Dikediaman Keluarga Pradiksa, Suasana Nampak seperti biasa. Para pelayan sibuk berlalu lalang mengerjakan pekerjaan rutinitas mereka. Suara gemericik air hujan menjadi nyanyian merdu menyambut Minggu pagi.
Dingin dan sejuk, itu lah yang terasa membuat siapa-pun ingin bermalas-malasan. Seperti seseorang yang tengah meringkuk diatas kasur empuk, menggulung tubuhnya dengan selimut tebal dan wangi, yang masih berkelana di alam mimpi.
Tapi dia diharuskan membuka matanya secara paksa, berguling-guling ke kanan dan ke kiri, menutup kedua telinganya dengan bantal.
"BERISIKKKKK...!!" Teriaknya dari dalam kamar, bangkit dan duduk sambil menutup kedua telinga dengan telapak tangan.
DIa bangun dan berlalu kedalam kamar mandi untuk membersihkan diri, tak lama dia keluar dan merapikan penampilannya menggunakan pakaian santai, kaos polos dan celana pendek selutut.
Laki-laki itu menuruni anak tangga dengan wajah datar, merah menahan kesal.
Ia melihat ke sekeliling ruangan tapi tidak menemukan siapapun, hanya terdengar suara yang memekakkan gendang telinga.
Gavino berjalan mencari asal suara itu dan Ia melihat kearah Belakang Mansion, dari dalam ruang keluarga yang dibatasi dengan pintu kaca. Para pelayan sudah duduk dilantai teras belakang Mansion dengan wajah yang memprihatinkan, Mereka memasang senyum terpaksa dan tangan diangkat keatas bergerak ke kiri dan ke kanan.
Berjarak 2 meter dari mereka terlihat sang mami berdiri diatas meja panjang yang dihiasi karpet warna Biru, dengan memakai headphone dikedua kupingnya. Mengenakan pakaian blink-blink mengkilap dari atas sampai bawah, dan bibirnya dihiasi dengan lipstik warna merah menyala. Cetarr....
" Para penonton...oonn
Bapak-bapak, ibu-ibu,...Semuanya....aaa
Jangan Heran kalau saya Sedang Goyang....ggg.
Rada panas, Agak seksi....hhhhh
Maafkan lahhhhhh...... Aasiiikkkk ". Nyonya Calina menyayikan lagu Inul Daratista.
Dia bernyanyi dengan enerjik, menggoyang pinggulnya, seakan-akan sedang berada di konser musik dangdut, dia mengeluarkan suara yang menurutnya sangat merdu, dan musik hanya dia sendiri yang bisa mendengar.
Berbanding terbalik dengan para pelayannya yang menahan kepekaan telinga dibalik senyum terpaksa, mereka hanya mendengarkan suara cempreng dan teriakkan tanpa musik.
" Yooo...semuanya tangan di atasss..aass".
" Para penonton.. Bapak-bapak, Ibu-ibu semua yang ada disini....iihh."
" Ada yang bilang dangdut tak goyang, bagai sayur tanpa garam, tanpa minyak, tanpa sambel, kurang enak, kurang asin, kurang sedap, kurang semuanyaaa...aahhh".
" Hhhooobbaaahhh".
" Ada yang mau sawer saya, ayo cepat sawer saya ". Memaksa.
" Yang dibelakang, tangannya kurang tinggi "
Gavino berdiri disamping ibunya dengan tangan melipat didepan dada, melihat ibunya dengan mata yang sangat tajam, menahan kekesalan.
" BUBARRR". teriaknya keras pada para pelayan.
Semua bergegas pergi terbirit-birit, ketakutan melihat tuan muda yang siap mengamuk.
"Heiii..Heeeiii para penonton Heii, kalian mau kemana, aku belum selesai bernyanyi heii. Masih ada 12 lagu lagi, Hheeii penontooonn." teriak nyonya Calina sambil melambai-lambaikan tangan.
" Aahhh...sial, mereka meninggalkan aku lagi".
Nyonya Calina memicingkan matanya kesal melihat Gavino.
" Kau kenapa selalu mengganggu kesenangan mami...Hah !". Berteriak sambil melangkah turun dari atas meja pentasnya.
Gavino mendekat dan ingin membantu maminya turun, tapi tangannya ditepis.
" Jagan pegang-pegang mami. Mami bisa turun sendiri kau pikir mami sudah jompo apa !!.
"..Hhhhaaahhhhh". Helaan nafas Gavino kesal.
Ibunya masih saja mengomel sambil teriak-teriak. Gavino mendekat dan melepaskan Headphone dari telinga ibunya.
" Aauuu..." Pekik Nyonya Calina, merasa kuping berdengung karena musik yang terlalu keras.
" Mami..!! berhentilah berprilaku seperti ini, sangat memalukan".
" Lihatlah,...mami mendapatkan baju ini dari mana ?, mataku sampai sakit melihatnya dan juga berhenti berteriak-teriak tidak jelas, gendang kupingku hampir pecah".
Nyonya Calina tak menggubris, dia masih terus menggosok-gosokkan telinganya yang berdengung sambil mencebik kan bibir merah merona.
" Bik Srii..tolong ambilkan saya minuman dingin". teriak nyonya Calina sambil berjalan dan duduk di kursi yang ada di teras.
" Kalau kau tak ingin mami seperti ini, ya kamu harus cepat-cepat menikah dan berikan mami cucu yang banyak". Ujarnya ketus.
Bik Sri datang dan meletakkan minuman dimeja.
" Ini Nyonya ".
" Makasih Bi".
Gavino mendekat dan duduk dihadapan ibunya hanya berjarak sebuah meja bundar dihiasi vas dengan bunga lili putih.
" Mami tinggal memberi restu, dan aku akan segera menikah. Bila perlu besok pun aku siap menikahi Stevani". jawabnya sambil menatap Nyonya Calina yang sedang minum.
" Bbyuuurrrrr". Semburan air tepat mengenai wajah Gavino, seperti seorang dukun yang tengah mengobati pasiennya.
" Heyy, bocah tengik !! maksud mami bukan menikah dengan wanita jadi-jadian itu, tapi dengan wanita lain".
" Sampai Lebaran semut-pun, mami tidak akan pernah merestui...paham."
"Enak saja mau menikah besok, dengan wanita jadi-jadian itu..!! oh tidak bisa, tidak akan pernah mami biarkan itu terjadi." meletakkan gelas sambil bersungut-sungut.
Gavino makin kesal setengah mati pada ibunya, bukan hanya kata-kata ibunya tapi juga semburan air minum yang membuat wajah tampannya basah.
" Mami coba beritahu aku, apa yang membuat mami tidak menyukai Stevani?, dia wanita baik-baik dan Ter....." ucapan Gavino terpotong dengan suara dering telepon ibunya.
🎵Biasanya tak pakai minyak wangi.
Biasanya tak suka begitu.
Saya cemburu, saya curiga
Takutnya ada main disana...
Suara penyanyi dangdut ayu ting-ting terdengar dari iPhone keluaran terbaru itu.
Nyonya Calina melihat siapa yang menelpon, lalu menggeser tombol jawab.
" Mamiiiiiiiii ...!!!".teriak suara cempreng wanita cantik dari seberang sana.
"Mami..mami..I Miss you" ucapnya dengan wajah memenuhi layar.
" Minggir, singkirkan wajah jelek mu itu, suaramu cempreng sekali. Lihat wajah mami sampai keriput, terkejut mendengar suaramu". terdengar suara bariton disamping gadis itu.
Nyonya Calina melongo mendengar ucapan Gio. Gavino hanya diam, dia sudah tau siapa yang menghubungi ibunya, hanya dari suara mereka, Itu pasti adik kembar biang rusuh.
Gavino memiliki 2 Adik kembar yang bernama Gio Zeen Pradiksa ( kakak ) dan Gea Nala Pradiksa ( adik ). Mereka kembar tidak identik, saat ini keduanya tengah melanjutkan pendidikan di salah satu universitas di Eropa yaitu Oxford University.
" Astaga...kutu ayam, Mulutmu kenapa tidak ada filternya Gio ". Omel nyonya Calina pada putranya.
" Ha.ha..haaa, kutu ayam".Ejek sang adik Gea.
" Geser Gea, aku juga ingin melihat mami". mendorong badan adiknya hingga terjatuh.
Buug**
" Auuu...sakit oon ". Pekik Gea yang sudah terduduk dilantai.
" Ya ampun..!! Kenapa aku bisa memiliki anak-anak yang menyebalkan seperti kalian ". cicitnya sambil memijat mijat kening yang terasa berdenyut.
Sekarang layar ponsel itu sudah berganti dengan wajah tampan Gio yang memiliki lesung pipi, saat dia tersenyum maka makin bertambah ketampannnya.
"Astaghfirullah... Bibir mami kenapa ".
" Mana..mana, kenapa dengan bibir mami". Gea buru-buru bangkit dari lantai merangkul pundak sang kakak untuk melihat kelayar ponsel, dan sekarang wajah kembar mereka sudah bersatu.
Gea menyipitkan matanya,lalu ....
"HAAA.HAAHA...HAA"
"Mami,. hahaha...bibir mami kenapa ?".
"Mami habis minum darah kak Gavino ya ". tawa Gea sangat keras, sampai memperlihatkan gigi gerahamnya.
" Kau berisik sekali Gea, kupingku sampai sakit mendengar tawamu seperti kuntilanak". Gio sambil membekap mulu Gea.
" Aauu, kau menggigit tanganku". pekik Gio melepaskan tangannya dari mulut Gea.
"Rasain...makanya Jagan jahil".
" Weekkk". Gea menjulurkan lidahnya.
" Kau...!!"
" Sudah...sudah..Apakah kalian bisa berhenti bertengkar, kalian membuat mami makin pusing saja. Ini warna lipstik terbaru, mami baru beli kemarin cantik kan". tanyanya sambil memajukan bibirnya ke layar.
" Iihhhhh menyeramkan mi ". jawab mereka kompak.
" Mami pusing kenapa, apa karna kak Gavin lagi?". tuduh Gea
" Ya...siapa lagi kalau bukan kakakmu, lihatlah kepala mami makin botak seperti ini, sepertinya mami akan pergi ke Turki, melakukan tanam rambut saja". ujar nyonya Calina sambil menunjukkan kepala bagian depannya yang ditumbuhi rambut jarang.
" Tapi mami cocok seperti itu, mami mirip ilmuan jenius, yang bernama ....eemmmm ah...Monalisa". Gea menjawab dengan percaya diri.
Pletakkk**
" Aduh..kau ini kenapa sih, sakit tau ". Gea menggosok-gosokkan keningnya yang terasa perih.
" Kau benar-benar Bodoh,!! Monalisa bukan ilmuan jenius tapi sebuah lukisan. Yang ilmuan jenius mirip mami Albert Einstein.." jelas Gio sambil nunjuk-ujuk kepala Gea.
"Oh ya !!..sejak kapan dia berubah nama?"
" Kau ini, benar-benar membuatku ingin membuka isi kepalamu". Gio geram melihat kebodohan adiknya sudah melewati batas kewajaran, entah bagaimana dia bisa diterima di Oxford University yang sama dengannya.
"Ya ampun!!!, Mengapa aku bisa memiliki anak-anak yang tidak ada akhlak seperti kalian. Aduh...kepalaku, sepertinya migren ku kumat".
" Bik...Bik..Bik Sri, tolong katakan pada koki, masakkan aku SOP buntut".
" Baik Nyonya". Bik Sri berlalu ke dapur memberitahu koki permintaan sang nyonya besar.
" Mami, apa hubungannya migren dengan makan SOP buntut ??". tanya Gea penasaran.
" Ya tidak ada hubungannya, karena mereka berbeda jadi tidak ada hubungan apa-apa ".!! jawaban absurt nyonya Calina membuat Gavino yang sedari tadi hanya menyimak memutar bola matanya malas.
"Jadi kapan mami akan menjenguk kami kesini"
" Aku sudah sangat merindukan mami". Gea bertanya sambil memajukan bibirnya.
" Iya..ya, tunggu saja mami pasti akan kesana".
" Benarkah, janji ya mi". memajukan jari kelingking dilayar.
"iya...!! kau makin bawel saja Gea ". ketus nyonya Calina.
" Oya iya mi, kak Gavino mana ?, kalau dia sedang tidak ada aku ingin bergosip ". suara Gea setengah berbisik.
" Kau kenapa berbisik Gea, inikan Video call, bukan bertemu langsung. Jadi kakak Es Serutmu itu tidak akan mendengar ".
Gavino memajukan badannya dan menggeser sedikit tubuh nyonya Calina.
" Oohhh jadi kalian sering membicarakan aku, apa yang ingin kamu gosipkan Gea dan kau Gio, siapa yang kau maksud Es serut ??". cecar Gavino dengan mata sorot mata tajam.
Mereka berdua membelalakkan mata, melihat orang yang sedang mereka bicarakan muncul dilayar ponsel.
" Kami akan menghubungi mami lagi nanti..By"
Dep*
Seketika wajah kedua anak kembar itu hilang, terganti dengan bayangan Gavino.
......................
...Bersambung......
Assalamualaikum Kakak-kakak semuanya 😍
Terima kasih banyak bagi kakak-kakak yang sudah mampir untuk membaca karyaku 🙏
Mohon tinggalkan cintanya buat Author dong, dalam bentuk Like & Komentarnya.
Supaya Author makin semangat buat ceritanya...💪
See you
Saranghae❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 161 Episodes
Comments
Annie Soe..
Bwahahaha...
Asli ngakak sm klakuan mami calina vs anak kembarnya..
2024-12-25
0
Darweti
Seru cerita nya lanjut kan
2024-10-08
0
Aufa Aqli,.😍
🤣
2022-11-29
2