Felicia sudah sempoyongan dan hampir muntah hingga membuat Pandu khawatir, namun dia tetap saja minum karena dia gak mau kalah dan juga gak mau membuat Pandu malu di depan temannya.
"Masih kuat gak?" tanya Nita sinis.
"Ma..masih," jawab Felicia lirih lalu kembali minum dan akhirnya mutah lalu pingsan.
"Sayang.. wake up," teriak Pandu panik.
"Sepertinya dia pingsan karena terlalu banyak minum," ucap Brian menatap Felicia khawatir.
"Oh my god gimana ini??" tanya Pandu sangat cemas.
"Bawa aja ke apartemen, begitu aja bingung," usul Nita enteng.
"Jika terjadi sesuatu dengannya, awas," ancam Pandu penuh amarah lalu membopong Felicia ke apartemen disusul temannya.
15 menit berlalu kini mereka sudah tiba di apartemen Pandu dan langsung bergegas membawa Felicia ke kamarnya.
"Tolong beliin obat pereda mabuk untuk Felicia, please.." ucap Pandu memohon.
"Ish kok jadi gue sih?" jawab Nita ketus.
"Karenamu Felicia sampai kayak gini, mau kamu beliin atau aku bilangin sama Papahnya Felicia?" ancam Pandu.
"Ish nyebelin banget, iya iya," jawab Nita ketus lalu berjalan keluar.
"Awas kalau sampai loe beliin obat macam-macam," ancam Brian.
"Emang loe fikir mau gue beliin obat apa ha? penurun demam??" tanya Nita sebal.
"Siapa tau loe punya rencana licik buat jebak Felicia yang sedang tak sadarkan diri," sindir Brian tersenyum smirk.
"Yaudah loe aja atau kalau perlu kalian berdua yang beli obatnya biar puas dan terpecaya," ucap Nita kesal.
"Udah udah jangan ribut, pusing kepala gue," ucap Pandu memijat pelipisnya.
"Brian nih yang mulai duluan," rengek Nita cemberut.
"Dah jangan ribut lagi, gue percaya loe mau bantuin gue, mau kan?" tanya Pandu tak mau memperpanjang masalah.
"Iya gue mau," jawab Nita terpaksa.
"Thanks.. nih duitnya," ucap Pandu sambil menyerahkan uang.
"Lu fikir gue miskin?" tanya Nita tersinggung dan menepis uang pemberian Pandu.
"Sensi amat sih, yudah terserah," jawab Pandu jengah dan masuk lagi ke kamar.
"Ahaa kesempatan yang bagus, aku beliin aja mereka obat tidur dan khusus Felicia nanti aku belikan obat perangsang biar dia tambah tersiksa haha.. brilian," gumam Nita tersenyum licik.
30 menit kemudian Nita sudah kembali ke apartemen Pandu dengan membawa obat. Lalu ia pergi ke dapur mempersiapkan minuman.
"Nih khusus untuk cewekmu aku buatin susu biar mensterilkan tubuhnya dan nih obatnya," ucap Nita menyodorkan segelas susu dan obat yang sudah ia tukar kemasannya.
"Thanks Nit," jawab Pandu tanpa fikir panjang langsung mencampurkan obat di dalam gelas.
"Your welcome, oh iya dan ini untuk kalian semua," ucap Nita menyerahkan beberapa gelas susu ke teman-temannya juga untuk dirinya.
"Harusnya bersulang dengan gelas sloky bukan segelas susu," ucap Bram kesal.
"Pesta kelulusan anti manisntream bro haha," jawab Deo tertawa keras.
"Iya.. mana ada perayaan kelulusan minumnya segelas susu, kayak balita lomba minum susu," jawab Brian terkekeh.
"Udahlah lebih baik diminum mumpung masih anget, cheers," ucap Nita lalu meminum segelas susu disusul teman-temannya.
"Kok gue ngantuk banget ya?," ucap Deo menguap.
"Iya nih mata gue rasanya berat banget," ucap Brian mengucek mata dan menahan kantuk.
"Mungkin ini efek minum yang terlalu banyak jadinya ngantuk, gue juga kok," ucap Pandu menggeleng-gelengkan kepala pelan.
Beberapa saat kemudian teman-temannya satu persatu tertidur begitu pun Pandu. Kini tinggal dirinya dan juga Felicia yang masih tersadar.
"Haha obat yang udah gue campurin sudah bereaksi, gak perlu capek-capek ngeluarin tenaga untuk gue menghancurkan Felicia," guman Nita tersenyum smirk.
Sedangkan Felicia merasakan seluruh tubuhnya panas dan menginginkan sentuhan. Lantas ia beranjak dari tempat tidur dan menuju ruang keluarga, disana ia melihat semua temannya Pandu dan kekasihnya tertidur pulas.
"Ada apa dengan tubuhku? kenapa rasanya aneh gini? astaga pandu mana ya," guman Felicia sambil berjalan sempoyongan.
Namun tidak dengan Bram, ia masih menjaga kesadarannya tanpa sepengetahuan Nita. Ia sudah menduga jika Nita memiliki maksud terselubung.
"Sudah gue duga jika wanita licik itu merencanakan sesuatu, segitu terobsesinya dengan Pandu," gumam Bram tak percaya.
Tiba-tiba Bram terkejut melihat Felicia berjalan sempoyongan keluar kamar. Lantas ia mendekati karena takut terjadi apa-apa.
"Kamu sudah sadar?" tanya Bram kaget.
"Please help me Bram…" rengek Felicia mendekatkan tubuhnya pada Bram dan sontak membuatnya terkejut.
"Apa-apaan nih, kamu ngapain?" tanya Bram heran.
"Tolong aku.." pinta Felicia dengan wajah memohon dan menggoda Bram.
"Gila, masak seorang Felicia seliar ini? ada yang gak beres nih.. jangan-jangan ini ulah Nita," gumam Bram menatap Felicia tak percaya.
"Bram.. help me, please," rengek Felicia manja.
Felicia terus menerus membuat Bram kehilangan akal sehat. Lagi pula dulu Bram pernah mencintai Felicia namun cintanya harus bertepuk sebelah tangan karena Felicia lebih memilih Pandu.
Bram yang mendapatkan perlakuan seperti itu tidak bisa menahan gejolak hasratnya, tak mau ambil resiko akhirnya ia membawa Felicia keluar apartemen dengan cara membopongnya. Ia lebih memilih menikmati malam panjang dengan Felicia di sebuah hotel.
10 menit kemudian mereka sudah berada di dalam kamar hotel. Bram kagum akan keindahan tubuh Felicia hingga ia berkali-kali menelan slavina.
"Kamu yakin sama keputusanmu?" tanya Bram dengan suara berat karena menahan hasrat.
"Yakin.. Tolong bantu aku," ucap Felicia memohon.
"Kamu tidak akan menyesal melakukan ini? kamu gak takut Pandu kecewa?" tanya Bram sekali lagi dengan hasrat yang semakin membuncah.
"Tidak.. ayo cepat bantu aku.." jawab Felicia sangat gelisah.
"Baiklah jika itu keinginanmu maka dengan senang hati aku akan membantumu baby," jawab Bram tersenyum penuh kemenangan.
Hingga 1 jam kemudian permainan panas pun usai.
"Memang waktu itu kamu memilih Pandu menjadi kekasihmu namun kenyataannya aku yang mendapatkan keperawananmu. Meskipun tidak bisa memiliki orangnya setidaknya bisa merasakan indah tubuhnya meski hanya satu malam.. Thanks for tonight girl," ucap Pandu tersenyum senang dan tertidur di sebelah Felicia yang sudah tertidur lelap.
Disatu sisi orang tua Felicia khawatir anakanya belum juga pulang. Semua kontak teman Felicia sudah dihubungi namun mereka tidak bersama Felicia hingga akhirnya Vina menelfon Pandu, berharap jika Felicia bersamanya. Namun sudah kesekian kalinya menelfon tidak kunjung ada jawaban.
Nita yang sedari tadi kebisingan suara handphone Pandu lalu mengambil hp Pandu dan mensilentnya.. Ia tidak mau momen indah ini terlewatkan. Hal yang sudah di nantikannya sekian lama yaitu bisa berada dalam pelukan Pandu meskipun hanya satu malam.
"Siapa sih yang nelfon berisik banget?" gumam Nita lalu melihat hp Pandu.
"Ahh mamahnya Felicia.. pasti mereka nyariin anak semata wayangnya, andai mereka tau jika anaknya sedang melakukan hal terlarang di sebuah hotel.. ahh gak usah dikasih tau deh ntar gue gak bisa menikmati pelukannya Pandu, silent aja hpnya, beres," gumam Nita lalu mensilent hp Pandu dan kembali memeluk Pandu dengan erat.
"Nikmatnya bisa posisi begini sama orang tersayang, kalau gini terus setiap hari gue bisa tidur dengan nyenyak," batin Nita dengan senyum merekah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 123 Episodes
Comments