Bab.4

Sesampainya di sekolah Citra duduk lesu di bangkunya. Amel yang juga baru datang mendekati meja Citra.

"Cit, pasti belum sarapan ya? lesu banget sih!" tanya Amel.

"Iya, Mel. Gue lagi kesel nih sama Bunda. Lagi-lagi ngabarin kalau nggak bisa pulang. Gue ngrasa kaya anak telantar tahu nggak sih, Mel. Lo pasti bahagia, Mel. Tinggal bersama kedua orang tua, punya kakak yang akan ngejagain lo dan bisa diajakin berantem! Sedangkan gue...."

Setetes air mata pun lolos dari kelopak mata Citra. Dia merasa sangat kesepian. Diusapnya air mata yang sempat membasahi pipinya dan mencoba untuk menenangkan diri.

"Jangan sedih dong, Cit. Nanti malam gue nginep deh di rumah lo," ujar Amel meski sedikit ragu.

"Bener ya, Mel? lo emang temen gue yang paling baik deh!" Citra memeluk erat Amel. Baginya Amel adalah satu-satunya teman yang paling mengerti dengan kesedihannya saat ini.

Amel meringis tanpa kata, dalam hati ia merutuki ide bodohnya. Padahal sebenarnya dia sangat penakut, tapi kenapa sok-sokan memberi ide untuk menginap di rumah Citra yang sepertinya angker itu.

Astaga, gimana ini ntar kalau ada hantu di rumah Citra? Ya Allah tolong lindungi aku, semoga nanti malam hantunya nggak ganggu aku! do'anya dalam hati.

Sesuai janjinya Amel akhirnya mengabari mamanya jika akan menginap di rumah Citra. Beruntung besok adalah weekend, sehingga mama mengijinkan.

......................

Sepulang sekolah Citra dan Amel pulang ke rumah Citra berboncengan dengan motor maticnya. Citra merasa sangat bahagia, sedangkan Amel sepanjang perjalanan menuju rumah Citra, dia terus was-was.

"Sampai ...!"

Citra mematikan mesin motornya, kemudian mengembangkan kedua tangannya ke atas dengan senyuman lebar di bibirnya. Dia sangat senang karena ada Amel yang menemaninya.

Amel dengan wajah cemberut memandangi suasana sekitar rumah Citra dari depan.

Bagus juga sih, tapi kayak kuno gitu bangunannya, gimana ini? gerutu Amel dalam hati.

Amel menghirup udara dalam-dalam untuk menenangkan pikiran. Kemudian berjalan mengikuti Citra menuju teras.

Everything will be okay, Mel! gumamnya dalam hati menyemangati dirinya sendiri.

Citra kemudian membuka kunci pintu rumahnya dan berjalan masuk ke dalam rumah.

"Yuk Mel, masuk, anggap aja rumah sendiri!" ujar Citra saat Amel masih sibuk memandangi bangunan rumah Citra.

"Ehh, iya, Cit!" Amel langsung bergegas mendekat ke arah Citra. Amel terus mengekor pada langkah Citra hingga mereka sampai di kamar Citra.

"Gimana rumahku, Mel?" tanya Citra meminta pendapat.

"Emm, bagus sih, Cit. Tapi, halamannya terlalu luas sehingga kejauhan dengan rumah tetangga," ujar Amel seraya mendudukkan diri di tepian tempat tidur Citra.

"Iya, Sih. Aku juga ngerasa begitu," tutur Citra.

"Kali aja ada sesuatu, tetangga nggak akan denger kalau halamannya terlalu jauh dari jalan begini, apalagi kamu cuma tinggal sendirian di rumah," ujar Amel sembari menggigit jari. Dari awal datang dia sudah merasa jika aura rumah ini memang menyeramkan.

"Kata ayah dulu saat membeli rumah ini, supaya kalau mengadakan acara besar, halamannya bisa di pakai, apalagi ruang tamunya juga cukup luas, makanya ayah langsung suka sama rumahnya," ujarnya sembari membuka almari mencari baju ganti untuknya.

"Sini, Mel. Pilih aja buat baju ganti," ujar Amel seraya membuka Almarinya lebar-lebar.

Amel bangkit berdiri menuju Almari. "Boleh yang mana aja kan, Cit?"

"Iya, pilih aja!" ujarnya seraya membuka seragamnya dan berganti baju yang tadi sudah dipilihnya.

Tok tok tok!

"Assalamu'alaikum!" terdengar suara salam dari luar.

Citra dan Amel seketika berpandangan.

"Gue, lihat ke depan dulu, Mel!" ujar Citra lalu berjalan ke luar meninggalkan Amel sendirian di kamar.

Amel yang tak ingin sendirian di dalam kamar Citra mengurungkan untuk berganti baju. Ditutupnya pintu almari, kemudian berlari ke luar kamar mengikuti Citra ke ruang tamu.

"Wa'alaikumsalam!" ucap Citra saat pintu sudah terbuka.

Nampaklah dua orang perempuan setengah baya yang seumuran dengan mamanya berdiri di depan pintu.

"Ini dek Citra ya? Saya Anisa teman ibumu sekaligus dari yayasan penyedia jasa asisten rumah tangga," ujar wanita yang berpakaian rapih dengan setelan rok dan blazer berwarna merah muda yang nampak elegan dan berdandan cantik.

Di belakangnya ada sosok wanita paruh baya juga dengan pakaian lebih sederhana namun tetap rapih dan terlihat ramah dengan senyumnya.

"Iya benar, Tante. Mari silakan masuk," ujar Citra mempersilakan tamunya untuk duduk di ruang tamu rumahnya.

Kedua wanita itu pun berjalan masuk dan mendudukkan diri di sofa panjang ruang tamu. Sedangkan Citra dan Amel duduk di kursi yang lain.

"Begini Dek Citra, tadi ibumu sudah menghubungi saya, meminta untuk dicarikan seorang ART untuk menemani Dek Citra yang tinggal sendirian di rumah ini. Saya sudah bawakan orangnya. Ini namanya Mbak Asih. Dia yang akan menemani Dek Citra tinggal di sini sekaligus mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Mbak Asih ini sudah terlatih dan berpengalaman, sehingga Dek Citra nggak perlu kawatir dengan kemampuan Mbak Asih. Bagaimana Dek Citra, mungkin ada yang ingin ditanyakan?" ujar Anisa menjelaskan panjang lebar.

"Em, baik, Tante. Saya kira sudah cukup jelas penjelasannya. Terima kasih atas bantuannya!" ujar Citra.

"Iya, sama-sama Dek Citra. Ini sudah menjadi tugas saya selaku penyedia jasa tenaga kerja. Jika ada sesuatu bisa hubungi saya. Ini kartu nama saya ya, Dek," ujar Anisa seraya merogoh selembar kartu kecil dari dalam tote bagnya, dan menyodorkannya ke hadapan Citra.

Citra menerimanya dan melihatnya sekilas. "Baik, Tante. Terima kasih!"

"Kalau begitu saya pamit ya, Dek Citra. Assalamu'alaikum!" Anisa beranjak berdiri kemudian berpamitan pada Mbak Asih seraya menyematkan beberapa kata pesan singkat kepadanya.

"Baik, Tante. Wa'alaikumussalam."

Setelah Anisa pergi Citra mengantar Mbak Asih berkeliling rumah sambil menjelaskan apa yang harus di kerjakannya. Amel ikut merasa lega, karena saat ini ada tambahan orang yang berada di rumah sehingga suasana menjadi lebih hidup.

Mbak Asih kemudian pergi ke dapur untuk mengecek bahan untuk memasak. Ternyata ada apa pun di kulkas selain beras, telur dan mie instan saja karena Citra belum sempat berbelanja. Mbak Asih kemudian hanya membuatkan Nasi goreng dengan telur ceplok untuk makan siang mereka bertiga.

"Mbak Citra, bahan makanan habis ini saya hanya memasak nasi goreng saja. Jika diijinkan saya mau belanja sayur ya?" ujar mbak Asih.

"Iya, Mbak terima kasih!" Citra beranjak menuju kamarnya untuk mengambil uang belanja di dompetnya. "Ini, Mbak uangnya! di sana ada warung yang jual sayur kok, Mbak. Jadi nggak perlu pergi jauh-jauh, Mbak," ujarnya seraya memberikan selembar uang seratus ribuan kepada Mbak Asih.

"Baik, Mbak!"

Citra dan Amel kemudian segera menyantap nasi gorengnya. Setelah itu menghabiskan waktu siangnya dengan menonton film hingga sore. Sedangkan mbak Asih pergi berbelanja sayuran di pertigaan kompleks yang tak jauh dari rumah Citra.

Sore harinya mbak Asih telah selesai menyiapkan makanan untuk makan malam. Amel dan Citra menyantap Cap cay kuah buatan mbak Asih yang cukup enak. Citra cukup puas dengan pekerjaan mbak Asih yang cekatan dan memuaskan.

Jam sudah menunjukkan pukul 20.00. Setelah mengunci pintu utama Mbak Asih meminta ijin untuk beristirahat lebih dulu di kamarnya kepada Citra.

Citra mengiyakan, kemudian melihat ke luar jendela memastikan bahwa tidak akan ada yang datang. Setelahnya Citra kembali ke dalam kamarnya untuk beristirahat.

"Cit, kok ada foto anak laki-laki di sini. Ini foto siapa?" tanya Amel seraya menunjukkan foto yang tadi ditemukannya di bawah bantal.

"Oh, itu foto yang aku temukan di gudang belakang waktu aku beres-beres rumah ini. Lucu ya anaknya, pengen deh punya adik laki-laki! sayangnya bunda nggak pengen hamil lagi, sepertinya," ujar Citra.

"Kalau bunda nggak mau bikin adek laki-laki, lo aja Cit yang bikin bayi laki-laki!" goda Amel.

"What? lo pengen gue hamil, Mel. Sekolah aja belum lulus juga. Lo nyuruh gue hamil sama siapa coba!"

"Kali aja lo mau nikah muda, Cit. Asal jangan tengdung duluan baru nikah!" ujar Amel.

"Aduh amit-amit lah, Mel. Jangan sampai kaya gitu. Udah ah bobo yuk!" ujar Citra seraya meletakkan foto anak laki-laki itu di laci meja belajarnya.

Setelahnya mereka berdua terlelap dalam tidur. Malam itu Citra bisa tidur nyenyak hingga pagi.

..._________Ney-nna_________...

Terpopuler

Comments

Ara Aulia

Ara Aulia

kasian bnr ank terlantar

2022-08-26

0

🍭ͪ ͩ🍀⃟ᗩGEᑎᑕY🐅⃫⃟⃤

🍭ͪ ͩ🍀⃟ᗩGEᑎᑕY🐅⃫⃟⃤

dobel nih... 🤔

2022-06-29

2

🍁𝐀𝐑𝐀❣️💋🅚🅙🅢👻ᴸᴷ

🍁𝐀𝐑𝐀❣️💋🅚🅙🅢👻ᴸᴷ

lanjut

2022-06-27

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!