Diperjalanan Felicia dan Vina saling diam dengan fikiran masing-masing.
Hingga akhirnya sampailah di Mansion mereka dan Soetanoe-Papah Felicia sudah menunggu di depan pintu dengan wajah serius.
"Pah.." sapa Vina dengan wajah sendu.
"Hmm.. bagaimana hasil pemeriksaannya?" tanya Soetanoe penuh selidik.
"Lebih baik bicarakan di dalam pah.. disini nanti di dengar tetangga, yuk masuk dulu," ajak Vina menggandeng suaminya menuju ruang keluarga.
"Gimana? kenapa Felicia sedari tadi menangis terus?" tanya Soetano penasaran.
"Tadi mama udah memeriksakan Felicia dan hasilnya…" ucap Vina menggantung karena menahan tangis.
"Karena apa? Felicia jelaskan sama papah, jangan nangis terus, kalian membuat papah bingung," ucap Soetanoe tak suka.
"Huhuhu… pah… Feli… dokter bilang kalau Feli… Feli hamil 2 minggu," ucap Felicia menangis histeris.
"APA??!! plak," jawab Soetanoe terkejut lalu refleks menampar Felicia.
"Papah.. huhuhu.. Feli minta maaf," ucap Felicia memegang pipinya dengan menangis histeris.
"APA DENGAN PERMINTAAN MAAFMU BISA MENGHILANGKAN JANIN YANG KAMU KANDUNG? HA?? VINA.. LIHAT HASIL DIDIKANMU YANG SELALU MEMANJAKANNYA!! LIHATLAH SEKARANG DIA MELEMPAR KOTORAN DI MUKA KELUARGA KITA!!" bentak Soetanoe marah besar hingga suaranya menggema di ruangan.
"Pah.. mamah awalnya gak percaya sama diagnosa dokter lalu mamah langsung mendaftarkan Felicia ke dokter kandungan dan hasilnya sama pah anak kita hamil 2 minggu… mamah juga syok mendengarnya huhuhu…" jawab Vina menangis histeris.
"Telfon Pandu sekarang juga," ucap Soetanoe dengan tegas.
"Pah… Feli mohon jangan beritahu Pandu," ucap Felicia memohon.
"Kenapa kamu masih membela laki-laki yang sudah merusak masa depanmu, dia harus tanggung jawab dan segera menikahimu," ucap Soetanoe geram.
"Pah.. Feli mohon jangan hubungi atau memberitahu Pandu, Feli mohon Pah.. Feli mo.." ucap Felicia menggantung lalu pingsan.
"Felicia…." teriak Vina panik dan Soetanoe menggendong putri semata wayangnya ke kamar.
30 menit berlalu kini Felicia siuman.
"Syukurlah kamu sudah sadar, mamah jadi lega," ucap Vina lega.
"Dia memang harus sadar dan menanggung apa yang dia perbuat," ucap Soetanoe ketus.
"Pah.. tolong jangan emosi dulu anak kita habis siuman," ucap Vina menasehati.
"DIA SUDAH MELEMPAR KOTORAN DI MUKA KITA MASIH SAJA KAMU BELA!!" ucap Soetanoe geram.
"Bukan begitu pah.. karena ini posisinya anak kita habis siuman, biarkan kondisinya pulih dulu setelah itu kita bahas penyelesaiannya dengan kepala dingin, biarkan dia menyendiri dulu, beri anak kita waktu, mamah faham dia pun sebenarnya enggan hamil di luar nikah namun nasi sudah menjadi bubur, berilah dia ruang sejenak," ucap Vina menenangkan suaminya dan mengelus lembut punggung suaminya.
"Baiklah papa kasih dia waktu menyendiri, nanti malam kita bahas lagi," ucap Soetanoe mengalah lalu keluar dari kamar Felicia dengan wajah kecewa.
"Tenangkanlah hati dan fikiranmu dulu sayang nanti malam mama dan papa usahakan menyelesaikan masalah ini dengan kepala dingin, maafkan papahmu karena dia mungkin merasa syok dan juga kecewa, beristirahatlah," ucap Vina lembut lalu membelai rambut anaknya.
"Terima kasih mah.. Feli pengen sendiri dulu.. Feli mohon jangan beritahu ini pada Pandu, Feli mohon Mah, nanti kalau Feli sudah tenang Feli akan bercerita," ucap Felicia memohon.
"Baiklah sekarang beristirahatlah, mamah keluar dulu," jawab Vina mengalah dan berlalu pergi.
Didalam kamar Felicia tak henti-hentinya menangis merutuki nasibnya yang malang.
"Dasar anak sialan kenapa kamu hadir dihidupku? hah? kenapaaaaa!!!" gumam Felicia sambil memukul-mukul perutnya.
Lalu Felicia menghubungi Bram.
Tut.. Tut.. Tut.. Suara panggilan terhubung namun tak kunjung diangkat.
"Sialan kemana dia? apa dia mau bertanggung jawab nantinya," batin Felicia frustasi.
Di kamar utama Vina dan Soetano mereka bertengkar hebat karena Felicia. Baru kali ini sepanjang mereka menikah mereka bertengkar sehebat ini.
"PUAS KAMU SEKARANG!! KARENAMU SEKARANG FELICIA AKAN MENJADI SEORANG IBU MUDA YANG AKU SENDIRI TAK YAKIN PANDU AKAN MENIKAHINYA" bentak Soetanoe.
"KENAPA HARUS AKU SAJA YANG DI SALAHKAN? DIA BISA HAMIL JUGA KARENA KECEROBOHAN KITA BERDUA YANG LALAI MENJAGANYA," bentak Vina tak terima terus disalahkan.
"KITA? KAMU INI 24 JAM DIRUMAH HARUSNYA KAMU YANG SELALU MENGAWASI AKTIFITASNYA DILUAR!!! INI MEMANG SALAHMU YANG TERLALU MEMANJAKANNYA DAN MEMAKLUMI SEMUA KESALAHANNYA, SEKARANG DIA HAMIL APAKAH KAU MASIH AKAN MEMAKLUMINYA?" ucap Soetanoe dengan emosi.
"AKU MEMANJAKANNYA KARENA DIA ANAK SEMATA WAYANG KITA.. AKU TIDAK PERNAH MEMAKLUMI KESALAHANNYA, SETIAP DIA BERBUAT KESALAHAN AKU SELALU MENEGURNYA, JADI STOP TERUS MENYUDUTKAN SAYA ATAS KESALAHAN YANG DIBUAT FELICIA KARENA AKU TIDAK MUNGKIN MENGIKUTINYA KEMANA PUN DIA PERGI," Ucap Vina membela diri.
"Panggil Pandu sekarang dan suruh kesini, dia harus menikahi Felicia secepatnya," perintah Soetanoe.
"Felicia tadi meminta jangan memberitahu ini sama Pandu, dia meminta sampai memohon," jawab Vina dengan jujur.
"Kenapa kalian malah melindungi laki-laki yang sudah dengan jelas merusak masa depan Felicia, kalian sebenarnya kenapa?" tanya Soetanoe tak percaya.
"Ini kemauan Felicia pah.. mamah cuma menyampaikan pada papah, biarkan dia tenang dulu nanti kita tanyakan lagi sama Felicia," ucap Vina jengah.
"Masalah ini tidak bisa dibiarkan berlarut-larut, semakin hari usia kehamilannya semakin bertambah dan semakin besar pula perutnya, fikir sampai sana juga dong, permintaan Felicia seperti itu bisa-bisanya kamu penuhi, ini yang aku gak suka dengan sikapmu yang selalu memanjakannya dan mengabulkan apapun permintaannya, kamu menganggap masalah ini seolah-olah masalah biasa," ucap Soetanoe menahan amarah.
"Kamu fikir aku bisa dengan mudah menerima ini?? SALAH BESAR PAH.. HATIKU HANCUR.. H A N C U R BERKEPING-KEPING DAN DUNIA SEAKAN RUNTUH SEKETIKA KETIKA DOKTER MENGATAKAN FELICIA POSITIF HAMIL, AKU BERUSAHA MENAHAN AMARAH DAN LEBIH MEMIKIRKAN PSIKIS ANAK KITA KARENA AKU TAKUT NANTINYA FELICIA BERBUAT NEKAT JIKA KITA SAMA-SAMA MENOLAK ANAK YANG DIA KANDUNG. AKU JUGA RASANYA INGIN DATANG KERUMAH PANDU SAAT ITU JUGA DAN MEMINTA PERTANGGUNG JAWABAN TAPI FELICIA MEMOHON UNTUK TIDAK MEMBERITAHUKAN APAPUN PADA PANDU, MAMAH AWALNYA JUGA EMOSI KETIKA DIA MENOLAK TAPI DIA BERJANJI JIKA SUDAH TENANG AKAN MENJELASKAN INI SEMUA MAKANYA ITU SAYA MEMBERINYA WAKTU UNTUK DIA BERFIKIR DAN MERENUNGI NASIBNYA," gertak Vina yang sudah tidak bisa menahan amarah.
Soetanoe yang mendengar gertakan istrinya hanya bisa diam dan merenungi apa yang istrinya katakan. Disatu sisi ia merasa janggal dengan putrinya yang enggan memberitahukan kehamilan sama Pandu. Ia sampai berfikir apa jangan-jangan dia dihamili laki-laki lain teman Pandu atau korban pemerkosaan?
Malam hari tiba kini mereka sudah berada di ruang keluarga.
"Bagaimana sudah kamu putuskan untuk memberitahukan ini pada Pandu?" tanya Soetanoe serius.
"Pah jangan beritahu apapun padanya, Feli mohon," jawab Felicia memohon dengan wajah sendu.
"Kenapa?" tanya Soetanoe heran.
"Karena… ya karena bukan Pandu ayah dari bayi ini pah.. mah.. huhuhu.." ucap Felicia akhirnya dengan meneteskan air mata.
"APA??" jawab Vina dan Soetanoe bersamaan tidak percaya.
"Iya, bukan Pandu yang menghamili Felicia.. dia tidak tahu apapun," ucap Felicia sambil terisak.
"LANTAS SIAPA AYAH DARI BAYIMU? Katakan sekarang," ucap Soetanoe tak sabar dengan nafas memburu menahan emosi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 123 Episodes
Comments