Tok..tok..tok.. Suara pintu kamar Felicia.
"Non makanannya udah siap, ditunggu di meja makan," ucap bibi setengah berteriak.
"I..iya bi nanti aku turun," jawab Felicia dengan suara serak.
"Kenapa suaranya non Felicia aneh begitu? apa dia habis menangis?? aduh mau masuk dan lihat kondisinya tapi gak berani, bilang sama nyonya aja deh," gumam bibi lalu turun menemui majikannya.
"Gimana bi udah bilang sama putriku?" tanya Vina memastikan.
"Su..sudah nyonya katanya sebentar lagi turun, hmm.. tapi.." ucap bibi menggantung.
"Tapi apa bi? ada apa? apa yang terjadi?" tanya Vina panik.
"I..itu nyonya dan tuan, tadi ketika bibi denger jawaban non Felicia, suaranya kok aneh ya, kayak serak dan lemas gitu, bibi mau masuk tapi gak berani karena tidak ada izin dari non Felicia," ucap bibi hati-hati.
"Astaga.. gimana ini pah? mamah harus lihat kondisinya," ucap Vina lalu naik tangga menuju kamar Felicia.
"Ahhh bikin masalah terus menerus, bukannya segera di selesaikan malah tambah beban, gini nih akibat terlalu dimanja, memang dia anak semata wayang tapi Vina memanjakannya kelewatan," gumam Soetanoe geleng-geleng keoala dan memilih makan duluan.
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=
1 bulan setelah kejadian itu Felicia tiba-tiba merasakan ada yang aneh ditubuhnya. Pagi hari setelah bangun tidur ia langsung mual-mual dan akhir-akhir ini jika ia mencium aroma tertentu ia refleks langsung mual.
Seperti pagi hari ini Bibi sudah menyiapkan sarapan sarapan dengan menu Sup Ayam-menu kesukaannya Felicia namun ketika ia baru saja turun dan mencium aroma sup tersebut ia langsung mual-mual.
Bibi yang melihat kejadian tersebut lantas khawatir dan mengikuti Felicia ke kamar mandi.
Tok..tok..tok.. Suara ketukan pintu.
"Non Feli baik-baik saja?" tanya Bibi khawatir.
"Hoek.. Hoek.." suara Felicia mual.
"Non jawab bibi.. non Feli kenapa? Jangan buat Bibi khawatir," ucap Bibi sangat cemas lalu Vina menyusul ke kamar mandi.
"Kenapa Bi?" tanya Vina penasaran.
"Ini nyonya.. non Feli tiba-tiba mual, sudah bibi ketuk pintu berkali-kali tidak ada jawaban," jawab bibi khawatir.
"Mual?? apa dia masuk angin atau keracunan makanan?" gumam Vina penuh selidik lalu mengetuk pintu kamar mandi.
"Sayang buka pintunya," ucap Vina panik.
Ceklek… Suara pintu terbuka.
"Mah.." sapa Felicia dengan lirih.
"Astaga sayang kenapa wajahmu pucat begini??" tanya Vina khawatir.
"Gak tau mah badan Feli rasanya lemas banget," jawab Felicia lirih.
"Sini duduk dulu, bi tolong ambilkan minyak kayu putih," titah Vina.
"Baik nyonya permisi.." jawab bibi berlalu pergi mengambil kayu putih.
Lalu Vina membalurkan minyak kayu putih di tengkuk, kepala juga perut Felicia dengan lembut supaya badannya enakan.
"Gimana sayang?" tanya Vina penuh perhatian.
"Sudah membaik mah.. terima kasih," jawab Felicia tersenyum dengan wajah pucat.
"Yuk sarapan dulu," ajak Vina dan dijawab anggukan kepala oleh Felicia.
Ketika Felicia baru memasukan satu sendok sup tiba-tiba ia kembali mual dan berlari ke kamar mandi.
"Hoek.. Hoek.." suara mual Felicia menumpahkan semua sup ayam.
"Kamu kenapa sayang?? kalau badannya gak enak kita periksa aja daripada nanti kamu kenapa-napa," ucap Vina cemas.
"Sudah papah duga," jawab Soetanoe membuat Vina bingung.
"Maksudnya apa sih pah?," tanya Vina bingung.
"Mamah itu perempuan jadi tanpa perlu dijelasin pun harusnya sudah faham kenapa Felicia seperti itu," jawab Soetanoe menahan emosi.
"Hah?? apa maksud papa kalau Felicia itu hamil? gak.. ini gak mungkin," gumam Vina tak percaya.
"Jika masih tidak yakin bawa dia periksa ke rumah sakit," perintah Papa Felicia melirik tajam ke arah Felicia.
"Tolong jangan berfikir yang bukan-bukan pah.. Felicia anak kita satu-satunya dan mamah yakin kok dia gak mungkin begitu," bantah Vina.
"Terserah mamah saja yang terpenting bawa Felicia periksa dan segera beritahu hasilnya segera, kita lihat siapa yang benar di antara kita," ucap Soetanoe dengan tatapan tajam.
"Oke sebentar lagi mamah anterin Felicia ke rumah sakit," jawab Vina tak mau kalah.
Deg.. "Gue baru inget udah telat haid 3 minggu, duh jangan-jangan maksud papa aku ini hamil?" batin Felicia dengan fikiran kalut.
"Ayo kita periksa sekarang," ajak Vina ingin membuktikan bahwa dugaan suaminya salah besar.
"Tapi mah.. Feli gak papa kok, mungkin maaghnya kambuh sama masuk angin aja," tolak Felicia karena takut akan hasilnya.
"Kamu gak denger papahmu bilang apa? dia nantangin kita loh sayang, dia nuduh kamu yang bukan-bukan makanya ayo kita patahkan tuduhan papahmu itu," ajak Vina memaksa.
"Mah.. I'm okay, gak perlu ke rumah sakit," tolak Felicia dengan suara lemah.
"Udah mamah gak mau denger bantahan, ayo cepetan.." desak Vina lalu menggandeng tangan Felicia dan mereka menuju mobil.
"Aduh semoga aja gue gak hamil, jangan sampai aduh jangan sampai deh," batin Felicia dengan perasaan cemas.
20 menit kemudian Felicia dan Vina sudah sampai di Rumah Sakit.
Setelah menunggu 3 antrian kini gilirannya masuk ke ruangan dokter.
"Selamat pagi ada yang bisa saya bantu?" sapa dokter cantik ramah.
"Jelasin keluhanmu sayang" ucap Vina dengan lembut.
"Mah Feli gak papa," bisik Felicia ketakutan.
"Sayang.. ayo kita buat papahmu diam seribu bahasa karena tuduhan nya salah besar, cepat katakan," desak Vina.
"Jadi begini dokter.. belakangan ini badanku rasanya gak nyaman dan hampir tiap pagi mual, terkadang pun kepala rasanya sangat pusing dan gak nafsu makan sama sekali," ucap Vina dengan jujur.
"Baik silahkan tiduran di bed sana dan akan saya periksa lebih lanjut," ucap dokter dengan sopan lalu Felicia sudah berbaring di bed.
"Permisi ya saya periksa mata, mulut, perut dan denyut nadinya," ucap dokter lalu memeriksa.
"Sudah selesai silahkan duduk kembali," ucap dokter lalu mereka duduk di kursi.
"Anak saya sakit apa dok?" tanya Vina dengan perasaan tak menentu.
"Anak ibu alhamdulillah sehat walafiat.. menurut hasil pemeriksaan saya gejala yang dialami anak ibu adalah gejala hamil muda dan saya memperkirakan usia kandungannya baru 2 minggu," ucap dokter menjelaskan.
"Aa.. apa? hamil?" tanya Felicia tak percaya begitu pun Vina. Ia tak kuasa menahan air mata.
"Iya bu anak anda positif hamil untuk lebih jelasnya silahkan periksa pada dokter kandungan agar dilakukan USG," ucap dokter dengan tersenyum ramah.
"Ba.. baik dok terima kasih," jawab Vina masih tak percaya.
"Terima kasih dok.. permisi," ucap Felicia lalu mereka keluar ruangan.
Tanpa menunggu lama Vina mendaftarkan anaknya ke dokter kandungan dan hasilnya pun sama, Felicia positif hamil 2 minggu.
Hati Vina sangat sakit mendengar anaknya hamil diluar nikah. Begitu juga Felicia.. Tak henti-hentinya ia menangis meratapi nasibnya ke depan.
Membina masa depan bersama Pandu kini hanya tinggal kenangan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 123 Episodes
Comments