. Aku juga nggak punya saudara, orang tuaku sibuk kerja di luar negeri. Di rumah aku cuma sama pembantu dan seorang satpam. Kalau orang tuamu terkadang masih pulang, aku palingan setahun cuma dua kali ketemu sama ortu. Hhahhaha...!" Andra tertawa miris.

Citra merasa iba, ternyata kisah Andra pun tak jauh berbeda dengan dirinya yang anak tunggal dan jauh dari orang tua.

"Siapa cewek yang tadi bersama kamu di bioskop, Ndra?" tanya Citra.

"Hah... kamu lihat aku di bioskop tadi?" tanya Andra.

"Heem..., emang kamu nggak lihat aku? kan tadi temen kamu menghadang jalanku. Eh... tapi kamu sibuk ngobrol sih sama cewek di sampingmu. Pacarmu ya?" Citra memberondong Andra dengan banyak pertanyaan.

"Hahaha, tanyanya satu-satu!" Andra tertawa dengan keponya Citra. "Mereka semua temen aku kok, aku nggak punya pacar," tambahnya.

"Ohh ...." Citra manggut-manggut mengerti.

"Boleh aku ke kamar kamu?" tanya Andra, "Maksud aku buat ngecek tulisan yang ada di cermin," koreksi Andra.

"Boleh, ayo!" Citra berdiri hendak berjalan.

"Mau aku gendong lagi?" tanya Andra sambil tersenyum.

"Enggak, ini kan udah di lantai. Aku jalan sendiri aja pelan-pelan," ujar Citra.

Mereka pun berjalan beriringan. Andra kemudian membuka pintu kamar Citra. Betapa terkejutnya Andra, bersamaan dengan terbukanya pintu, nampak sosok kecil yang berdiri di depan jendela kamar Citra.

"Aaaargh...!" pekik Andra.

Andra kaget badannya sedikit terhuyung ke belakang, reflek dia berpegangan pada pinggiran pintu. Manik matanya membulat dan mulutnya menganga saat netranya bersitatap dengan sosok itu. Nampak sesosok anak kecil dengan mata merah menyala menoleh ke arah Andra, kemudian dengan cepat menembus jendela dan hilang.

Citra yang berada di belakang tubuh Andra ikut panik, "Hah...? Ada apa...ada apa?" tanyanya.

Citra mencoba menjulurkan kepalanya melongok ke dalam kamarnya, namun Citra tidak melihat siapa pun di kamarnya. Hanya Andra yang melihat sosok itu.

Sejenak Andra tertegun dan tak bisa berkata-kata. Dia memegangi dadanya yang berdebar-debar saat jantungnya berdetak kencang tidak beraturan. Dengan susah payah dia menghela napas beratnya berulang kali.

"Ada apa, Ndra?" tanya Citra.

"Kamu nggak lihat tadi?" tanya Andra saat sudah merasa sedikit tenang.

Citra menggeleng, karena tidak melihat apa pun yang aneh.

Andra menghembuskan napas lega. Merasa beruntung karena Citra tidak melihatnya, jika Citra melihat hal itu dia khawatir Citra akan semakin takut saat berada di rumahnya. Namun Andra sangat penasaran dengan sosok anak itu, sorot matanya memperlihatkan kebencian.

Semoga sosok anak kecil itu tidak membahayakan, Citra! batin Andra.

Andra menyoroti pada dinding di samping pintu dengan gantungan senternya, untuk menemukan saklar lampu. Dia kembali terperangah melihat tulisan di cermin.

TOLONG AKU! eja Andra dalam hati.

Andra semakin penasaran dan bertanya-tanya tentang maksud dari tulisan itu, dan siapa sosok yang berada di rumah ini.

Kalau menelisik dari tatapan sosok anak perempuan bermata merah tadi, dia tidak seperti sedang membutuhkan pertolongan. Melainkan tatapannya yang tajam menyiratkan kebencian. Mungkinkah ada beberapa sosok di rumah ini?

...________Ney-nna_______...

Terpopuler

Comments

Wury Ayra

Wury Ayra

penuh dg misteri....

2022-07-03

0

Zil@

Zil@

kali ini Andra bukan hantu kan kak nay.....,???
semoga aja Andra bukan hantu yg ada di pikiran ku,kali ini bener2 Andra 🙏..🥰

2022-06-29

6

🍁𝐀𝐑𝐀❣️💋🅚🅙🅢👻ᴸᴷ

🍁𝐀𝐑𝐀❣️💋🅚🅙🅢👻ᴸᴷ

lanjut kak ney

2022-06-28

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!